Transformasi Asia Barat, 13 Agustus 2022
Perkembangan di negara-negara Asia Barat selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting seperti serangan Terbaru Israel ke Gaza dan Balasan Cepat Jihad Islam Palestina.
Militer rezim Zionis Israel menyerang posisi Gerakan Jihad Islam Palestina di Jalur Gaza dalam operasi yang disebutnya sebagai "Operasi Fajar" pada Jumat, 5 Agustus 2022.
Kejahatan Zionis tersebut telah menyebabkan 12 warga Palestina, termasuk seorang anak berusia 5 tahun, gugur syahid. Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Utara Tayseer al-Ja'bari 'Abu Mahmud juga gugur syahid dalam serangan ini.
Serangan udara rezim Zionis menyasar posisi kelompok Jihad Islam Palestina dan anggota-anggota kelompok perlawanan ini. Sebelumnya, Al-Ja'bari, yang terpilih sebagai penerus syahid Baha Abul Ata pada 2019, mengalami dua kali percobaan pembunuhan pada 2012 dan 2014, tetapi selamat.
Al-Jabari adalah Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Utara dalam perang dan operasi "Pedang al-Quds" (Saif al-Quds) pada tahun 2021 dan merupakan salah satu pengawas pembuatan rudal perlawanan, termasuk sistem rudal Jihad Islam yang diresmikan pada bulan Mei 2021.
Dengan membunuh al-Ja'bari, rezim Zionis ingin membalas dendam atas operasi Saif al-Quds tahun lalu dan melenyapkan salah satu komandan penting Jihad Islam. Selain al-Ja'bari, rezim Zionis menangkap puluhan anggota Jihad Islam di Tepi Barat. Surat kabar Zionis Ma'ariv menulis bahwa orang-orang ini terlibat dalam operasi melawan rezim Zionis.
Tindakan rezim Zionis ini bahkan dikritik oleh sejumlah pihak di wilayah pendudukan. Gal Berger, seorang analis Israel, menyebut tindakan ini sebagai "kesalahan besar." Dia menulis, sekarang semua kelompok Palestina menargetkan kami atas nama Jihad Islam, dan mereka semua bersatu melawan kami, dan penyebab situasi ini adalah Yair Lapid, Perdana Menteri Israel.
Menanggapi kejahatan oleh rezim Zionis ini, kelompok-kelompok perlawanan Palestina menekankan dalam sebuah pernyataan bahwa perlawanan dan persatuan akan tetap menjadi ujung panah melawan kejahatan-kejahatan rezim pendudukan, dan kejahatan-kejahatan ini tidak akan pernah dibiarkan tanpa balasan.
Dalam hal ini, kelompok-kelompok perlawanan Palestina secara cepat mulai merespon serangan rezim Zionis di Gaza dengan serangan-serangan rudal ke wilayah pendudukan, yang sebagian besar rudal kelompok perlawanan berhasil melewati sistem pertahanan udara rezim Zionis dan mengenai sasaran.
Dengan tanggapan tegas dari kelompok-kelompok perlawanan Palestina, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Asia Barat Tor Wennesland pada Sabtu (6/8/2022) dini hari menuntut penghentian tanggapan rudal kelompok-kelompok perlawanan terhadap kejahatan rezim Zionis.
Tor Wennesland yang mengabaikan pembunuhan terhadap warga Palestina oleh rezim Zionis mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa eskalasi ketegangan di Gaza sangat berbahaya. Dia menegaskan, penembakan roket dari Gaza harus segera dihentikan, dan saya meminta semua pihak untuk menahan diri dari eskalasi ketegangan lebih lanjut.
Beberapa sumber juga menyatakan bahwa rezim Zionis meminta mediasi untuk mengakhiri konflik tersebut namun kelompok-kelompok perlawanan Palestina menolak permintaan ini.
