Perkembangan di Afghanistan, Cermin Pelajaran Bagi Rezim Arab di Kawasan
(last modified Tue, 17 Aug 2021 00:52:01 GMT )
Aug 17, 2021 07:52 Asia/Jakarta

Pada hari Senin (16/08/2021), Adnan al-Dulaimi, ketua fraksi al-Sadiqoun di Parlemen Irak, menulis di halaman Twitter-nya sebagai tanggapan atas perkembangan di Afghanistan, kepergian Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dari negaranya sekali lagi menunjukkan bahwa Amerika tidak bisa dipercaya.

“Amerika Serikat menggulingkan Taliban pada tahun 2001 dan selama 20 tahun memberikan bantuan konsultasi dan senjata kepada Angkatan Bersenjata Afghanistan untuk melawan Taliban, tetapi hasilnya adalah keruntuhan dan pelarian pasukan Afghanistan serta jutaan orang mengungsi sementara Taliban kembali berkuasa,” tulis al-Dulaimi di bawah tagar “Amerika Menghancurkan Bangsa-Bangsa".

Adnan al-Dulaimi, ketua fraksi al-Sadiqoun di Parlemen Irak

Apa yang penting di bagian ucapan al-Dulaimi adalah dia menyerukan kepada rakyat Irak untuk mendukung dan membela organisasi al-Hashd al-Shabi. Karena itu adalah satu-satunya pilihan untuk mencegah penipuan dan kelicikan Amerika Serikat di Irak.

Sejatinya, kata-kata anggota parlemen Irak ini bukan hanya menjadi peringatan bagi rakyat Irak, tetapi juga bagi negara-negara di kawasan. Pesan ucapannya adalah bahwa Amerika Serikat akan meninggalkan sekutu mereka sendirian dalam krisis pada saat-saat kritis.

Amerika Serikat hanya melihat mereka sebagai "boneka" bukan sebagai sekutu. Pendekatan ini tidak berbeda baik kubu Demokrat atau Republik yang berkuasa di Gedung Putih. Karena Amerika bertindak semata-mata untuk kepentingan nasionalnya, tanpa memandang kepentingan sekutu mereka, yang mereka pandang sebagai boneka.

Dalam hal ini, rezim-rezim di kawasan, khususnya rezim-rezim Arab, harus belajar dari tindakan AS terhadap sekutunya. Rezim yang merumuskan kebijakan mereka disesuaikan dengan gagasan bahwa AS adalah sekutu mereka. Mereka harus sampai pada kesimpulan bahwa Washington sama sekali tidak bisa dipercaya.

Sebagai contoh, mereka dengan mudah membiarkan rezim-rezim yang menjadi sekutunya dalam perkembangan tahun 2011 di Mesir dan Tunisia. Amerika Serikat membiarkan mereka sendiri.

Oleh karena itu, para pemimpin negara-negara Arab harus memahami fakta ini dan melihat secara realistis untuk mencari sekutu di kawasan dengan negara-negara Islamnya yang kuat. Jangan sampai bersekutu dengan kekuatan trans-regional yang punya tujuan untuk mengeksploitasi mereka.

Pada hari Senin (16/08/2021), Adnan al-Dulaimi, ketua fraksi al-Sadiqoun di Parlemen Irak, menulis di halaman Twitter-nya sebagai tanggapan atas perkembangan di Afghanistan, kepergian Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dari negaranya sekali lagi menunjukkan bahwa Orang Amerika tidak bisa dipercaya.

Dalam hal ini, beberapa negara di kawasan yang akan menormalkan hubungan dengan rezim Zionis mulai berlari-lari. Mereka harus mementingkan poin strategis bahwa sama seperti Washington meninggalkan sekutunya saat dibutuhkan, rezim Zionis juga tidak dapat dipercaya sejak awal.

Tujuan Zionis untuk menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab pada intinya hanya untuk merealisasikan kepentingannya secara sepihak. Zionis hanya ingin mengeksploitasi negara-negara dan bangsa-bangsa di kawasan untuk mencapai tujuan Zionis Global. Tujuan lain adalah hubungan semacam itu tidak akan memiliki hasil bagi negara-negara ini, sebagaimana normalisasi hubungan dengan rezim Zionis sejauh ini tidak punya hasil bagi Yordania dan Mesir, dua negara yang menandatangani perdamaian dengan Tel Aviv.

Oleh karena itu, berbagai pemerintah, kelompok, dan tokoh-tokoh kawasan tidak boleh mengandalkan janji-janji kosong Amerika dan tindakan menipu untuk mendukung mereka. Namun mereka harus belajar dari nasib mengandalkan Amerika Serikat dan memercayai kebijakan regionalnya dengan melakukan perubahan mendasar dalam menyikapi negara-negara Islam, terutama Poros Perlawanan.

Mereka harus melakukan itu agar tidak bernasib sama dengan Ashraf Ghani. Begitu juga dengan Kurdi Suriah yang berada di utara dan timur negara itu. Ketika berada di puncak kebutuhan Amerika Serikat pada Oktober 2019, ternyata AS membiarkan mereka sendiri menghadai operasi militer Turki yang disebut "Mata Air Perdamaian".

Taliban bentukan AS

Akhirnya, milisi Kurdi yang sama memilih bergabung dengan tentara Suriah untuk melindungi beberapa kota, termasuk kota Manbij, sementara Amerika Serikat mundur dan hanya menyaksikan bagaimana milisi Kurdi mundur 30 kilometer dari perbatasan Turki.

Dengan demikian, perkembangan di Afghanistan sekali lagi menunjukkan pengkhianatan Amerika Serikat dan negara-negara Arab di kawasan harus belajar dari peristiwa ini.