Sikap Pasif PBB dan Suburnya Terorisme di Dunia
-
Syahid Mohsen Fakhrizadeh.
Aksi teror terhadap Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir terkemuka Iran dan ketua Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan, telah mengundang kecaman dari banyak negara.
Dr. Fakhrizadeh gugur syahid dalam sebuah serangan teror di luar kota Tehran pada Jumat sore, 27 November 2020.
Sejumlah akademisi dan tokoh independen di tingkat dunia juga menyampaikan kecaman terhadap aksi teror tersebut. Namun, banyak dari pemimpin negara dan lembaga internasional memilih bungkam atas kejahatan besar ini.
Sekjen Dewan HAM Mahkamah Agung Iran, Ali Bagheri-Kani pada hari Jumat (4/12/2020) melayangkan dua surat terpisah kepada Sekjen PBB dan Komisaris Tinggi HAM PBB, untuk mengingatkan kedua pemimpin lembaga internasional itu tentang kejahatan pembunuhan ilmuwan nuklir dan pertahanan Iran, sekaligus mengkritik sikap pasif mereka terhadap aksi kriminal tersebut.
“Sikap pasif ini telah memperkuat dugaan untuk melegitimasi terorisme serta menyebarkan ekstremisme dan terorisme,” tulis Bagheri-Kani dalam suratnya.
Sekjen Dewan HAM Mahkamah Agung Iran mencatat bahwa Sekjen PBB telah bersikap tegas dan terbuka terhadap kasus serangan terorisme di negara lain termasuk di Austria dan Prancis. Dia meminta Sekjen PBB untuk meninggalkan pendekatan standar ganda dan mengakui kasus pembunuhan ilmuwan nuklir Iran sebagai sebuah aksi teror dan mengecam tindakan itu.
Pada dasarnya, negara-negara yang mengaku memerangi terorisme – dengan sikap liciknya – memanfaatkan setiap kesempatan untuk menciptakan propaganda anti-Iran dengan bersandar pada klaim-klaim palsu, sehingga Iran dianggap sebagai sponsor terorisme dan pembuat onar.
Sikap politis, diskriminatif, dan standar ganda Barat dalam menyikapi momok terorisme telah menyeret masyarakat internasional ke dalam sebuah tantangan yang terkait dengan isu perdamaian dan keamanan dunia.

Musuh bangsa Iran berulang kali menunjukkan bahwa mereka akan melakukan kejahatan apapun demi mencapai tujuannya, mulai dari meneror Jenderal Qasem Soleimani, Komandan Pasukan Quds – yang berperan besar dalam menghancurkan teroris Daesh dukungan AS, Israel, dan Arab Saudi – sampai membunuh para ilmuwan Iran.
Majid Shahriari, Mostafa Ahmadi Roshan, Masoud Alimohammadi, dan Dariush Rezaei-Nejad adalah para ilmuwan nuklir Iran yang gugur syahid dalam serangan teror.
Meskipun kehilangan para pemikir dan ilmuwan seperti Syahid Fakhrizadeh adalah sebuah peristiwa pahit dan pukulan bagi bangsa Iran, namun jalan yang telah ditempuh oleh mereka akan diteruskan dengan tekad yang lebih kuat.
Di tengah pandemi Corona, Syahid Mohsen Fakhrizadeh berkontribusi besar untuk memproduksi kit tes Covid-19 pertama buatan Iran dan juga memimpin proyek pengembangan vaksin Corona.
Tentu saja sikap pasif lembaga-lembaga internasional dalam kasus teror sama sekali tidak bisa ditolerir, karena ini akan membuat serangan teror dianggap sebagai aksi biasa sehingga terus terulang di berbagai belahan dunia.
Sayangnya, lembaga-lembaga internasional telah mengadopsi standar ganda dan menutup matanya terhadap ancaman terorisme. Mereka memilih bungkam karena tekanan lobi Amerika dan Zionis.
Padahal, lembaga-lembaga internasional bisa mengeluarkan kecaman keras terhadap aksi terorisme ini. Dunia berhak bertanya ketika mereka tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam kasus ini. (RM)