Penolakan Jihad Islam Palestina terhadap mediasi adalah karena Jihad Islam meyakini bahwa periode "menyerang (memukul) dan lari telah berakhir." Kelompok-kelompok Palestina memiliki hak untuk memberikan tanggapan timbal balik yang proporsional atas kejahatan rezim Zionis.
Poin terakhir adalah bahwa serangan rezim Zionis terhadap posisi Jihad Islam Palestina di Gaza sekali lagi dilakukan menjelang pemilu dan ketika rezim ini sedang menghadapi kebuntuan politik.
Perang 12 hari tahun lalu juga terjadi setelah mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu gagal membentuk kabinet. Sekarang kabinet koalisi Lapid-Bennett telah runtuh dan pemilu parlemen lain dijadwalkan akan diadakan di wilayah pendudukan pada November mendatang.
Hamas: Normalisasi Hubungan, Picu Zionis Tingkatkan Agresi terhadap Palestina
Juru bicara gerakan perlawanan Islam Palestina Hamas menekankan bahwa proses normalisasi hubungan dengan rezim Zionis mendorong rezim garesor ini mengintensifkan kejahatannya terhadap bangsa Palestina.
Situs Al Ahed melaporkan, Hazem Qassem, Juru Bicara Hamas hari Sabtu (6/8/2022) mengatakan, "Rezim pendudukan Al-Quds telah mengintensifkan agresinya terhadap Palestina, dan tempat-tempat sucinya sejak awal proses normalisasi hubungan,".
"Perjanjian untuk menormalkan hubungan ini mendorong rezim Zionis mengintensifkan kejahatannya terhadap rakyat Palestina," ujar Jubir Hamas.
"Rezim Zionis telah dan akan tetap menjadi musuh utama bangsa Palestina, dan ini menunjukkan bahwa masalah Palestina akan tetap menjadi isu sentral umat Islam," tegasnya.
Juru bicara Hamas menyerukan negara-negara Muslim untuk mengangkat suara mereka dalam menentang kejahatan Zionis terhadap bangsa Palestina dan bersatu melawan proyek Zionis yang menargetkan bangsa Palestina dan keamanan nasional negara-negara Arab dan dunia Islam.
Sejak Jumat, rezim Zionis telah menargetkan beberapa wilayah Jalur Gaza dengan serangan udaranya, dan sejauh ini 13 warga Palestina gugur, dan 83 lainnya terluka akibat serangan tersebut.
Menanggapi serangan rezim Zionis di Jalur Gaza, kelompok perlawanan Palestina telah menargetkan pemukiman di sekitar Gaza dan selatan Tel Aviv dengan serangan roket.
Komandan Senior Jihad Islam Palestina Syahid
Gerakan Jihad Islam mengumumkan kesyahidan salah satu komandan seniornya dalam serangan rezim Zionis di Jalur Gaza.
Menurut Kantor Berita Palestine Today hari Minggu (7/8/2022) pagi melaporkan, jenazah delapan syuhada Palestina, termasuk Khaled Mansour (Abu Ragheb), komandan wilayah selatan Saraya Al-Quds Jihad Islam Palestina dikeluarkan dari bawah reruntuhan akibat serangan rezim zionistadi malam.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan peningkatan jumlah syuhada Palestina menjadi 32 orang, termasuk 6 anak-anak, dan 215 orang lainnya terluka.
Menaggapi kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di jalur Gaza, brigade Saraya Al-Quds, sayap militer gerakan Jihad Islam Palestina menembakkan roket dan rudal ke berbagai wilayah Palestina sejak tadi malam hingga hari ini.
Setelah 24 jam berlalu sejak agresi pertama tentara rezim Zionis ke Jalur Gaza, jangkauan peluncur roket di daerah-daerah pendudukan, terutama kota-kota di sekitar Jalur Gaza, semakin meluas.
Serangan roket sebagian besar dilakukan oleh brigade Saraya Quds sebagai tanggapan atas kesyahidan sejumlah komandan dan pasukan gerakan ini dalam serangan rezim Zionis pada hari Jumat.
