Kegiatan Nuklir Israel dan Standar Ganda Barat
(last modified Sun, 21 Feb 2021 09:16:19 GMT )
Feb 21, 2021 16:16 Asia/Jakarta
  • Arsenal senjata nuklir Israel di Gurun Negev, Palestina pendudukan.
    Arsenal senjata nuklir Israel di Gurun Negev, Palestina pendudukan.

Republik Islam Iran menangguhkan pelaksanaan sebagian dari pasal kesepakatan nuklir JCPOA. Langkah ini diambil satu tahun setelah Amerika Serikat secara sepihak meninggalkan kesepakatan dan setelah terbukti bahwa pihak Eropa tidak mampu memenuhi kepentingan Iran yang dijamin oleh JCPOA.

Iran juga berniat menangguhkan pelaksanaan sukarela Protokol Tambahan pada 23 Februari mendatang, sesuai dengan Undang-undang Tindakan Strategis untuk Mencabut Sanksi dan Melindungi Hak Bangsa Iran yang diloloskan oleh parlemen.

AS dan tiga negara Eropa (Inggris, Prancis, dan Jerman) tidak melaksanakan ketentuan kesepakatan nuklir, tetapi mereka justru membuat kegaduhan tentang program nuklir damai Iran agar dapat melarikan diri dari tuntutan-tuntutan sah Tehran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, menganggap Barat telah bersikap standar ganda dalam isu nuklir. Dia mengkritik sikap diam AS dan Eropa terhadap pengembangan progam senjata nuklir Israel di Dimona, yang menjadi satu-satunya pabrik pembuat bom atom di kawasan.

“Presiden Amerika Serikat, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Boris Johnson, Emmanuel Macron, Angela Merkel, apakah kalian sangat khawatir? Apa kalian merasa khawatir? Bahkan sedikit? Apakah penting bagi kalian untuk membuat pernyataan? Saya pikir akan seperti itu,” tulis Zarif di akun Twitter-nya, Sabtu (20/2/2021).

Televisi al-Mayadeen pada Jumat lalu menayangkan gambar satelit yang diambil pada 4 Januari lalu dan mengatakan Panel Internasional Bahan Fisil (IPFM) telah mengonfirmasi bahwa Israel sedang melakukan pekerjaan konstruksi baru di pusat riset ilegal dan reaktor nuklir Dimona di Gurun Negev.

Reaktor Nuklir Dimona.

Surat kabar The Guardian dengan mengutip keterangan Pavel Podvig, peneliti untuk program sains dan keamanan global di Universitas Princeton, melaporkan bahwa pekerjaan konstruksi sepertinya telah dimulai pada awal pada 2019 atau akhir 2018. Jadi, kegiatan ini sudah berlangsung sekitar dua tahun.

Federasi Ilmuwan Amerika juga telah mengonfirmasi bahwa rezim Zionis memiliki sekitar 90 hulu ledak yang terbuat dari plutonium, yang diproduksi di reaktor air berat Dimona.

Rezim Israel membangun reaktor nuklir Dimona pada tahun 1950-an dengan bantuan besar-besaran dari pemerintah Prancis dan kemudian dikembangkan dengan dukungan AS. Rezim Zionis sampai sekarang tidak mengizinkan inspeksi terhadap fasilitas nuklirnya dan menolak menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Namun, negara-negara Eropa dan AS cukup aktif membuat klaim palsu terkait kegiatan nuklir damai Iran. Padahal, program nuklir Iran berada di bawah pengawasan rutin dan memiliki kerja sama erat dengan IAEA, dan bahkan menerima tingkat inspeksi yang lebih tinggi dari umumnya.

Iran juga meminta negara-negara Barat untuk melihat dirinya sendiri yang memiliki ribuan senjata nuklir dan meninggalkan sikap standar ganda, yang telah mendorong pengembangan senjata nuklir di kawasan. Kegiatan rahasia Israel dan Arab Saudi hanyalah dua contoh dari kegiatan destruktif ini.

Menlu Iran pada Desember 2019 juga menanggapi uji coba rudal nuklir oleh rezim Zionis dan mengatakan, tiga negara Eropa dan AS tidak pernah mengeluh tentang keberadaan satu-satunya arsenal nuklir di Asia Barat, yang memproduksi rudal-rudal yang benar-benar dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir, tetapi mereka marah atas senjata konvensional dan pertahanan Iran. (RM)