Terorisme Nuklir di Instalasi Pengayaan Uranium Natanz
Kepala Badan Energi Atom Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi menilai aksi sabotase terhadap pusat pengayaan uranium Natanz sebagai tanda kegagalan musuh untuk menghentikan kemajuan signifikan industri nuklir Iran.
Ali Akbar Salehi hari Senin (14/4/2021) menanggapi insiden Minggu di jaringan distribusi listrik fasilitas pengayaan uranium Natanz dengan mengatakan, aksi sabotase terhadap pusat pengayaan uranium Natanz menunjukkan kekalahan musuh menghadapi kemajuan teknologi dan kekuatan politik Iran, sekaligus kegagalan mereka dalam menjegal perundingan Iran untuk mencabut sanksi yang menindas.
"Pada Hari Teknologi Nuklir Nasional diluncurkan pencapaian terbaru dari para ilmuwan muda dan pekerja keras Iran, dan pada saat yang sama, prospek pencabutan sanksi menjadi sangat jelas," ujar Salehi.
"Republik Islam Iran mengutuk tindakan tercela ini, dan menyerukan perlunya komunitas internasional dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk menangani terorisme nuklir ini, dan Iran berhak untuk mengambil tindakan terhadap para pelaku dan aktor utamanya," tegas kepala AEOI.
Behrouz Kamalvandi, Juru Bicara Badan Energi Atom Iran Senin pagi mengumumkan terjadinya insiden kecelakaan di bagian jaringan distribusi listrik Kompleks Shahid Ahmadi Roshan, Natanz, yang tidak mengakibatkan kecelakaan manusia dan polusi.
"Penyebab kecelakaan sedang dalam penyelidikan dan informasi lebih lanjut akan diumumkan kemudian," paparnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan, tidak akan ada pembicaraan antara Iran dan Amerika Serikat (AS), dan semua sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran harus dihapus.
"Tidak akan ada pembicaraan antara Iran dan AS dan semua sanksi harus dihapus berdasarkan resolusi 2231 dan perjanjian nuklir JCPOA (Rencana Aksi Komprehensif Bersama)," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguannya di Tehran pada hari Senin (12/4/2021) ketika menjawab pertanyaan wartawan mengenai pembicaraan Komisi Bersama JCPOA di Wina.
Dia menegaskan, apa yang terjadi di Wina bukanlah negosiasi nuklir, tetapi masalah teknis untuk mencabut sanksi.
"Bukanlah tugas yang sulit jika AS dengan tulus mencabut sanksi dan kembali pada komitmennya. Jika AS melakukannya, banyak yang dapat diverifikasi. Iran harus menerima uang minyaknya, pengiriman dan pengembalian uang dari produk ekspornya," ujarnya.
Khatibzadeh lebih lanjut menyinggung berita yang dipublikasikan Kyodo News tentang bagaimana Iran dan AS akan kembali ke pernjanjian nuklir JCPOA.
Dia menjelaskan, setiap kali ada negosiasi di tingkat ini, media menerbitkan laporan yang berbeda untuk tujuan yang berbeda. Laporan ini mengarah ke sini dan tanpa memberikan laporan rinci.
Iran, lanjutnya, berusaha untuk mencabut sanksi dalam satu langkah dan memverifikasi pencabutan sanksi. Kami akan menggunakan semua mekanisme untuk mencapai tujuan ini dalam kerangka kepentingan nasional negara kami.
Jubir Kemlu Iran juga menyinggung pernyataan terbaru duta besar Prancis, dan menuturkan, jika bukan karena kesabaran strategis bangsa Iran dan perilaku bijak Republik Islam, maka tidak akan ada yang tersisa dari JCPOA sebagai perjanjian multilateral karena jelas AS dan Eropa telah melanggar kewajibannya.
Jubir Kemlu Iran juga ditanya soal sabotase di instalasi nuklir Natanz, dan mengatakan, apa yang terjadi di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
"Masih terlalu dini untuk menilai tingkat kerusakan di Natanz. Tim sedang meninjau insiden tersebut. Apa pun yang ada di Natanz adalah sentrifugal generasi pertama, dan sentrifugal yang lebih canggih akan menggantikannya. Semua sentrifugal yang rusak adalah IR-1, yang akan diganti dengan mesin sentrifugal yang lebih canggih," jelasnya.
Dia menegaskan, sabotase di instalasi nuklir Natanz tidak akan membuat industri nuklir Iran mundur dan juga tidak akan efektif untuk mencegah penghapusan sanksi.
Khatibzadeh menjelaskan, rezim Zionis gagal mencapai tujuannya untuk melemahkan program nuklir Iran, karena yang menjadi sasaran dalam insiden Minggu kemarin adalah mesin sentrifugal IR-1, yang akan digantikan dengan sentrifugal generasi baru.
Iran memulai operasional sentrifugal IR-6 dan IR-5 canggih yang memperkaya uranium lebih cepat dan mengembangkan sentrifugal IR-8 pada hari Sabtu (10/4/2021). Negara ini juga telah memulai uji mekanis pada sentrifugal nuklir lebih cepat, IR-9.
Sentrifugal IR-9 Iran ini mampu bekerja 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal pertama, IR-1. Selain itu, generasi baru pusat perakitan sentrifugal juga dioperasikan.
Khatibzadeh mengecam insiden yang menargetkan jaringan distribusi listrik di situs nuklir Ahmadi Roshan di Natanz dan menuturkan, berbagai sumber telah mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di balik sabotase di situs nuklir Natanz.
"Berbagai sumber mengonfirmasi bahwa rezim Zionis berada di belakangnya. Saya senang tidak ada korban atau kerusakan lingkungan, tetapi itu bisa menjadi bencana manusia, jadi itu adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan juga 'tindakan teroris,' " ujarnya seperti dilansir Iranpress.
Khatibzadeh menegaskan, apa yang terjadi di Natanz adalah (tindakan) terorisme nuklir dan Iran berhak untuk menanggapi berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB.
Jubir Kemlu Iran lebih lanjut mengatakan, Iran akan membalas dendam terhadap Israel pada waktu yang tepat atas "terorisme nuklir" yang menargetkan fasilitas pengayaan uranium Natanz.
Mengacu pada sikap diam Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Khatibzadeh menandaskan, IAEA dan lembaga-lembaga internasional bukan hanya harus mengecam tindakan itu, tetapi juga mengambil langkah untuk mencegahnya. (RA)