Sejak aksi balasan dilancarkan, para pemukim Zionis bersembunyi di bunker selama lebih dari 24 jam, dan volume tembakan dari perlawanan Palestina meningkat setiap saat.
Mengapa Israel Fokus Meneror Komandan Perlawanan dalam Perang Terbaru?
Rezim Zionis Israel telah memasukkan teror dan pembunuhan terhadap para komandan Jihad Islam Palestina ke dalam agenda serangan terbarunya ke Jalur Gaza yang dimulai pada hari Jumat, 5 Agustus 2022.
Langkah pertama adalah membunuh Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Utara Tayseer al-Ja'bari 'Abu Mahmud yang dilakukan pada hari Jumat. Militer rezim Zionis kemudian membunuh Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Selatan Khaled Mansour dalam sebuah serangan udara di kamp pengungsi Rafah, selatan Gaza.
Rezim Zionis selanjutnya menarget Komandan Tinggi Jihad Islam Palestina Ahmed al-Mudallal, namun gagal membunuhnya. Dalam serangan ini, putra al-Mudallal gugur syahid. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa rezim teroris Zionis telah menggunakan metode teror secara khusus dalam serangan terbarunya ke Gaza.
Ada berbagai alasan mengapa rezim Zionis fokus pada teror dalam perang terbaru ini, tetapi alasan yang paling penting adalah bahwa rezim ilegal ini mahir dalam melakukan operasi terorisme.
Rezim Zionis adalah contoh nyata terorisme negara dan telah menggunakan metode teror di dalam wilayah pendudukannya di Palestina, Lebanon, Republik Islam Iran dan negara-negara lain. Badan-badan militer dan intelijen Israel menerima pelatihan khusus tentang teror dan memandang teror sebagai metode operasional.
Alasan lain penggunaan teror adalah bahwa rezim teroris Zionis berpikir bahwa dengan membunuh para komandan kelompok-kelompok perlawanan akan bisa menghambat proses penguatan posisi mereka di depan rezim ilegal ini dan juga dalam tatanan keamanan Asia Barat.
Tidak diragukan lagi, persepsi rezim Zionis ini tidak benar sebab Israel sejauh ini telah meneror dan membunuh para komandan tinggi kelompok-kelompok Poros Perlawanan, namun alih-alih perlawanan ini berhenti, tetapi justru semakin kuat dengan berlalunya waktu, dan hari ini telah mencapai tingkat kekuatan militer yang memiliki kemampuan untuk menanggapi kejahatan rezim Zionis. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pembunuhan terhadap para komandan tinggi kelompok-kelompok perlawanan menjadi salah satu faktor semakin kuatnya Poros Perlawanan.
Dalam hal ini, juru bicara Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), Hazem Qassem mengatakan, rezim pendudukan berpikir bahwa dengan membunuh para pemimpin perlawanan, langkah itu akan dapat menghentikan jalur perlawanan di bumi Palestina, tetapi pengalaman telah menunjukkan bahwa perlawanan menjadi semakin kuat dengan kesyahidan para pemimpinnya.
Hazem Qassem menyatakan bahwa perlawanan yang berani terus melakukan tugas sucinya dalam menanggapi kejahatan-kejahatan rezim pendudukan terhadap bangsa dan tempat-tempat suci Palestina.
Faktor lain yang menyebabkan rezim Zionis fokus pada pembunuhan para komandan perlawanan adalah kegagalan yang pernah dialami sebelumnya di medan perang. Kegagalan ini membuat rezim Zionis sampai pada kesimpulan bahwa mereka tidak dapat memasuki perang dalam jangka panjang karena sangat rentan. Oleh karena itu, Israel berusaha mempersingkat durasi perang dengan berfokus pada teror terhadap para petinggi perlawanan agar bisa mencegah kerugian yang lebih besar.
Faktor penting lain dari penggunaan metode teror adalah sejauh ini tidak ada organisasi atau kekuatan dunia yang mengambil tindakan terhadap kejahatan teroris Zionis. Kebungkaman yang disertai dengan dukungan kepada rezim Zionis merupakan faktor penting bagi kelanjutan kejahatan dan terorisme yang dilakukan rezim ilegal ini.
