Afrika Medan Baru Berlanjutnya Qatar Menghadapi Arab Saudi dan UEA
-
Qatar vs Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir
Pemerintah Qatar berusaha untuk memperkuat pengaruhnya di Afrika dengan mengkritik intervensi Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dalam urusan internal Libya serta memanfaatkan ketegangan dalam hubungan Saudi dan UEA dengan Maroko.
Khalifa Haftar, Komandan Tentara Nasional Libya menyerang Tripoli, ibukota negara ini sejak 4 April dan bentrokan baru di Libya terjadi antara Pemerintah Persatuan Nasional Libya yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj dan pemerintah Tobruk di timur, yang didikung Haftar. Beberapa laporan telah diterbitkan terkait dukungan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir atas tindakan Khalifa Haftar. Fayez al-Sarraj dan beberapa pejabat dari Pemerintah Persatuan Nasional berulang kali mengkritik dukungan aktor asing terhadap komandan militer Libya.
Pemerintah Qatar, yang mendukung Pemerintah Persatuan Nasional dan komunitas internasional juga telah mengakui pemerintahan ini, mengkritik pemerintah Arab Saudi, UEA dan Mesir beberapa kali atas krisis Libya dan menyatakan bahwa negara-negara ini akan memperburuk konflik internal di Libya.
Dalam nada yang sama, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, Menteri Luar Negeri Qatar pada 29 April dalam pesan Twitter menyebut transformasi terbaru di Libya sebagai "Kemunafikan Politik" dan menulis, "Beberapa negara yang mengklaim memerangi terorisme menggunakan cara teroris mereka sendiri untuk melawan bangsa-bangsa Arab." Menteri luar negeri Qatar menunjukkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendukung terorisme, sementara negara-negara itu mengklaim memerangi terorisme dengan menuduh negara-negara seperti Qatar dan Iran.
Selain medan Libya, Qatar berusaha memanfaatkan ketegangan yang terjadi dalam hubungan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab dengan Maroko demi memperkuat pengaruhnya di Rabat. Setelah jaringan televisi Arab Sauri Al Arabiya menyiarkan film dokumenter tentang Gurun Barat yang merupakan wilayah yang ingin memisahkan diri, ketegangan muncul antara Arab Saudi dan Maroko. Beberapa sumber berita mengatakan bahwa Rabat memanbbil kembali duta besarnya dari Riyadh dan keluar dari koalisi Saudi melawan Yaman. Uni Emirat Arab juga memanggil duta besarnya pekan lalu di Rabat, ibukota Maroko dan menggambarkannya sebagai "keputusan langsung penguasa".
Berbeda dengan tindakan Saudi dan Emirat ini, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Emir Qatar memprioritaskan pengembangan hubungan dengan Maroko dan mengangkat duta besar luar biasa untuk Rabat. Duta Besar Luar Biasa adalah duta besar diplomatik tertinggi.
Perilaku dan proses dalam kebijakan luar negeri Qatar menunjukkan bahwa Doha bukan hanya sudah melewati kesulitan internal yang berasal dari blokade dan sanksi oleh empat negara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir, tetapi siap melanjutkan ketegangan hubungannya dengan empat negara Arab tersebut. Selain itu, Qatar menggunakan ketegangan ini untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara yang memiliki masalah dalam hubungan dengan Riyadh dan Abu Dhabi.
Dengan kata lain, Qatar melihat ketegangan yang berkelanjutan dalam hubungan dengan empat negara Arab sebagai peluang untuk memperkuat pengaruh di negara lain, terutama di negara-negara Afrika. Sementara itu, Qatar, dengan menggunakan kapasitas medianya, khususnya jaringan Al Jazeera, telah mengkritik kebijakan intervensif Saudi-UEA di negara-negara lain dan itu merupakan faktor utama dalam meningkatkan ketegangan domestik di negara-negara seperti Libya.