Mengapa Barat Gagal Mengisolasi Rusia ?
Dengan memburuknya situasi ekonomi dan keamanan di Eropa, perbedaan pendapat dalam kebijakan luar negeri dan keamanan Eropa meningkat, terutama dalam kaitannya dengan Rusia.
Sementara para pejabat Eropa berbicara tentang mengisolasi Rusia, beberapa politisi di benua itu memperingatkan terhadap pemutusan total hubungan dengan Rusia.
Seperti yang telah diperingatkan Angela Merkel, politisi berpengalaman dan mantan Kanselir Jerman, adalah mungkin untuk mencapai perdamaian abadi di Eropa dengan kerja sama Moskow.
Dengan dimulainya perang Rusia-Ukraina, yang terjadi menyusul desakan Kiev pada keanggotaan NATO meskipun ada peringatan Moskow, Eropa memasuki perang untuk mendukung negara ini dan memberlakukan kebijakan hukuman dan sanksi terhadap Moskow.
Sejatinya, negara-negara anggota Uni Eropa telah menyiapkan dan menerapkan berbagai paket sanksi terhadap Rusia, termasuk sanksi terhadap sektor migas Rusia. Sebuah embargo yang telah mempengaruhi perekonomian negara-negara blok ini lebih dari merusak Rusia.
Kini kondisi ekonomi di banyak negara Eropa menjadi kritis dan ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja negara-negara Barat meningkat.
Peningkatan protes buruh di Inggris, Prancis dan Jerman dan peringatan berturut-turut tentang musim dingin yang akan datang serta kekurangan bahan bakar dapat dievaluasi dalam hal ini.
Selama beberapa hari terakhir, ratusan pengunjuk rasa Jerman berkumpul di depan Bundestag (Parlemen Jerman) dan menuntut pembatalan sanksi Barat, termasuk pemerintah negara mereka, terhadap Rusia.
Demonstran di Wina, ibu kota Austria, juga menuntut harga yang lebih rendah, pencabutan sanksi terhadap Rusia dan persahabatan dengan Moskow.
Di Roma, ibu kota Italia, serikat pekerja juga menggelar protes terhadap kenaikan harga, inflasi, dan tarif energi.
Namun terlepas dari semua krisis yang diderita negara-negara Eropa, mereka terus memberikan senjata dan dukungan ke Ukraina untuk menekan Rusia, yang telah menyebabkan otoritas Moskow menyebut pengiriman senjata Barat ke Ukraina sebagai alasan perpanjangan perang.
Dengan memburuknya situasi ekonomi dan keamanan di Eropa, perbedaan pendapat dalam kebijakan luar negeri dan keamanan Eropa meningkat, terutama dalam kaitannya dengan Rusia.
Dengan semakin intensnya intervensi Barat di Ukraina, Vladimir Putin, Presiden Federasi Rusia, memperingatkan kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Dia mengatakan bahwa jika integritas teritorial Rusia terancam, Moskow akan menggunakan "semua alat yang tersedia" untuk melindungi Rusia.
Isu kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Ukraina kini menjadi isu serius bagi Barat, sehingga beberapa pejabat Barat menganggap peringatan Putin sebagai peringatan serius.
Mengacu pada kata-kata Presiden Rusia, Merkel menekankan, Dunia tidak boleh menolak kata-kata Putin, yang merupakan tanda kebijaksanaan politik, tanpa berpikir dan sebagai gertakan, dan interaksi (Barat) dengan Putin dapat membantu menciptakan ruang untuk manuver.
Ketegangan antara Eropa dan Rusia semakin meningkat dengan adanya referendum dan penggabungan wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson dan Zaporizhia ke Rusia.
Amerika Serikat dan otoritas Barat telah mengambil sikap menentang tindakan Rusia ini dan telah mengintensifkan sanksi. Sementara otoritas Eropa khawatir tentang masa depan benua ini.
Seperti sekarang, beberapa pejabat Eropa seperti Presiden Hongaria telah berbicara tentang ketidakpatuhan terhadap kebijakan Eropa terhadap Rusia.
Presiden Hongaria Katalin Novak mengatakan, Sanksi terhadap Rusia telah mempengaruhi semua negara Eropa, karena harga dan inflasi meningkat.
Pada faktanya, akan sangat sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk mendefinisikan kembali tatanan Eropa tanpa partisipasi Rusia, seperti yang dikatakan Merkel, perdamaian abadi di Eropa hanya akan tercapai dengan partisipasi Rusia.(sl)