Kekuatan-kekuatan Barat, terutama Amerika Serikat, mendukung kejahatan rezim Zionis. Sementara, meskipun negara-negara Arab mengutuk serangan Israel terhadap Gaza, namun mereka mengambil jalan normalisasi hubungan dengan rezim Zionis.
Langkah negara-negara Arab ini tentunya telah menyebabkan rezim Zionis semakin berani melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina dan tidak khawatir atas posisi negara-negara Arab. Oleh karena itu, rezim teroris Zionis pun tidak khawatir akan dihukum atas kejahatannya.
Israel Lakukan Gencatan Senjata, Warga Gaza Rayakan Kemenangan
Warga Palestina di Jalur Gaza turun ke jalan setelah kelompok-kelompok perlawanan berhasil memaksakan tuntutan mereka terhadap rezim Zionis Israel dan dilakukan gencatan senjata.
Menurut Shehabnews, sejumlah besar warga Gaza merayakan pelaksanaan gencatan senjata yang diberlakukan terhadap rezim Zionis pada Senin (8/8/20220 pagi, sambil memegang dan mengibarkan bendera Palestina.
Kegembiraan rakyat Gaza karena berhasil memaksa rezim Zionis untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata terjadi setelah pasukan perlawanan menembakkan lebih dari 700 rudal ke wilayah pendudukan sejak hari Jumat sebagai balasan atas serangan Israel ke Gaza. 58 distrik Zionis berada di bawah tembakan rudal tersebut.
Perjanjian gencatan senjata dilaksanakan pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Sejak hari Jumat, militer rezim Zionis memulai babak baru serangan terhadap Gaza, yang telah menyebabkan 44 warga Palestina, termasuk dua komandan Gerakan Jihad Islam Palestina, 15 anak dan dua perempuan gugur syahid, dan lebih dari 360 orang terluka.
Di antara para syuhada adalah Komandan Saraya al-Quds untuk Zona Utara Tayseer al-Ja'bari 'Abu Mahmud. Gugurnya Tayseer menyebabkan serangan basalan Jihad Islam Palestina menjadi lebih intens.
Asyura, Rakyat Yaman Ikrar Melawan Agresor dan Dukung Palestina
Warga Yaman menggelar pawai di Sanaa dan berbagai kota besar lainnya untuk memperingati Asyura dan mendukung rakyat Palestina dalam melawan agresi militer rezim Zionis Israel.
Hari ini, Senin, 10 Muharam 1444 H/8 Agustus 2022 adalah hari memperingati Asyura. Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw dan keluarga beserta para pengikutnya gugur syahid dibantai oleh pasukan Umar bin Saad di Padang Karbala. Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.
Menurut al-Masirah, setelah mengikuti pawai peringatan Asyura dan ungkapan dukungan kepada rakyat Palestina, rakyat Yaman mengeluarkan pernyataan pada hari ini, Senin (8/8/2022) bahwa mereka siap untuk menghadapi serangan dan kejahatan pasukan koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi.
Mereka juga menegaskan dukungan mereka kepada rakyat Palestina dan hak bangsa ini untuk merespons serangan rezim Zionis.
"Kami menekankan solidaritas kami kepada bangsa-bangsa Umat Islam dan menganggapnya sebagai komitmen keagamaan kami yang tidak dapat dikompromikan, dan kami mengutuk serangan rezim Zionis di Jalur Gaza dan setiap normalisasi hubungan dengan rezim ini," tegas rakyat Yaman dalam deklarasinya.
Rakyat Yaman juga menekankan untuk mendukung Lebanon dalam menghadapi ancaman rezim Zionis dan juga mendukung Hizbullah dalam menghadapi rezim ilegal ini.
"Sikap kami terhadap agresi musuh adalah jihad suci sebagai kewajiban agama, kemanusiaan dan nasional," tegas rakyat Yaman.
