Awal Interaksi antara Rusia dan Cina di Luar Sistem SWIFT
(last modified Thu, 08 Sep 2022 03:58:40 GMT )
Sep 08, 2022 10:58 Asia/Jakarta

Rusia dan Cina, sebagai dua kekuatan internasional yang penting, telah mengambil langkah-langkah efektif dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas kerja sama, serta mengadopsi kebijakan yang sama dalam menghadapi tindakan permusuhan dan kebijakan unilateralis Amerika Serikat.

Dalam langkah terbaru, terlepas dari sanksi AS terhadap Rusia, Gazprom telah menandatangani perjanjian di mana harga ekspor gas Rusia ke Cina akan dibayar dalam yuan dan rubel, bukan dolar.

Chief Executive Officer Gazprom Alexey Miller mengatakan bahwa melakukan pembayaran dalam rubel Rusia dan yuan Cina "saling menguntungkan" bagi Gazprom dan Perusahaan Minyak Nasional Cina dan dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain.

Gazprom Rusia

Menurutnya, Tindakan ini menyederhanakan perhitungan dan memberi kita insentif tambahan untuk mengembangkan ekonomi.

Rusia, Cina dan beberapa negara lain telah berusaha menghentikan dominasi dolar AS dalam perdagangan dunia selama bertahun-tahun. Kebijakan ini diperparah dengan semakin intensifnya sanksi ekonomi AS terhadap Rusia.

Dalam beberapa bulan terakhir, setelah perang antara Rusia dan Ukraina, Amerika Serikat dan sekutu Eropanya memberlakukan sanksi berat terhadap sektor energi, terutama minyak dan gas Rusia.

Negara-negara tersebut berharap dapat meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Moskow dengan mengadopsi kebijakan sanksi.

Namun Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa pembeli energi dari Rusia harus membayar uang mereka dalam rubel.

Putin sebenarnya memaksa pelanggan Eropa untuk membuka rekening bank rubel di Gazprom Bank dan membayar dalam mata uang Rusia jika mereka ingin menerima gas Rusia. Sementara negara-negara yang menolak kondisi kesepakatan ini, maka pasokan gas kepada mereka akan diputus.

Penerapan kebijakan ini bukan hanya tidak menyenangkan Amerika dan negara-negara Eropa, tetapi bertentangan dengan harapan mereka, dan juga meningkatkan pendapatan Rusia.

Rusia dan Cina, sebagai dua kekuatan internasional yang penting, telah mengambil langkah-langkah efektif dalam beberapa tahun terakhir untuk memperluas kerja sama, serta mengadopsi kebijakan yang sama dalam menghadapi tindakan permusuhan dan kebijakan unilateralis Amerika Serikat.

Liam Peach, pakar senior di Institut Emerging European Economics, mengatakan, "Implementasi rencana ini akan meningkatkan tekanan pada kemampuan Rusia untuk menyelesaikan utang luar negeri dan impor."

Berbeda dengan Amerika Serikat yang menekankan pada sistem unipolar dan unilateralisme serta pengenaan sanksi terhadap saingan, musuh, dan bahkan mitra Washington, dari sudut pandang Moskow dan Beijing, sistem internasional saat ini adalah sistem multipolar, dan kekuatan-kekuatan pesaing Amerika Serikat sepenuhnya menentang langkah-langkah ilegal dan dominasinya.

Oleh karena itu, terlepas dari sanksi Barat dan perang antara Rusia dan Ukraina, mereka berusaha untuk memperkuat hubungan mereka, terutama di berbagai bidang ekonomi, komersial, militer dan keamanan, senjata, politik dan diplomatik.

Sekarang VTB Bank of Russia adalah bank Rusia pertama yang meluncurkan transfer uang ke yuan Cina tanpa menggunakan sistem SWIFT.

SWIFT adalah pertukaran data dan sistem pembayaran antarbank yang terhubung dengan lebih dari 11.000 lembaga keuangan di hampir semua negara, dan bila terputus karena sanksi, maka praktis akan membuat pembatasan keuangan bagi berbagai negara.

Andrey Kostin, CEO VTB Bank of Russia, telah mengumumkan bahwa realitas baru akan menyebabkan meluasnya penolakan penggunaan dolar dan euro dalam pembayaran internasional.

Tindakan Rusia ini memungkinkan Moskow untuk menggantikan dolar dan euro dengan rubel selama ekspor gas dan mengurangi kerusakan sanksi Barat terhadap ekonominya.

Rubel dan dolar

Selain itu, kelanjutan kebijakan ini akan menurunkan nilai dolar dalam perekonomian dunia.

Tampaknya era dunia unipolar telah berakhir, meskipun upaya untuk melestarikannya oleh AS dan sekutunya, dan pendekatan yang diadopsi oleh Barat, terutama ke arah memberikan tekanan ekonomi pada negara-negara melalui sanksi, dipastikan akan gagal.(sl)