Washington Post dan Dukungan Militer AS terhadap Saudi di Perang Yaman
Koran Washington Post seraya merilis sebuah artikel khusus mengakui bahwa AS mendukung mayoritas unit udara yang terlibat di operasi pemboman di Yaman.
Analisa dan evaluasi Washington Post dan Institut Hak Asasi Manusia Fakultas Hukum Universitas Columbia menggambarkan secara penuh kedalaman dan luasnya dukungan AS terhadap kampanye udara Koalisi Arab Saudi. Artikel ini juga menyebutkan bahwa bagian utama serangan udara dilakukan oleh jet-jet buatan Amerika, atau yang diperbaiki Washington dan juga dijual oleh negara ini. Selain itu, para pilot jet tempur ini dilatih oleh militer Amerika Serikat.
Analisis dan evaluasi pemberitahuan pengadaan publik menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah menyediakan senjata, pelatihan dan dukungan pemeliharaan untuk sebagian besar unit tempur dalam perang Yaman. The Washington Post telah mengetahui bahwa sekitar 94 kontrak Amerika telah diberikan kepada orang-orang Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) sejak dimulainya perang.
Pengakuan ini sedikitnya memiliki tiga sisi yang dapat dianalisa:
Pertama; Mengapa artikel ini dirilis saat ini.
Kedua; Mengapa dan sejauh mana keterlibatan AS di perang Yaman.
Ketiga; Dampak dukungan negara-negara Barat, khususnya AS terhadap pendekatan pendudukan Arab Saudi dan UEA di perang Yaman.
Terkait mengapa The Washington Post merilis artike tersebut saat ini, tampaknya tindakan ini diambil bersamaan dengan oposisi saat ini di Amerika Serikat atas kunjungan Joe Biden ke Arab Saudi dan pertemuan dengan Mohammad bin Salman, yang perannya dalam pembunuhan brutal Jamal Kashoggi, kolumnis Washington Post telah dikonfirmasi oleh dinas inteljen dan keamanan Amerika.
Meski disebutkan bahwa Joe Biden menarik sikap dan janjinya untuk menghukum Arab Saudi dan Mohammad bin Salman karena Washington membutuhkan peningkatan produksi minyak Arab Saudi untuk menutupi penurunan minyak Rusia setelah perang Ukraina, tapi sepertinya ini bukan seluruh cerita, tapi lobi Zionis dengan menyeret Biden ke Riyadh, ingin meraih kompensasi dengan metodenya ini untuk menarik Riyadh ke arah normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel.
Mengenai mengapa dan sejauh mana keterlibatan AS di perang Yaman harus dikatakan bahwa keterlibatan ini dimulai sejak era Demokrat dan pada saat itu, Arab Saudi, sebagai imbalan atas upaya pemerintahan Obama untuk menandatangani kesepakatan nuklir dengan Iran, menuntut pembalasan dari Amerika Serikat dan, dengan menginvasi Yaman, ingin menjadikannya sebagai imbalan. Oleh karena itu, Menlu Arab Saudi saat itu, Adel al-Jubeir saat menjustifikasi agresi negaranya ke Yaman merilisnya di Washington, bukan di Riyadh.
Janji yang diberikan Arab Saudi kepada Amerika adalah operasi pendudukan Yaman akan berakhir di hari pertama serangan, tapi kini perang telah memasuki tahun kedelapan. Faktanya harapan wilayah Arab Saudi dan UEA terhadap wilayah Yaman yang keduanya menjadi bagian penting dari wilayah negara ini telah dijajah kedua negara ini di selatan dan timur merupakan bukti nyata bahwa sejak awal tujuan perang ini adalah menduduki Yaman, dan bangkitnya kekuatan Ansarullah sekedar alasan untuk menutupi tujuan agresi dan ketamakan koalisi ini atas wilayah Yaman. Dan dari perspektif ini, keterlibatan Amerika di perang Yaman tidak terbatas pada suplai dan jaminan kebutuhan senjata pemerintah penjajah, bahkan Washington telah mempersiapkan peluang untuk pendudukan dan perpanjangan perang Yaman, memecahbelah dan membagi Yaman untuk mengubah peta Timur Tengah.
Mengenai akibat perang, harus dikatakan bahwa seiring dengan perpanjangan waktu perang, volume dan ruang lingkup kejahatan perang meningkat dan meskipun tanggung jawab utama terletak pada pemerintah pendudukan, tetapi mengingat peran pemerintah Barat, terutama Amerika Serikat dalam memenuhi kebutuhan senjata UEA dan Arab Saudi maka mereka juga terlibat dalam kejahatan perang ini
Kejahatan yang diakui Koran The Washington Post sampai saat ini telah menewaskan ratusan ribu orang. Dan menurut pengakuan banyak laporan organisasi internasional, lebih dari dua pertiga rakyat Yaman hidup dalam kondisi mengenaskan. Mengingat berlanjutnya blokade ekonomi dan naiknya harga global akibat perang Ukraina, maka hal ini semakin menambah parah kondisi kemanusiaan Yaman. (MF)