Dalam pernyataan usai pawai Asyura itu, rakyat Yaman menegaskan, kami tidak peduli berapa banyak tantangan yang ada, dan kami tidak akan ragu untuk melakukan upaya apa pun untuk menghadapi rezim Zionis.
"… Kami sekali lagi menekankan perjanjian kami dengan Imam Hussein as dan kami mengatakan bahwa kami akan terus menghadapi dan melawan Yazid-Yazid sekarang, Amerika Serikat dan rezim Zionis sampai kemenangan terwujud sepenuhnya," pungkasnya.
Hizbullah: Rudal Perlawanan Paksa Zionis Menerima Gencatan Senjata
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, jelas bahwa hari ini adalah Israel yang mencari gencatan senjata, karena tidak mampu menahan lebih banyak rudal, dan rudal-rudal perlawanan telah memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata.
"Saya menekankan keberanian Palestina untuk menanggapi (serangan), sebab, jika pembunuhan terhadap Tayseer al-Ja'bari tidak direspons, rezim Zionis akan terus melakukan kejahatan seperti ini," kata Sayid Nasrullah pada Minggu (7/8/2022) malam seperti dlansir IRNA.
Dia menambahkan, perlawanan dan stabilitas rakyat Gaza harus dipuji.
"Perlawanan di Palestina, seperti di Lebanon, mampu membela bangsanya dan membuktikan persamaan baru dalam mendukung dan menghalangi serta memaksakan kondisinya pada musuh Zionis," tegasnya.
Penyataan Sayid Nasrullah dilontarkan setelah rudal-rudal perlawanan Palestina berhasil memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata.
Perjanjian gencatan senjata dilaksanakan pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Sejak hari Jumat, militer rezim Zionis memulai babak baru serangan terhadap Gaza, yang telah menyebabkan 44 warga Palestina, termasuk dua komandan Gerakan Jihad Islam Palestina, 15 anak dan dua perempuan gugur syahid, dan lebih dari 360 orang terluka.
Serangan Terbaru Israel, 45 Warga Palestina Gugur dan 1746 Rumah Rusak
Kantor informasi pemerintah di Jalur Gaza mengumumkan bahwa serangan militer rezim Zionis Israel selama tiga hari telah menyebabkan 45 warga Palestina gugur syahid dan ratusan lainnya terluka.
Serangan militer Zionis juga menyebabkan 18 unit rumah hancur total dan 71 unit lainnya rusak parah dan tidak bisa lagi untuk ditinggali. 1.675 unit rumah lainnya rusak sebagian, namun dapat dihuni setelah kerusakan diperbaiki.
Menurut FNA, kantor informasi pemerintah di Gaza dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (8/8/2022) meminta masyarakat internasional untuk mencabut blokade Gaza dan memberikan izin masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah ini.
Disebutkan bahwa operasi rekonstruksi Gaza menghadapi masalah keuangan dan tidak ada sponsor kecuali Qatar dan Mesir.
Uni Eropa dan negara-negara sahabat dan saudara diminta untuk memberikan dukungan keuangan untuk rekonstruksi Gaza. Mesir juga diminta untuk mengadakan konferensi internasional guna mengumpulkan bantuan keuangan untuk rekonstruksi wilayah Palestina yang diblokade rezim Zionis Israel itu.
Jet-jet tempur rezim Zionis membombardir daerah-daerah di Gaza mulai Jumat malam, yang mendapat tanggapan dari kelompok-kelompok perlawanan. 360 warga Palestina dilaporkan terluka dalam serangan tersebut.
Akhirnya, ratusan rudal kelompok perlawanan Palestina yang ditembakkan ke wilayah pendudukan telah memaksa rezim Zionis untuk menerima perjanjian gencatan senjata pada Minggu malam pukul 23.30 waktu setempat dengan mediasi Mesir dan Qatar.
