Para Demonstran Kembali Turun ke Jalan Menuntut Pengunduran Diri Netanyahu
Masyarakat di Wilayah Pendudukan Palestina kembali menggelar demonstrasi dan menuntut pengunduran diri Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri.
10 bulan telah berlalu sejak terbentuk kabinet Benjamin Netanyahu di Wilayah Pendudukan Palestina. Selama 10 bulan ini, Netanyahu menghadapi tuntutan pengunduran diri dari warga Wilayah Pendudukan.
Warga Wilayah Pendudukan Palestina menekankan pengunduran diri Netanyahu sebagai perdana menteri dengan mengorganisir demonstrasi beberapa ratus ribu orang, yang merupakan demonstrasi terbesar dalam sejarah rezim Zionis, tetapi Netanyahu, meskipun menentang permintaan pengunduran diri tersebut, mulai menekan para pengunjuk rasa.

Alasan terpenting atas permintaan pengunduran diri Netanyahu adalah rencana reformasi peradilan, yang selain mengurangi kekuasaan sistem peradilan rezim Zionis, juga meningkatkan kekuasaan kehakiman kabinet.
Masyarakat dan kritikus percaya bahwa rencana ini sejalan dengan upaya Netanyahu untuk mendirikan kediktatoran dan menghilangkan pemisahan kekuasaan di Wilayah Pendudukan.
Dengan operasi Badai Al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober, yang dilakukan oleh pejuang Al-Qassam, sayap militer Hamas, dan menimbulkan kekalahan intelijen dan militer terbesar pada rezim Zionis, demonstrasi rakyat yang terus menerus dihentikan untuk sementara.
Namun penghentian demonstrasi hanya berlangsung dua minggu dan ribuan warga Tel Aviv menggelar demonstrasi Sabtu (21/10/2023) menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Zionis Israel Benjamin Netanyahu.
Kali ini, alasan utama permintaan pengunduran diri Netanyahu adalah ketidakpeduliannya terhadap kondisi tawanan Zionis di penjara gerakan Hamas.
Dengan berlanjutnya serangan besar-besaran terhadap jalur Gaza, Netanyahu tidak melakukan upaya apa pun untuk membebaskan para tawanan Zionis.
Ada spekulasi bahwa nasib para tawanan tidak penting bagi Netanyahu, dan ia berencana untuk melancarkan serangan darat bahkan dengan mengorbankan nyawa mereka.
Masyarakat di Wilayah Pendudukan Palestina kembali menggelar demonstrasi dan menuntut pengunduran diri Benjamin Netanyahu sebagai Perdana Menteri.
Selain menggelar demonstrasi, masyarakat juga menekankan perlunya pengunduran diri Netanyahu dalam berbagai hasil polling.
Surat kabar Zionis Jerusalem Post mengumumkan bahwa hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar warga Israel, yaitu 56 persen, percaya bahwa Netanyahu harus segera mengundurkan diri setelah konflik baru-baru ini dengan rakyat Palestina dan kelompok perlawanan.
Menurut jajak pendapat yang dipublikasikan, hanya 28% warga Israel yang mendukung kinerja Netanyahu bahkan di tengah perang Gaza.
Laporan ini mengungkapkan bahwa empat dari lima warga Israel menganggap Netanyahu dan kabinet koalisinya bertanggung jawab atas operasi Badai Al-Aqsa dan kegagalan besar rezim pendudukan Al-Quds dalam menghadapi operasi ini.
Demonstrasi masyarakat dan hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa serangan besar-besaran terhadap Jalur Gaza dan pembantaian anak-anak bukan hanya gagal menyelamatkan Netanyahu dan kabinetnya dari bahaya kejatuhan, tetapi kinerja kabinet Netanyahu dalam memerangi Gaza adalah faktor lain yang menyebabkan tuntutan masyarakat agar Netanyahu mengundurkan diri.

Netanyahu berpikir bahwa ia akan mampu mengatur perimbangan keamanan Tel Aviv jika terjadi perang skala penuh dengan membantai warga Palestina, baik itu perempuan dan anak-anak, tetapi sekarang gagasan ini juga telah dibatalkan.
Jika Netanyahu tidak berusaha membebaskan setidaknya 210 tawanan Zionis yang ditahan oleh Hamas, dia dan kabinetnya pasti akan gagal.(sl)