Jul 27, 2021 10:12 Asia/Jakarta

Kekosongan politik Lebanon terjadi setelah Saad al-Hariri, pemimpin kubu 14 Maret yang berafiliasi dengan Barat dan Arab Saudi, gagal membentuk pemerintahan di Lebanon setelah sembilan bulan.

Sebagian besar alasannya karena desakan al-Hariri atas tuntutannya dan mengabaikan wewenang hukum presiden. Kekosongan politik Lebanon sekarang semakin memburuk, dan spekulasi tentang perdana menteri berikutnya dan upaya dalam hal ini terus berlanjut.

Saad al-Hariri, pemimpin kubu 14 Maret

Sementara itu, sumber-sumber berita Lebanon, mengatakan bahwa Najib Mikati, seorang pengusaha dan mantan perdana menteri Lebanon, mendapat dukungan dari partai-partai dan aliran-aliran politik utama Lebanon. Konsultasi bahkan telah mulai untuk memperkenalkannya kepada presiden dan untuk membentuk kabinet.

Mengutip sumber politik senior Lebanon, Reuters melaporkan hari Senin (26/07/2021) bahwa sebagian besar partai politik di parlemen menyetujui Najib Mikati untuk membentuk kabinet berikutnya. Sementara itu, klub mantan perdana menteri Lebanon, di mana Saad al-Hariri menjadi anggotanya, mengeluarkan pernyataan yang mendukung Perdana Menteri Mikati.

Menurut sumber-sumber ini, Presiden Lebanon Michel Aoun dijadwalkan untuk berkonsultasi dengan partai-partai politik di parlemen hari Senin (26/7) mengenai pencalonan perdana menteri. Oleh karena itu, ruang untuk memperkenalkan Najib Mikati kepada Presiden bagi pembentukan kabinet adalah positif.

Namun tampaknya beberapa arus pro-Barat dalam faksi 14 Maret yang didanai oleh Arab Saudi terus melakukan sabotase untuk mencegah pembentukan sebuah pemerintahan di Lebanon dan keluarnya negara ini dari krisis ekonomi dan sosial saat ini. Pada hari Sabtu (24/7), pemimpin Partai Pasukan Lebanon, Samir Geagea, menegaskan kembali penolakan partainya untuk membentuk pemerintahan di Lebanon.

Kubu 8 Maret pada dasarnya percaya pada prinsip bahwa pembentukan pemerintah akan membukan membuka pintu dialog antara berbagai kelompok dan partai Lebanon untuk mencegah negara itu runtuh. Hasilnya menjadi peletakan dasar bagi pelaksanaan pemilu parlemen pada Maret 2022.

Samir Geagea kembali mengulangi tuduhan palsunya terhadap presiden dan Hizbullah Lebanon. Ia menyatakan bahwa dia tidak mendukung siapa pun yang mencalonkan diri sebagai perdana menteri.

Geagea sekali lagi secara eksplisit mengakui sabotase partainya, yang sebenarnya merupakan sikap nyata dan tanpa pemberitahuan dari beberapa tokoh 14 Maret yang anti terhadap Muqawama. Ia mengatakan, "Dalam situasi saat ini, tidak ada solusi selain mengadakan pemilu dini legislatif." Dengan demikian, alasan utama sabotase kubu 14 Maret berasal dari pemilu legislatif tahun 2018 dan kekalahan mereka.

Partai-partai kubu 14 Maret seperti al-Mustaqbal yang dipimpin oleh Saad al-Hariri, telah berusaha untuk mencegah krisis Lebanon menemukan solusinya. Mereka bahkan dapat memanfaatkan krisis ini untuk membuka jalan bagi pemilu dini legislatif. Dengan cara ini, mereka dapat membeli suara dengan memanfaatkan petro dolar dan dukungan propaganda dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dan memenangkan pemilu untuk diri mereka sendiri.

Sementara partai-partai pro-Barat Lebanon bersikeras dengan sikap penolakan keluarnya negara itu dari krisis, kubu 8 Maret, khususnya Hizbullah, sejauh ini telah mendukung hampir setiap kandidat yang ditugaskan untuk membentuk kabinet, termasuk Mikati. Karena tujuan mereka adalah mencegah terjadinya konspirasi asing di Lebanon.

Hizbullah Lebanon

Kubu 8 Maret pada dasarnya percaya pada prinsip bahwa pembentukan pemerintah akan membuka pintu dialog antara berbagai kelompok dan partai Lebanon untuk mencegah negara itu runtuh. Hasilnya menjadi peletakan dasar bagi pelaksanaan pemilu parlemen pada Maret 2022.

Namun bagaimanapun juga, iklim politik Lebanon saat ini positif untuk memperkenalkan Najib Mikati dan pembentukan kabinet. Ada prediksi bahwa berbagai pihak akan mendukungnya dalam rangka untuk mengatur urusan negara.

Tags