Serangan Zionis di Gaza menuai gelombang kecaman di tingkat internasional, terutama di dunia Islam. Negara-negara, para pejabat, dan para tokoh menekankan perlunya penghentian serangan tersebut, dan tanggung jawab Israel atas kejahatan mengerikan ini.
Situs Institusi Rezim Zionis Kembali Diretas
Setelah terjadi babak baru agresi militer rezim Zionis di Jalur Gaza, gelombang serangan siber kembali menghujani berbagai institusi Israel.
Selama beberapa bulan terakhir, situs web dan sistem virtual rezim Zionis telah menjadi target serangan dunia maya besar-besaran.
Serangan dunia maya ini telah menyebabkan kekhawatiran otoritas Zionis dan mempertanyakan kemampuan rezim ini untuk menanganinya.
Menurut kantor berita Shahab, media rezim Zionis hari Selasa (9/8/2022) melaporkan bahwa beberapa institusi rezim Zionis, termasuk kota pemukiman Zionis Sderot menjadi sasaran serangan siber.
Menurut media ini, sumber serangan siber berasal dari Irak.
Media rezim Zionis melaporkan beberapa hari yang lalu bahwa situs web militer Israel menjadi sasaran serangan siber.
Pekan lalu, tujuh pangkalan dan sistem virtual rezim Zionis diretas oleh kelompok Irak Al-Tahera.
Ini adalah serangan siber kedua oleh kelompok peretas Al-Tahera terhadap situs web rezim Zionis dalam beberapa bulan terakhir. Sebelumnya, kelompok ini menargetkan infrastruktur Kota Tel Aviv, ibu kota rezim Zionis, dengan melakukan serangan dunia maya, yang mengakibatkan situs web kotamadya dan aplikasi layanan kota Tel Aviv dan sistem pajaknya dibobol.
Pejabat Fatah Palestina Diteror di Lebanon
Pejabat hubungan keamanan nasional Palestina diteror oleh oknum bersenjata.
Menurut laporan IRIB Rabu (10/8/2022), Saeed Alaeddine menjadi target penembakan pria bersenjata di Kamp Ain Al-Helweh di kota Sidon, Lebanon Selatan.
Masih menurut sumber ini, Alaeddine meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit karena luka yang ia derita.
Mounir Makdah, salah satu pemimpin Gerakan Fatah di Lebanon mengatakan, Alaeddine bertanggung jawab menjadi penghubung antara kelompok itu dan keamanan Lebanon.
Sebuah sumber Palestina juga menyatakan bahwa Alaeddine bertanggung jawab menjadi penghubung di Dewan Keamanan Nasional Palestina.
Sampai berita ini diturunkan belum ada individu atau keompok yang mengaku bertanggung jawab atas teror ini.
3.000 Tentara AS Diprediksikan Ditempatkan di Suriah
Pakar keamanan di Suriah mengatakan, Amerika Serikat menempatkan 3.000 pasukannya di sembilang pangkalan di Suriah.
Militer Amerika dan anasir teroris yang berafiliasi dengan mereka, sejak lama bercokol di utara dan timur Suriah secara ilegal, dan selain merampok minyak serta gandum negara ini, juga melancarkan serangan terhadap warga dan pasukan Suriah di kawasan tersebut.
Menurut laporan al-Maloomah Rabu (10/8/2022), Said Faris al-Said, pengamat isu-isu keamanan di Suriah menyatakan, Amerika menempatkan 3.000 pasukannya di Hasakah, Tanf, Ash Shaddadi, Tal Bidar, Rmelan, pangkalan Ras al-Ain, Ain Isa, Tell Abyad dan Ain al-Arab.
Al-Said seraya mengisyaratkan bahwa pangkalan-pangkalan ini dibangun di dekat lokasi penempatan milisi sparatis bersenjata, dan di dalamnya terdapat anasir teroris dari Front al-Nusra dan Daesh dari berbagai negara dunia, menjelaskan, "Sejumlah pangkalan seperti al-Tanf memiliki hubungan dengan pangkalan di Irak.
