Apr 09, 2023 19:15 Asia/Jakarta
  • Yaman.
    Yaman.

Sebuah delegasi Arab Saudi tiba di Sana'a, ibu kota Yaman pada hari Sabtu (9/4/2023) untuk bertemu dengan pejabat Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman guna membicarakan gencatan senjata dan diakhirinya perang.

Pada 26 Maret 2023, tahun kedelapan agresi militer Arab Saudi ke Yaman berakhir. Tahun lalu, upaya untuk gencatan senjata di Yaman melalui mediasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Oman juga meningkat.

Hasil dari upaya tersebut adalah gencatan senjata 2 bulan yang ditetapkan pada April 2022, dan diperpanjang dua kali, meskpun gencatan senjata ini tidak diperpanjang sejak Oktober lalu.

Pemerintah Sana'a telah mengumumkan bahwa Riyadh tidak mematuhi beberapa ketentuan gencatan senjata dan bahkan gencatan senjata itu tidak benar-benar mengurangi krisis kemanusiaan

Selama dua bulan terakhir, upaya untuk menetapkan gencatan senjata dalam perang di Yaman telah dimulai kembali. Sekali lagi, PBB dan Oman mencoba menengahi antara Riyadh dan Sana'a.

Kunjungan pejabat Arab Saudi ke Sana'a merupakan indikasi kemajuan konsultasi yang sedang berlangsung antara Arab Saudi dan Ansarullah Yaman melalui mediasi Oman. Ini adalah konsultasi yang dilakukan secara paralel dengan upaya perdamaian PBB.

Negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam perang di Yaman telah mendapatkan momentum dalam beberapa pekan terakhir setelah Arab Saudi dan Republik Islam Iran sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun ketegangan.

Kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi, yang diumumkan di Beijing pada 10 Maret 2023, memperkuat harapan akan penyelesaian konflik di Yaman.

Arab Saudi juga sampai pada kesimpulan bahwa kelanjutan perang di Yaman alih-alih memberikan manfaat kepada kepentingannya, tetapi justru menyebabkan lebih banyak kerugian bagi Riyadh. Oleh karena itu, Arab Saudi menunjukkan keinginan yang serius untuk mengakhiri perang ini.

Nampaknya klausul kesepakatan antara Riyadh dan Sana'a sama dengan kesepakatan gencatan senjata 2022.

Yaman

Mohammad al-Bukhaiti, anggota Biro Politik Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman mengkonfirmasi kesepakatan antara Sana'a dan Riyadh dalam sebuah wawancara dengan saluran TV al-Mayadeen. Dia mengatakan bahwa Sana'a masih menunggu Arab Saudi untuk menerapkan kesepahaman ini.

Menurut al-Bukhaiti, kesepahaman yang dicapai antara Sana'a dan Riyadh mencakup semua hal, apakah itu untuk meninggalkan konflik atau mencapai perdamaian yang langgeng dan menyeluruh, dan ini adalah kepentingan kedua belah pihak.

Anggota Biro Politik Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman itu mencatat bahwa kesepahaman dan solusi yang dicapai akan dilaksanakan dalam dua tahap, satu sebelum Hari Raya Idul Fitri dan satu lagi di lain waktu.

Pada langkah pertama perjanjian ini, pembebasan sejumlah tahanan mulai dilaksanakan. Abdul Qadir al-Mortaza, salah satu pejabat Yaman yang bertanggung jawab atas pembicaraan pertukaran tahanan, mengatakan, 13 tahanan Yaman memasuki Sana'a pada hari Sabtu (8/4/2023).

Para tahanan ini dibebaskan dengan imbalan pembebasan seorang tahanan Arab Saudi. Menurut al-Mortaza, pembebasan orang-orang itu adalah bagian dari kesepakatan yang ditengahi PBB yang dicapai oleh pihak-pihak yang bertikai di Yaman bulan lalu.

Bersamaan dengan kunjungan delegasi Arab Saudi ke Sana'a dan publikasi laporan tentang kesepakatan antara Arab Saudi dan Yaman untuk mengakhiri perang delapan tahun, tersiar berita tentang penarikan pasukan Uni Emirat Arab (UEA) dari Yaman, yang dikonfirmasi oleh al-Bukhaiti.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan tercapainya perjanjian antara Riyadh dan Sana'a, maka UEA juga akan bergabung dalam perjanjian ini dan perang di Yaman akan berakhir. (RA)

Tags