Mengapa Rezim Zionis Menentang Kehadiran Turki di Jalur Gaza?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i179252-mengapa_rezim_zionis_menentang_kehadiran_turki_di_jalur_gaza
Pars Today - Benjamin Netanyahu telah secara resmi memberi tahu Washington bahwa Tel Aviv tidak akan menerima kehadiran Turki di Jalur Gaza dalam keadaan apa pun.
(last modified 2025-10-30T05:19:54+00:00 )
Okt 30, 2025 12:17 Asia/Jakarta
  • Benjamin Netanyahu dan Recep Tayyip Erdogan
    Benjamin Netanyahu dan Recep Tayyip Erdogan

Pars Today - Benjamin Netanyahu telah secara resmi memberi tahu Washington bahwa Tel Aviv tidak akan menerima kehadiran Turki di Jalur Gaza dalam keadaan apa pun.

Menurut laporan situs Zionis News One, “Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Wakil Presiden AS J. D. Vance pada 22 Oktober dalam kunjungannya ke Palestina yang diduduki bahwa kehadiran Turki di Jalur Gaza merupakan ancaman bagi Israel.

Ia menekankan bahwa Israel tidak akan mengizinkan Turki hadir di Gaza sebagai bagian dari pemerintahan alternatif yang akan dibentuk di Jalur Gaza.

Dari perspektif Tel Aviv, Turki adalah salah satu pendukung Hamas yang paling terkemuka dan telah berulang kali menyatakan minatnya untuk bergabung dengan jaringan penyelamatan dan bantuan internasional di Jalur Gaza. Namun, rezim Zionis memandang tuntutan ini sebagai ancaman bagi stabilitas pemerintahan masa depan di Gaza, terutama mengingat pernyataan keras yang dibuat oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tentang rezim Zionis.

Penting untuk dicatat bahwa terlepas dari sikap keras para pejabat senior Turki, termasuk Erdogan, terhadap rezim Zionis dan bahkan pecahnya perang kata-kata antara Erdogan dan Perdana Menteri Israel Netanyahu, berita dan laporan menunjukkan kelanjutan hubungan perdagangan dan ekonomi antara Ankara dan Tel Aviv.

Misalnya, Surat kabar Zionis Maariv menerbitkan angka yang menunjukkan bahwa ekspor barang dari Turki ke Palestina yang diduduki mencapai sekitar setengah miliar dolar dalam enam bulan pertama tahun 2025. Media ini mengakui bahwa barang-barang ini dikirim ke Israel melalui rute alternatif, terutama melalui Yunani.

Pada saat yang sama, penentangan rezim Zionis terhadap kehadiran Turki di Jalur Gaza, terutama dalam bentuk pasukan yang memantau gencatan senjata atau berpartisipasi dalam pemerintahan sipil pascaperang, berakar pada beberapa faktor politik dan keamanan:

1. Ketidakpercayaan historis dan ketegangan diplomatik

Hubungan antara Turki dan Israel telah mengalami banyak pasang surut dalam beberapa dekade terakhir. Sejak insiden Mavi Marmara pada tahun 2010, yang menyebabkan tewasnya aktivis Turki oleh tentara Zionis, hubungan antara Ankara dan Tel Aviv menegang. Meskipun ada upaya di beberapa titik untuk menormalisasi hubungan, ketidakpercayaan yang mendalam masih tetap ada. Israel menganggap Turki sebagai aktor yang tidak dapat diandalkan dalam perkembangan Palestina karena dukungannya terhadap kelompok-kelompok seperti Hamas dan kedekatannya dengan Ikhwanul Muslimin.

2. Kekhawatiran tentang pengaruh Turki dalam struktur politik Gaza

Dalam beberapa tahun terakhir, Turki telah berupaya memainkan peran aktif dalam perkembangan Palestina, termasuk memberikan dukungan finansial dan politik kepada lembaga-lembaga Palestina dan memberikan bantuan kemanusiaan. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengaruh regional Ankara dan bersaing dengan pemain tradisional seperti Mesir dan Arab Saudi. Israel khawatir bahwa kehadiran Turki di Gaza akan memperkuat faksi-faksi Islamis dan melemahkan proses pelucutan senjata Hamas.

3. Konflik dengan rencana AS dan Israel untuk masa depan Gaza

Dalam kerangka proposal AS untuk mengakhiri perang Gaza, pasukan multinasional yang terdiri dari negara-negara yang disetujui oleh Washington dan Tel Aviv akan bertanggung jawab untuk memantau gencatan senjata dan rekonstruksi. Meskipun Turki menganggap dirinya sebagai salah satu penjamin perjanjian 20 poin Trump, Israel telah secara resmi mengumumkan bahwa kehadiran Turki dalam pasukan ini merupakan "garis merah" dan telah memperingatkan pihak AS bahwa langkah tersebut akan menghadapi tentangan keras dari Tel Aviv.

4. Kekhawatiran keamanan dan intelijen

Rezim Zionis khawatir bahwa kehadiran Kehadiran pasukan Turki di Gaza, terutama dalam bentuk misi keamanan atau bantuan, dapat menjadi dasar transfer informasi sensitif kepada kelompok-kelompok perlawanan Palestina. Kedekatan Turki dengan beberapa kelompok ini dan sejarah dukungan politiknya terhadap mereka telah memperburuk kekhawatiran ini. Rezim Zionis juga lebih suka komposisi pasukan pemantau gencatan senjata dikendalikan oleh negara-negara yang memiliki hubungan keamanan yang lebih kuat dengan Tel Aviv.

5. Persaingan geopolitik di Asia Barat

Kehadiran Turki di Gaza merupakan bagian dari persaingan Ankara yang lebih luas dengan Israel, Mesir, Arab Saudi, dan UEA di Asia Barat. Rezim Zionis tidak ingin Turki memainkan peran yang menentukan dalam persamaan pascaperang Gaza, karena hal ini dapat mengubah keseimbangan kekuatan regional yang menguntungkan Ankara dan mengurangi pengaruh rezim dalam perkembangan Palestina.

Secara keseluruhan, penentangan rezim Zionis terhadap kehadiran Turki di Gaza tidak hanya disebabkan oleh perbedaan bilateral, tetapi juga merupakan cerminan dari persaingan regional, masalah keamanan, dan upaya untuk mengendalikan masa depan politik Jalur Gaza.(sl)