Hamas: Selama Israel Patuhi Gencatan Senjata, Kami juga Mematuhinya
(last modified Fri, 24 Nov 2023 16:23:46 GMT )
Nov 24, 2023 23:23 Asia/Jakarta
  • Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas Ismail Haniyeh.
    Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas Ismail Haniyeh.

Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, selama rezim Zionis Israel mematui perjanjian gencatan senjata, kami juga akan mematuhinya.

Gencatan senjata selama 4 hari dilaksanakan pada hari ke-49 perang antara Hamas dan rezim Zionis di Jalur Gaza. Perjanjian ini dimulai pada Jumat (24/11/2023) pagi.

Menurut Al Jazeera, Haniyeh mengatakan bahwa rakyat besar Palestina telah menciptakan sebuah epik dengan kegigihan dan stabilitas, dan para pejuang di negeri ini juga telah melontarkan pukulan terhadap rezim Zionis, yang menyebabkan kekalahan pada rezim ilegal tersebut.

Dia menambahkan, rakyat Palestina memasuki pertempuran untuk kebebasan Gaza, dan al-Quds yang diduduki dan seluruh wilayah Palestina telah menjadi Palestina, dan para syuhada memerintah untuk kebebasan dan kemerdekaan di negeri ini.

Menurut Haniyeh, rezim Zionis menerima syarat-syarat kelompok perlawanan dan terpaksa menerima gencatan senjata.

"Rezim Zionis tidak mampu membebaskan para tahanan dengan senjata, pembunuhan dan genosida," jelasnya.

Kepala Biro Politik Hamas mengapresiasi kelompok perlawanan Lebanon, Qatar, Yaman, Irak, dan Mesir, dan menekankan perlunya untuk melanjutkan upaya internasional guna memenuhi hak-hak rakyat Palestina.

"Rakyat Palestina telah memasuki pertempuran demi kebebasan Gaza, al-Quds yang diduduki, dan seluruh wilayah Palestina," tegasnya.

Gerakan Perlawanan Islam Palestina, Hamas melancarkan operasi Badai al-Aqsa pada tanggal 7 Oktober 2023 untuk menangapi berbagai kejahatan rezim Zionis selama tujuh dekade penjajahan di Palestina, terutama penangkapan dan pembunuhan warga Palestina yang dilakukan Israel hampir setiap hari.

Seperti biasa, rezim Zionis merespons operasi pejuang perlawanan dengan membantai warga sipil dan mengebom kawasan pemukiman penduduk, fasilitas publik, terutama rumah sakit, sekolah, pasar, dan pusat-pusat keagamaan.

Pada akhirnya, rezim Zionis menerima kegagalan dalam operasinya untuk membebaskan para tawanan dan menyerah kepada perlawanan dengan menerima gencatan senjata, yang dimulai pada hari Jumat, 24 November 2023. (RA)