Sekaitan dengan ini, Mohammad Fawaz, salah satu anggota parlemen Suriah menekankan, pasukan Amerika tengan meningkatkan aktivitasnya di Suriah untuk merampok ladang minyak negara ini dan menjualnya di pasar dekat Kurdistan Irak dan Turki.
Pemerintah Suriah berulang kali menekankan bahwa anasir teroris Amerika dan pasukan yang berafiliasi dengannya di Timur dan Timur Laut Suriah hanya bertujuan merampok minyak negara ini dan mereka harus keluar dari kawasan tersebut.
Israel Ancam Teror Sekjen Jihad Islam Palestina
Menteri Peperangan rezim Zionis Israel, Benny Gantz di sebuah statemennya yang menunjukkan kecongkakan rezim ilega ini, mengancam akan meneror sekjen Gerakan Jihad Islam Palestina.
Seperti dilaporkan al-Arabi al-Jadid Rabu (10/8/2022), Benny Gantz seraya mengancam langsung Ziyad al-Nakhalah, sekjen Jihad Islam Palestina mengklaim bahwa tidak ada jaminan apa pun bagi al-Nakhalah.
"Seluruh pemimpin kelompok bersenjata harus merasa khawatir, Ziyad al-Nakhalah adalah pemimpin kelompok bersenjata dan tidak ada jaminan bahwa dia akan selamat, dan tidak ada tempat yang aman untuk al-Nakhalah.," ungkap Benny Gantz.
Menteri Peperangan Israel menjelaskan, jika gencatan senjata dilanggar, Israel akan mengerahkan segenap kemampuannya.
Gantz di wawancara yang tercatat sebagai wawancara televisi pertama sejak serangan terbaru Israel ke Gaza dan sejalan dengan keinginan Zionis untuk tidak mematuhi komitmen mereka, Gantz menyaratkan pemberian kemudahan bagi rekonstruksi Jalur Gaza dengan pembebasan dua tentara Zionis.
Milisi Loyalis Saudi dan UEA Saling Serang di Yaman
Milisi yang berafiliasi dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi bentrok lagi di wilayah selatan Yaman, yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa dan terluka.
Bentrokan beberapa hari terakhir terjadi di provinsi Shabwah, provinsi kedua Yaman yang kaya minyak setelah Marib.
Adel al-Hasani, salah satu pejabat gerakan perlawanan Yaman selatan hari Rabu (10/8/2022) mengatakan bahwa pasukan loyalis UEA dan Arab Saudi terlibat baku tembak di wilayah Sabwah untuk memperebutkan daerah itu. Al Hasani mengungkapkan, "Shabwah adalah wilayah kaya minyak dengan kekayaan besar yang saat ini diperebutkan oleh UEA dan Arab Saudi,".
"Konflik baru-baru ini menunjukkan bahwa persaingan antara Riyadh dan Abu Dhabi bersama tentara bayaran mereka masing-masing yang terus berlanjut hingga sekarang bermotif ekonomi," ujarnya.
Konflik antara tentara bayaran Saudi dan Emirat di Yaman selatan terus berlanjut padahal telah disepakati gencatan senjatasejak April lalu. Saudi dan Yaman mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata dua bulan April lalu dengan mediasi PBB, yang diperpanjang untuk ketiga kalinya pekan lalu.
Menhan Irak Minta Militer Jauhi Fitnah
Menteri pertahanan Irak di jumpa pertermuan bersama yang dihadiri para komandan dan perwira tinggi militer negara ini, meminta mereka tidak terlibat dalam fitnah dan tidak mengambil sikap menudkung terhadap satu kelompok melawan kelompok lain.
Kondisi politik Irak di bawah bayang-bayang kegagalan elit politik negara ini membentuk pemerintah baru dan pemilihan presiden serta perdana menteri meski telah berlalu delapan bulan dari pengumuman hasil pemilu parlemen serta pengunduran diri kelompok Sadr dari proses politik, dari hari ke hari semakin rumit.
