Mengapa Amerika Latin Tolak Amini Dikte Sanksi terhadap Rusia ?
(last modified Fri, 08 Apr 2022 03:00:00 GMT )
Apr 08, 2022 10:00 Asia/Jakarta

Direktur Kawasan Amerika Latin Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Shchetinin mengatakan, “Rusia siap memperluas kerja sama dengan negara-negara Amerika Latin dalam menghadapi penarikan perusahaan Eropa dan Amerika dari wilayahnya. Pengurangan sanksi akan berlanjut melalui kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan Eurasia dan Amerika Latin,".

Pejabat Kemenlu Rusia ini mencatat bahwa situasi di Ukraina menunjukkan bahwa Amerika Latin telah mengambil orientasi kebijakan luar negeri yang independen. Shchetinin menyebut Kuba, Argentina dan Venezuela menjadi deretan negara di kawasan Amerika Latin yang bertekad untuk memperdalam hubungan dengan Rusia.

Tampaknya, Moskow tidak hanya mengubah orientasi perdagangan dan ekonominya serta memperluas hubungannya dengan kawasan baru, termasuk Amerika Latin. Bahkan mengupayakan keterlibatan ekonomi, perdagangan, dan moneter dalam menghadapi sanksi Barat yang meluas dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Langkah ini sekaligus mencegah tindakan destruktif Barat, terutama Amerika Serikat yang berupaya  menggunakan dolar sebagai alat untuk menekan Moskow. Shchetinin mengumumkan pembayaran dengan mata uang nasional negara-negara kawasan, dengan menambahkan,"Langkah-langkah sedang diambil dengan mitra regional kami dengan memertimbangkan situasi politik internasional,".

 

 

Kawasan Amerika Latin mengambil jalan terpisah dari Barat terkait perang di Ukraina. Sejumlah negara di Amerika Latin memberikan dukungan tanpa syarat terhadap posisi Rusia dalam perang Ukraina seperti: Venezuela, Kuba, Nikaragua, hingga  Meksiko, Kolombia, Chili, dan Brasil, yang mencerminkan pembelaan mereka terhadap penyelesaian politik krisis Ukrainan berdasarkan hukum internasional, Piagam PBB, dan diplomasi internasional.

Pada saat yang sama, negara-negara Amerika Latin menolak untuk berpihak pada Amerika Serikat dan sekutunya di blok Barat melawan Rusia. Misalnya, statemen Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador dalam menanggapi ancaman pemerintah AS untuk mencabut visa warga Meksiko yang menjadi anggota Kelompok Persahabatan Meksiko-Rusia, dengan mengatakan, "Ini adalah tanda kembali ke era Perang Dingin".

Pemerintah Meksiko sebelumnya telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia. Obrador menekankan bahwa negaranya ingin memelihara hubungan baik dengan semua negara dunia. Perdagangan Meksiko dengan Rusia pada 2019 mencapai 2,1 miliar dolar.

Jelas bahwa negara-negara Amerika Latin, bahkan Meksiko, yang merupakan tetangga Amerika Serikat, menolak untuk berpihak pada Washington dalam tindakan anti-Rusia.

Bagi banyak negara ini, kelanjutan dan penyebaran perang Ukraina dan dampaknya terhadap ekonomi global, terutama di bidang energi, khusus di bidang minyak, dianggap sebagai efek destruktif dan berbahaya.

"Harga minyak yang lebih tinggi akan menyebabkan memburuknya kondisi perdagangan di sebagian besar Amerika Latin," kata Nikhil Sanghani, ekonom Capital Economics Institute.

Oleh karena itu, berbeda dengan sikap AS dan sekutu Barat yang melihat perang Ukraina sebagai kesempatan untuk melumpuhkan Rusia dengan berbagai sanksinya terhadap Moskow, Amerika Latin tidak bersedia mengamini kebijakan Washington tersebut.

Secara umum, perang Ukraina dan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia telah memberikan dampak negatif yang mendalam pada berbagai aspek kehidupan dunia, termasuk ekonomi dunia, perdagangan, dan transportasi barang dan jasa. Oleh karena itu, kelanjutan sanksi memicu penentangan serius di tingkat dunia, termasuk dari Cina, India, Brasil, Turki hingga Meksiko, yang semuanya adalah anggota G20.(PH)

Tags