Lembaga Pemeringkat S&P: Israel Sedang Menuju Resesi Ekonomi yang Parah
Lembaga pemeringkat S&P (Standard & Poor’s) mengumumkan dampak perang dengan Gaza terhadap perekonomian rezim Zionis.
Badai Al-Aqsa dan perang rezim Zionis terhadap Jalur Gaza menimbulkan berbagai dampak, salah satu yang paling penting adalah meningkatnya tantangan ekonomi yang dihadapi rezim ini.
Menurut laporan situs RT hari Sabtu (17/11/2023), lembaga pemeringkat S&P mengumumkan bahwa perang Israel dengan Palestina akan berdampak negatif pada produk domestik bruto (Israel) pada tahun 2023 dan 2024.
Laporan lembaga pemeringkat S&P minggu ini menunjukkan bahwa, di tengah risiko geopolitik dan keamanan akibat operasi kekuatan perlawanan, perekonomian Israel akan turun sebesar 5 persen pada kuartal keempat tahun ini.
Menyinggung penurunan aktivitas bisnis, penurunan permintaan konsumen, dan ketidakpastian iklim investasi di Israel akibat perang dengan Gaza, S&P memperkirakan defisit fiskal Israel dalam bentuk PDB akan mencapai 5,3 persen pada tahun 2023 dan 2024, sebanding dengan perkiraan 2,3 persen lembaga ini pada periode sebelum perang tersebut.
Menurut laporan ini, rezim Zionis telah meningkatkan biaya pendanaan perang secara signifikan dan membayar kompensasi kepada bisnis yang dekat dengan perbatasan Gaza, serta membayar kompensasi kepada keluarga korban dan tahanan yang berada di tangan kekuatan perlawanan.
Situasi ini telah menyebabkan defisit anggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencapai enam miliar dolar pada bulan lalu. Jumlah ini meningkat lebih dari tujuh kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Selain memukul sektor perekonomian rezim Zionis, perang Gaza juga berdampak buruk pada industri pariwisata rezim Zionis sebagai salah satu sumber daya ekonomi terpentingnya. Menurut statistik yang diumumkan, pendapatan pariwisata Israel lebih dari 5,5 miliar dolar tahun lalu, yang akan mengalami tren penurunan tajam tahun ini karena konflik dan tentu saja masalah politik di Wilayah Pendudukan.(sl)