Menurut laporan al-Maloomah Kamis (11/8/2022), Juma Enad Saadoun di pertemuannya dengan pejabat militer negara ini mengatakan, Irak tengah melewati hari-hari sulit akibat kebuntuan politik.
Saadoun meminta pejabat militer Irak menjahui konflik politik, dan mempertahakan sikapnya menjaga jarak dari seluruh faksi politik secara setara, serta tidak mengambil sikap mendukung satu kelompok melawan kelompok lain.
Menhan Irak seraya menjelaskan bahwa tugas suci kami adalah menjaga tanah air dan rakyat, serta setiap orang harus bertanggung jawab, menekankan, rakyat harus memerangi terorisme dan menjaga diri dari menggelar demonstrasi.
Menhan Irak meminta warga mengambil langkah-langkah persiapan dan perlindungan, serta waspada karena musuh menunggu tindakan yang mengejutkan dan oportunistik.
"Jangan menebar fitnah, dan bertindaklah dengan rasional dan netral, kalian adalah putra-putra pasukan pahlawan Irak yang sepanjang zaman menorehkan banyak epik dan kepahlawanan," ungkap Juma Enad Saadoun.
Rezim Zionis Khawatirkan Aksi Balasan Hizbullah terhadap Serangan di Quneitra
Rezim Zionis mengambil langkah pengamanan ketat untuk mengantisipasi aksi balasan dari Hizbullah setelah terjadi serangan tentara Zionis di wilayah perbatasan Quneitra.
Sebuah tank rezim Zionis yang ditempatkan di Golan kemarin menembaki desa Al-Hamidiya di pinggiran Quneitra, Suriah. Dua warga sipil terluka setelah artileri rezim Zionis menembaki desa ini.
Di sisi lain, tentara Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan pangkalan di Quneitra, Suriah, yang digunakan gerakan Hizbullah untuk pengawasan.
Menurut situs Sputnik, sumber-sumber Lebanon melaporkan bahwa setelah serangan tentara Zionis di Quneitra, militer Israel memantau kemungkinan pergerakan Hizbullah di berbagai daerah pendudukan.
Tentara Israel telah menerbangkan helikopter dan pesawat pengintainya di atas wilayah Quneitra.
Pemerintah Suriah telah berulang kali mengumumkan bahwa rezim Zionis dan sekutu regional dan baratnya mendukung kelompok teroris Takfiri yang memerangi Damaskus.
Khalid Meshaal: Hubungan dengan Iran Tidak Pernah Terputus
Kepala kantor Hamas di luar negeri menekankan bahwa hubungan Hamas dengan Iran tidak pernah terputus sesaat pun, dan dukungan Iran terhadap gerakan ini terus berlanjut meskipun dalam kondisi sulit yang mereka hadapi.
Menurut laporan Al Jazeera pada hari Sabtu, Khalid Meshaal, Kepala kantor Hamas di luar negeri, dalam pidatonya hari Sabtu (13/8/2022) menyinggung hubungan antara Iran dan Hamas. Meshaal mengakui bahwa keputusan untuk menarik kantor Hamas dari Suriah mempengaruhi hubungan antara gerakan Palestina ini dengan Tehran, tetapi hubungan ini tidak pernah terputus, dan dukungan Iran untuk Hamas tidak berhenti, meskipun dalam kondisi sulit yang mereka alami.
Ia juga menyangkal klaim partisipasi Hamas dalam perkembangan yang berkaitan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin dan meminta otoritas Riyadh untuk membebaskan anggota Hamas yang ditahan di penjara Arab Saudi.
"Hamas tidak menghina negara manapun dan tidak ikut campur dalam urusan mereka. Menghukum Hamas adalah satu-satunya cara untuk melawan, itu bukan tindakan yang benar," ujar Meshaal.
Di bagian lain dari statemennya, Khalid Meshaal menyinggung upaya rezim Zionis untuk membunuhnya pada tahun 1997, tapi gagal.