Rishi Sunak, Pemimpin Baru Partai Konservatif dan Perdana Menteri Inggris
Sir Graham Brady, ketua panitia seleksi untuk pemimpin Partai Konservatif, mengumumkan pada Senin (24/10/2022) sore bahwa Rishi Sunak telah terpilih sebagai pemimpin partai ini dan Perdana Menteri Partai Konservatif Inggris.
Dalam pemungutan suara internal partai, Sunak mampu memenangkan 157 legislator Partai Konservatif, sementara Penny Mordaunt, satu-satunya saingannya setelah penarikan diri Boris Johnson, hanya mendapat 30 suara legislator Konservatif dan setelah gagal memenangkan suara yang diperlukan untuk menjadi pemimpin partai Konservatif, ia kemudian mengundurkan diri.
Rishi Sunak, Perdana Menteri Inggris termuda sejak 1812 dan warga kulit berwarna pertama yang menduduki posisi ini, di mana ia juga mungkin perdana menteri terkaya dalam sejarah negara itu, diperkirakan akan mengambil alih jabatan Liz Truss pada Selasa (25/10).

Dengan demikian, Truss harus disebut perdana menteri 50 hari. Liz Truss mengumumkan pengunduran dirinya pada Kamis (20/10), setelah meningkatnya tekanan untuk mundur karena kegagalan rencana ekonominya, serta meningkatnya penolakan dalam negeri dan kritik asing.
Truss adalah perdana menteri kedua negara ini setelah Boris Johnson, yang mengundurkan diri dari jabatannya dalam setahun.
Rishi Sunak, 42 tahun dan cucu imigran India, adalah perdana menteri kelima sejak referendum Brexit 2016, yang mengantarkan periode kekacauan ekonomi dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya di Inggris.
Sunak, yang pada dasarnya adalah seorang analis keuangan, terpilih sebagai kandidat partai Konservatif di kursi Yorkshire Richmond pada 2014, setahun sebelum pemilihan umum.
Sunak adalah pendukung Inggris keluar dari Uni Eropa dan mengklaim bahwa Inggris akan "lebih bebas dan lebih sejahtera" di luar blok ini.
Sunak secara bertahap naik pangkat dan memasuki pemerintahan sebagai menteri perumahan pada Januari 2018. Setelah pengunduran diri mantan Perdana Menteri Theresa May, dia mendukung Boris Johnson sebagai satu-satunya orang yang bisa "menyelamatkan" Partai Konservatif.
Ketika Johnson menjadi Perdana Menteri pada Juli 2019, Sunak dipromosikan menjadi Menteri Keuangan, jabatan yang sangat penting di Inggris setelah Perdana Menteri dan bahkan jabatan terpenting kedua setelah Perdana Menteri.
Pengunduran diri Sunak dari kabinet Boris Johnson pada bulan Juli, yang terjadi sebagai protes terhadap krisis legitimasi dan efisiensi, menyebabkan pengunduran diri para menteri, yang berujung pada pengunduran diri Johnson.
Dalam perebutan kepemimpinan Partai Konservatif, Sunak memenangkan masing-masing dari lima putaran pemungutan suara parlemen untuk maju ke tahap akhir bersama dengan Liz Truss. Namun pada akhirnya, ia kalah dalam persaingan dengan Truss.
Sir Graham Brady, ketua panitia seleksi untuk pemimpin Partai Konservatif, mengumumkan pada Senin (24/10/2022) sore bahwa Rishi Sunak telah terpilih sebagai pemimpin partai ini dan Perdana Menteri Partai Konservatif Inggris.
Namun sekarang dia sekali lagi mendapat kesempatan untuk mencapai posisi politik tertinggi di Inggris dan Partai Konservatif.
Kini Rishi Sunak sebagai Perdana Menteri Inggris harus menghadapi beberapa tantangan, yang utama adalah mencoba menghadapi krisis ekonomi Inggris dan meningkatnya inflasi di negara ini, yang telah melebihi 10% dan menyebabkan peningkatan tajam dalam biaya hidup, khususnya di bidang energi.
Kenaikan biaya yang dramatis di Inggris telah menyebabkan sekitar 2,3 juta rumah tangga Inggris tidak mampu membayar tagihan listrik mereka dan lebih dari 1,8 juta rumah tangga di negara ini tidak mampu membayar tagihan gas mereka.
Peter Smith, Direktur Kebijakan dan Hukum di Institut Energi Nasional, mengatakan, "Lebih dari dua juta rumah tangga Inggris telah menunda pembayaran tagihan listrik mereka, dan ini adalah masalah yang sangat memprihatinkan."
Pemerintah telah menghindar dari beban mendukung rumah tangga miskin dan mengurangi tanggung jawabnya dalam hal ini.
Jeremy Hunt, Menteri Keuangan kabinet Liz Truss, baru-baru ini mengumumkan bahwa rencana pemerintah untuk mengurangi beban tagihan listrik dan gas di pundak warga Inggris akan berkurang.
Dia mengklaim, pengurangan dukungan ini karena beban anggaran pemerintah yang cukup berat. Di sisi lain, Inggris sekarang menghadapi pemogokan yang meluas di sektor publik, yang telah membuat hidup lebih sulit bagi warga negara Inggris.

Di bidang luar negeri, Sunak sebagai perdana menteri baru harus menghadapi tantangan besar seperti kebijakan London terhadap Rusia dan perang di Ukraina, menyelesaikan masalah dan perselisihan dengan Uni Eropa dalam rangka kesepakatan Brexit serta berusaha menjalin hubungan baik dengan Amerika dan Joe Biden, yang pada periode pemerintahan Liz Truss telah tercabik-cabik oleh kebijakan ekonominya.
Selain itu, posisi Inggris semakin memburuk baik secara ekonomi maupun politik setelah keluar dari Uni Eropa, dan Sunak juga harus memikirkan penurunan posisi Inggris di tingkat global.(sl)