Ditekan Rezim Zionis, Perlawanan Jadi Pilihan Tunggal Tepi Barat
(last modified Thu, 20 Oct 2022 13:08:59 GMT )
Okt 20, 2022 20:08 Asia/Jakarta
  • Tepi Barat.
    Tepi Barat.

Untuk beberapa waktu, situasi baru telah terjadi di wilayah Palestina pendudukan di Tepi Barat. Kota Nablus telah dikepung dan menjadi sasaran serangan dan kejahatan rezim Zionis Israel selama kurang lebih 10 hari terakhir.

Juru bicara pemerintah Otorita Ramallah Nabil Abu Rudeineh dalam pernyataan terbaru menyinggung pengepungan kota Nablus dan kekerasan serta serangan pasukan rezim Zionis ke berbagai daerah di Tepi Barat, terutama di al-Quds.

Dia menggambarkan hal itu sebagai perang habis-habisan terhadap Palestina, yang sebelumnya kelompok-kelompok perlawanan Palestina menyebut perlawanan warga Tepi Barat dalam menghadapi Israel sebagai Intifadah jenis baru. 

Sejak beberapa bulan yang lalu, sumber-sumber Zionis, dengan evaluasi bahwa Intifadah baru sedang terbentuk di Tepi Barat, militer Israel meluncurkan operasi baru dengan nama Breakwater, tetapi pelaksanaan operasi ini seperti menuangkan bensin di atas bara api dan justru meningkatkan intensitas dan ruang lingkup operasi-operasi perlawanan rakyat Palestina.

Dengan memperhatikan bahwa sifat operasi perlawanan Palestina adalah defensif dan operasi ini terjadi di dalam wilayah yang menurut resolusi Dewan Keamanan PBB seharusnya diberikan kepada Palestina untuk pembentukan negara Palestina beberapa dekade yang lalu, maka langkah-langkah rezim Zionis untuk memperluas penjajahannya di wilayah tersebut dan mengakomodasi imigran Zionis baru dari negara-negara yang dilanda perang seperti Ukraina adalah bertujuan untuk mempersempit ruang gerak warga Palestina di Tepi Barat dan akhirnya memaksa mereka untuk meninggalkan tanah kelahirannya.

Di sisi lain, rakyat Palestina meningkatkan intensitas dan ruang lingkup langkah-langkah pertahanan dan perlawanan mereka sedemikian rupa sehingga gerakan perlawanan baru telah muncul dan berkembang di Tepi Barat. Gerakan ini tidak bergantung kepada kelompok perlawanan mana pun, tetapi semua kelompok perlawan Palestina, termasuk yang Islami maupun yang nasionalis, mendukungnya.

Contoh nyatanya adalah deklarasi solidaritas semua kelompok perlawanan, dan lebih dari itu, rakyat Palestina dengan kesyahidan Odi al-Tamimi, anggota kelompok yang dikenal sebagai Bisheh Shiran, yang meluncurkan sebuah operasi bersenjata di Nablus sekitar 10 hari yang lalu untuk menarget pasukan Zionis. Setelah 10 hari, dia melakukan sebuah operasi bersenjata lainnya, dan akhirnya gugur syahid. Sebagai tanggapan atas operasi hal itu, semua kelompok Islam dan Nasional menyerukan pemogokan umum di Tepi Barat pada hari ini, Kamis (20/10/2022).

Sebenarnya, salah satu ciri perkembangan baru di wilayah Palestina pendudukan adalah sebagai hasil dari pertemuan berbagai kelompok Palestina di Aljazair baru-baru ini, yang menjadi sebuah dokumen rekonsiliasi nasional baru. Pertemuan ini menyeraukan persatuan, dan ini adalah perkembangan terpenting dalam kancah politik Palestina.

Di bidang perlawanan juga telah terjadi perkembangan baru sedemikian rupa sehingga setiap gerakan perlawanan mendapat dukungan dan sambutan publik, baik dari kubu Islam maupun nasional. Perkembangan ini menunjukkan bahwa akibat ingkar janji pihak Barat dan kegagalan Israel untuk memenuhi kewajibannya terhadap negosiasi perdamaian, dan "penggunaan instrumental dan penutup negosiasi" oleh rezim Zionis untuk menerapkan strategi pendudukan secara merayap di Tepi Barat, maka satu-satunya cara yang tersisa bagi rakyat Palestina adalah melawan.

Kini rakyat Palestina, setelah putus asa terhadap janji-janji kompromi dan tidak adanya dukungan negara-negara Arab, mereka telah beralih ke aset terpentingnya, yaitu persatuan internal, yang menawarkan visi yang jelas untuk mewujudkan hak-hak rakyat Palestina yang dirampas. Hal ini akan terwujud asalkan Fatah dan organisasi pemerintahan Otorita Ramallah tidak menyerah pada tekanan pihak Barat dan tetap berpegang pada komitmen dalam pernyataan dan deklarasi di Aljazair.

Harapan lain dalam hal ini adalah pemulihan hubungan antara Hamas dan Suriah sebagai dua mata rantai utama dari Poros Perlawanan, yang terjadi setelah sekitar 11 tahun dan memberikan dukungan lain untuk babak baru perlawanan. (RA)

Tags