Ketika Rezim Zionis Semakin Terisolasi di Kancah Dunia
Berlanjutnya serangan militer terhadap Gaza telah mengisolasi rezim Zionis di dunia, sehingga sekutu Barat Tel Aviv terpaksa bereaksi terhadap kejahatan Zionis akibat kebencian dan rasa muak masyarakat dunia.
Berlanjutnya serangan militer rezim Zionis di Gaza, dan pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak Palestina, serta serangan terhadap rumah sakit dan infrastruktur di wilayah ini, telah meningkatkan ketegangan internal di Wilayah Pendudukan, dan di sisi lain, reaksi sekutu Barat Tel Aviv semakin meningkat.
Rezim Zionis, setelah dimulainya operasi Badai Al-Aqsa dari kelompok perlawanan Palestina pada tanggal 7 Oktober 2023 dan tidak mampu melawan operasi ini, mereka memulai serangan besar-besaran di Gaza.
Berlanjutnya perang Gaza membuat kancah politik di Wilayah Pendudukan kritis dan tegang.
Partai-partai oposisi di Israel meningkatkan tindakannya untuk mencopot kabinet Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis.
Yair Lapid, pemimpin oposisi rezim Zionis menyerukan pemilihan umum dini di Wilayah Pendudukan dan mengatakan, Kita harus bergerak menuju pemiliu dini Knesset (Parlemen Zionis).
Protes harian yang meluas dari keluarga para tawanan Zionis di Gaza terus berlanjut, dan Perdana Menteri Rezim Zionis, Benjamin Netanyahu, telah dikritik karena ketidakmampuannya untuk membebaskan para tawanan ini dan penghentian perundingan gencatan senjata dengan Hamas, dan dalam hal ini dia dituduh tidak kompeten dalam hal ini.
Pembunuhan dan genosida pendudukan Zionis di Gaza telah menyebabkan keterisolasian Israel.
Kelompok dan aktivis pro-Palestina di Eropa dan Amerika telah mengadakan berbagai pertemuan besar untuk mendukung rakyat Palestina dan Gaza serta mengutuk kejahatan Zionis.
Meskipun ada propaganda terus-menerus dari media-media yang berafiliasi dengan negara-negara Barat untuk mendukung rezim Zionis, tapi bertentangan dengan propaganda mereka, dan setelah operasi Badai Al-Aqsa, ternyata dukungan luas telah diberikan kepada rakyat Palestina di tingkat global.
Dalam beberapa bulan terakhir, negara-negara independen secara terbuka menyatakan dukungan mereka terhadap rakyat Palestina, dan para pengacara Afrika Selatan mengajukan pengaduan ke Mahkamah Internasional mengenai genosida yang dilakukan rezim Zionis.
Berlanjutnya protes dan dukungan terhadap rakyat Palestina menyebabkan rezim Zionis semakin terisolasi di mata opini publik dunia.
Sekutu Barat Gedung Putih, termasuk Kanada, Spanyol, Belgia dan Italia, telah menolak mengirim ekspor senjata ke rezim Zionis, yang menunjukkan ketidakpuasan yang signifikan dari warga negara Barat terhadap dukungan pemerintah mereka yang terus berlanjut ke Tel Aviv dalam beberapa tahun terakhir.
Inggris juga menyebutkan kemungkinan meninjau ulang ekspor senjata ke Tel Aviv jika terjadi serangan tentara Zionis di kota Rafah.
Beberapa negara Asia dan Amerika Latin telah menghentikan segala jenis impor senjata dari Israel karena pembantaian rezim Zionis di Gaza.
Berlanjutnya perjuangan kelompok Palestina dalam beberapa pekan terakhir juga telah mengubah tatanan perkembangan di kawasan dan semakin mengisolasi rezim Zionis.
Dalam perkembangan internal wilayah-wilayah pendudukan, dengan berlanjutnya situasi saat ini, penyelenggaraan pemilu dini dan penghapusan kabinet perang saat ini yang terdiri dari Zionis ekstrem tampaknya lebih mungkin terjadi daripada sebelumnya, dan dalam situasi ini, Netanyahu harus menerima tuntutan partai oposisi meskipun ada protes dan ketidakpuasan.
Washington dan Tel Aviv juga menghadapi perbedaan pendapat dalam beberapa hari terakhir mengenai perkembangan di Gaza.
Haus perang dan kejahatan yang terus berlanjut dari rezim Zionis di Gaza telah menyebabkan pemerintah Amerika dan negara-negara Barat pendukung rezim Zionis membatasi dukungan terhadap Israel di bidang senjata, bukan dengan tujuan kemanusiaan, tapi khawatir akan dituduh terlibat dalam kejahatan Zionis dan menghindari tanggung jawab di forum-forum internasional, seperti tahun-tahun sebelumnya.(sl)