Represi AS, Penghalang Utama Kesepakatan Yaman dan Arab Saudi
Ketika Arab Saudi dan Yaman mengambil langkah penting untuk mengakhiri perang, represi AS terhadap Riyadh menjadi kendala utama pengumuman akhir perang.
Delegasi Arab Saudi di pertengahan April tiba di Sanaa, ibu kota Yaman. Ini merupakan kunjungan pertama delegasi Arab Saudi ke Yaman sejak meletusnya perang di tahun 2015. Kunjungan delegasi Arab Saudi ke Sanaa dilakukan di saat sebelumnya Arab Saudi bahkan menolak berdialog dengan Ansarullah dan pemerintah di Sanaa. Kunjungan ini sama halnya pengakuan resmi terhadap pemerintahan yang berada di Sanaa oleh Riyadh.
Bersamaan dengan delegasi Saudi, delegasi Oman juga mengunjungi Yaman. Perjalanan serentak kedua delegasi ini menunjukkan keseriusan pihak lain untuk mengakhiri perang karena delegasi Oman dipercaya baik oleh pihak Saudi maupun pihak Yaman. Shirin Al-Adimi, seorang analis masalah Asia Barat, menulis: Perjalanan delegasi Saudi, yang titik baliknya adalah jabat tangan Mehdi Al-Mashat dari Yaman dan Muhammad Al-Jaber dari Arab Saudi, menunjukkan perubahan yang signifikan dalam jangka panjang perang asimetris dan pengepungan yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 375.000 orang Yaman, telah membunuh dan menyebabkan jutaan orang mati kelaparan.
Meskipun pada tahap pertama telah dicapai kesepakatan penting dan pembebasan tawanan dilaksanakan sebagai salah satu klausul kesepakatan, namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa kesepakatan akhir untuk mengakhiri perang belum juga tercapai.
Alasan utama gangguan dalam perjanjian ini adalah sabotase dan tekanan dari Amerika Serikat. Washington, yang tidak senang dengan kesepakatan antara Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan dan tidak menganggapnya sejalan dengan kepentingannya, menekan pemerintah Arab Saudi untuk menghentikan kesepakatan dengan Yaman.
Ali al-Kahhoum, anggota kantor politik Gerakan Ansarullah Yaman, menekankan bahwa bergerak menuju perdamaian adalah sikap yang benar dan mencatat bahwa Arab Saudi harus meninggalkan panji Amerika. Arab Saudi harus mengusir tekanan Barat untuk melanjutkan perang dan blokade Yaman. Tujuan Barat adalah agar Arab Saudi terjebak di rawa Yaman dan menjadi musuh tetangganya, di belakangnya ada tujuan kolonial yang jelas.
Mohammad Al-Bukhaiti, seorang anggota senior gerakan Ansarullah Yaman, juga menekankan dalam sebuah wawancara dengan televisi al-Mayadeen bahwa Amerika dan Inggris tidak ingin mencapai perdamaian di Yaman dan kapanpun mereka merasa bahwa kemajuan telah dibuat dalam negosiasi, mereka mencoba untuk mencegah perkembangan ini membuahkan hasil. Jika negosiasi gagal, opsi militer habis-habisan ada di atas meja.
Penentangan Amerika terhadap kesepakatan Arab Saudi dan Yaman untuk mengakhiri perang memiliki banyak alasan, tapi salah satu yang terpenting adalah Amerika tidak menginginkan perang ini berakhir tanpa partisipasi Washington atau negara seperti Cina atau Republik Islam Iran membantu mengakhiri perang. Sekaitan dengan ini, Washington meyakini bahwa mengakhiri perang di kondisi seperti ini akan menguntungkan poros muqawama di kawasan Asia Barat serta merugikan kepentingan rezim Zionis Israel.
Oleh karena itu, Amerika Serikat mensabotase proses kesepakatan Arab Saudi dan Yaman untuk mengakhiri perang, dan menekan pemerintah Riyadh untuk menghentikan perundingan. (MF)