Pemimpin Oposisi Zionis: Israel Alami Krisis Politik Paling Berbahaya dalam Sejarahnya
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178922-pemimpin_oposisi_zionis_israel_alami_krisis_politik_paling_berbahaya_dalam_sejarahnya
Pars Today - Yair Lapid, pemimpin oposisi rezim Zionis, merujuk pada meningkatnya isolasi internasional rezim ini mengatakan, "Israel terus mengalami krisis politik paling serius dalam sejarahnya dan apa yang terjadi menunjukkan hilangnya kendali oleh pemerintah saat ini (kabinet Netanyahu)."
(last modified 2025-10-25T06:20:15+00:00 )
Okt 25, 2025 13:18 Asia/Jakarta
  • Yair Lapid
    Yair Lapid

Pars Today - Yair Lapid, pemimpin oposisi rezim Zionis, merujuk pada meningkatnya isolasi internasional rezim ini mengatakan, "Israel terus mengalami krisis politik paling serius dalam sejarahnya dan apa yang terjadi menunjukkan hilangnya kendali oleh pemerintah saat ini (kabinet Netanyahu)."

Knesset (parlemen Israel) menjelaskan dalam sebuah pernyataan tertulis, Pernyataan Yair Lapid disampaikan dalam rapat komite parlemen yang mengawasi rezim Zionis, yang membahas meningkatnya isolasi politik Israel akhir-akhir ini.

Menurut laporan IRNA, Yair Lapid, pemimpin oposisi rezim Zionis merujuk pada meningkatnya isolasi internasional rezim tersebut menekankan, "Israel terus mengalami krisis politik paling serius dalam sejarahnya."

Lapid menambahkan dalam pertemuan itu, "Bahkan setelah penandatanganan perjanjian gencatan senjata di Gaza, Israel masih berada di tengah krisis politik paling berbahaya dalam sejarahnya, dengan 142 pemerintah mengakui negara Palestina, sementara dana kekayaan kedaulatan Norwegia telah memutuskan untuk menarik dananya dari Israel, terutama dari bank-bank Israel."

Lapid mencatat, "Perusahaan-perusahaan internasional telah membatalkan partisipasi mereka dalam proyek-proyek di Israel, dan di Eropa, produk-produk Israel diam-diam ditarik dari rak-rak toko."

52% warga Israel menentang pencalonan Netanyahu dalam pemilu mendatang

Sementara itu, jajak pendapat terbaru oleh Channel 12 Israel menunjukkan bahwa 52% warga Israel menentang pencalonan Benjamin Netanyahu dalam pemilu mendatang, sementara 41% mendukungnya.

Pusat Informasi Palestina melaporkan, panggung politik Israel sedang menyaksikan gerakan dan keberpihakan baru yang mengindikasikan keruntuhan bertahap koalisi yang berkuasa yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu. Dengan meningkatnya ketidakpuasan publik terhadap kabinet dan meluasnya perselisihan mengenai undang-undang wajib militer Haredi, krisis anggaran 2026, dan reformasi peradilan, para analis membicarakan kemungkinan pemilihan umum dini pada pertengahan 2026.

Gelombang pemecatan di Israel semakin mengisolasi Netanyahu

Surat kabar Zionis Yediot Aharonot merujuk pada pemecatan dan pengunduran diri baru-baru ini dalam struktur keamanan politik dan militer rezim Zionis menulis, Isu ini menunjukkan meningkatnya isolasi "Benjamin Netanyahu" di Israel.

Dalam reaksi keras terhadap pemecatan Tzachi Hanegbi, kepala Dewan Keamanan Israel, surat kabar Yedioth Ahronoth menambahkan bahwa meningkatnya gelombang pemecatan dan pengunduran diri pejabat senior dalam struktur politik, militer, dan keamanan telah membawa kabinet Benjamin Netanyahu ke ambang kehancuran.

Menurut surat kabar berbahasa Ibrani ini, dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar para ajudan dan penasihat senior Netanyahu, Perdana Menteri Israel, telah diberhentikan atau mengundurkan diri dari jabatan mereka dan dipindahkan ke posisi diplomatik.

Israel sedang runtuh dari dalam

Dalam konteks ini, pakar senior isu Asia Barat dari surat kabar Haaretz menekankan dalam sebuah artikel, Meskipun mengklaim kemenangan dalam perang Gaza, rezim Israel telah mengalami keruntuhan internal yang dapat disebut "Nakba Israel dari dalam".

Dalam sebuah artikel analitis, Zoe Barel, seorang pakar isu Asia Barat, mengkritik klaim kemenangan rezim Zionis dalam perang Gaza dan menekankan keruntuhan internal rezim tersebut.(sl)