Mengapa Saudi Tolak Permintaan AS untuk Jauhi Iran?
Arab Saudi menolak permintaan delegasi-delegasi Amerika Serikat (AS) untuk meninjau kembali hubungannya dengan Republik Islam Iran. Riyadh menegaskan bahwa keputusan normalisasi hubungan dengan Iran tidak sdapat diubah.
Situs berita Asasmdia dalam sebuah artikel, mengutip sumber terpercaya, menyebutkan, para pejabat Arab Saudi mengatakan kepada semua delegasi AS yang mengunjungi negara itu dalam beberapa pekan terakhir bahwa mereka tidak akan pernah mundur dari keputusan barunya terkait hubungannya dengan Iran.
Para pejabat Riyadh kepada delegasi-delegasi AS menegaskan bahwa Arab Saudi bebas untuk menjalin hubungan dengan kekuatan ekonomi atau politik manapun di dunia dalam kerangka kepentingannya.
Muncul dua pertanyaan terkait hal ini. Pertama, mengapa Arab Saudi sekarang menolak tuntutan AS setelah bertahun-tahun bergantung dan tunduk kepada Washington? Dan kedua, mengapa Amerika menentang rekonsiliasi Arab Saudi dengan Iran dan Poros Perlawanan secara umum?
Menanggapi penentangan Amerika terhadap proses rekonsiliasi Arab Saudi dengan Iran dan Poros perlawanan, dapat dikemukakan beberapa alasan:
Pertama, kebijakan AS di bidang ini mengikuti kebijakan dan kepentingan rezim Zionis Israel, dan pendekatan rezim ilegal ini adalah penghancuran Poros Perlawanan. Namun sekarang terlihat bahwa Iran dan Poros Perlawanan telah memenangkan medan perang di berbagai bidang, dan dalam situasi seperti ini, rekonsiliasi Arab Saudi akan membantu menstabilkan dan melanggengkan kemenangan ini.
Kedua, pendekatan dua partai di Amerika (Republik dan Demokrat) didasarkan pada kelanjutan normalisasi hubungan antara rezim Zionis dan negara-negara Arab, dan mereka juga ingin mengubahnya menjadi alternatif untuk mengisi kekosongan akibat perubahan pendekatan mereka dari Timur Tengah ke Asia Timur untuk menghadapi Cina. Di sisi lain, dalam situasi saat ini, AS juga harus melanjutkan kehadirannya di kawasan, dan tentunya, Washington akan lebih mengutamakan kepentingan Israel daripada kepentingannya sendiri, seperti pada masa lalu.
Untuk menjawab pertanyaan kedua mengenai alasan penolakan Arab Saudi terhadap permintaan Amerika untuk menjauhi Iran dan Poros Perlawanan, dapat dikemukakan beberapa alasan:
Pertama, hubungan strategis antara Arab Saudi dan AS terbentuk setelah Perang Dunia II berdasarkan pertukaran minyak untuk keamanan. Beberapa tahun lalu hubungan ini mengendur secara bertahap setelah ekstraksi minyak serpih (Shale oil) di Amerika dan berkurangnya ketergantungan negara ini pada minyak Arab Saudi.
Selain itu, pasca serangan 11 September 2001, AS membuat tuduhan terhadap pemerintah Arab Saudi, dan bagian rahasia dari laporan insiden ini menjadi alat bagi AS untuk memeras Arab Saudi, yang hingga sekarang masih berlanjut.
Kedua, Iran dan Poros Perlawanan berhasil melewati semua konspirasi dan rencana yang dirancang untuk menghancurkannya, dan bahkan memenangkan perang di lapangan, sementara di sisi lain, biaya kerja sama Arab Saudi dengan Amerika dan Israel meningkat dari hari ke hari.
Arab Saudi selama perang di Yaman, Suriah, Irak, Lebanon dan wilayah lain telah kehilangan miliaran dolar dari modal materi mereka, dan jika tetap melakukan rencana normalisasi hubungan dengan Israel, maka hal ini akan membayakan dan mengancam posisinya di dunia Arab dan Islam.
Ketiga, otoritas Arab Saudi telah dengan tepat memahami bahwa hegemoni AS sedang menurun dan bahwa hegemoni pesaing internasional AS, termasuk Cina dan Rusia, meningkat, dan oleh karena itu Riyadh mengadopsi pendekatan melihat ke Timur dalam kebijakan luar negerinya, dan faktanya, rekonsiliasi Iran dan Arab Saudi juga terwujud melalui dimediasi Cina.
Keempat, Arab Saudi kini telah sampai pada kesimpulan bahwa realisasi rencana besarnya seperti progam Neom dan 2030 hanya akan terwujud dengan membangun rekonsiliasi di kawasan dan mengadopsi pendekatan untuk melihat ke Timur. Sementara Amerika, seperti yang dikatakan Donald Trump, hanya memandang Arab Saudi sebagai sapi perah, dan hanya memikirkan tentang bagaimana untuk terus memeras negara Arab ini.
Karena faktor fundamental dan strategis inilah Arab Saudi menentang permintaan AS untuk menjauh dari Iran dan Poros Perlawanan. Mengingat sifat strategis dari faktor-faktor ini, maka kecil kemungkinannya bahkan jika Partai Republik memenangkan pemilu di AS, pendekatan ini akan diubah kembali.
Mengapa demikian? Sebab Arab Saudi telah mengevaluasi dan memahami kinerja kedua partai di AS itu selama beberapa dekade terakhir, dan telah sampai pada kesimpulan bahwa pandangan kedua partai di AS tentang Arab Saudi bersifat instrumental dan taktis dan hanya metode pemerasan mereka yang berbeda. (RA)