Keputusan Rusia dan Qatar Gunakan Mata Uang Nasional dalam Perdagangan
(last modified Wed, 09 Aug 2023 14:37:14 GMT )
Aug 09, 2023 21:37 Asia/Jakarta
  • Dedolarisasi
    Dedolarisasi

Sebagai kelanjutan dari proses dedolarisasi dalam perdagangan antar negara, Qatar dalam perdagangannya dengan Rusia menghapus dolar, dan perdagangan kedua negara dilakukan menggunakan mata uang nasional.

Sekaitan dengan ini, Duta Besar Rusia di Qatar, Duta Besar Rusia di Qatar, Dmitry Dogadkin mengatakan, perdagangan kedua negara semakin meningkat, dan keduanya berusaha menggunakan mata uang nasionalnya sebagai ganti dari dolar.

"Kerja sama kedua negara di bidang investasi senantiasa tumbuh. Dan perdagangan antara kedua negara selama triwulan pertama 2023 mencapai lebih dari 19 juta dolar," papar Dogadkin.

Isu penggunaan Rubel Rusia dan Riyal Qatar dalam perdagangan kedua negara dibahas dalam pertemuan Perdana Menteri Rusia, Mikhail Mishustin dan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammad bin Abdulrahman Al Thani bulan Juni lalu, dan sekarang langkah-langkah penerapannya telah selesai.

Rusia, bersama dengan banyak negara di dunia, telah lama memulai langkah mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dalam interaksi komersial. Sejatinya kebijakan tekanan maksimum AS terhadap negara-negara yang tidak mengikuti kebijakan Washingtn, dan pemanfaatan sanksi ekonomi terhadap negara-negara ini telah memicu banyak negara untuk menggunakan mata uang lain seperti Rubel dan Yuan dalam perdagangan bilateralnya.

Faktanya, penggunaan dolar secara instrumental oleh Amerika selalu menjadi salah satu masalah dan hambatan terpenting dalam memperluas ekspor dan interaksi internasional di antara negara-negara yang tidak tunduk pada kebijakan Amerika. Dalam beberapa bulan terakhir, dengan perang antara Rusia dan Ukraina dan pengetatan sanksi terhadap Moskow, kebijakan ini semakin diperhatikan oleh Rusia, Cina, dan mitra bisnis mereka. Faktanya, penggunaan dolar AS sebagai senjata keuangan telah meningkatkan penerimaan dan pemahaman akan kebutuhan untuk mendiversifikasi investasi dalam mata uang alternatif dari negara lain.

Cedric Chehab pengamat dari Fitch Solutions mengatakan, negara yang berbeda akan dapat mengurangi beberapa tekanan pada ruang luar negeri mereka dengan mendiversifikasi sumber daya dalam rekening cadangan mata uang asing mereka.

Laporan global yang dipublikasikan menunjukkan bahwa pangsa dolar, yang pada tahun 1970 adalah 80 persen dari cadangan global, akan berkurang menjadi kurang dari 58 persen dari cadangan global pada tahun 2022, yang merupakan angka terendah dalam dua dekade terakhir.

Pembentukan BRICS dan penyambutan negara-negara untuk menjadi anggotanya sejalan dengan penggunaan mata uang lain dalam pertukaran ekonomi antar anggota, serta penandatanganan perjanjian perdagangan bilateral antar negara dalam penggunaan mata uang bersama dan nasional di antara mereka dalam perdagangan, terutama dalam satu tahun terakhir, menunjukkan bahwa terlepas dari semua tekanan Amerika pada sistem perdagangan internasional dan ancaman ekonomi, nilai dolar sebenarnya menurun dan hegemoninya menghilang.

Andrey Kostin, Direktur Bank VTB Rusia terkait hal ini mengatakan, era panjang sejarah hegemoni dolar Amerika tengah berakhir.

Sambutan dan bergabungnya negara-negara pengekspor energi seperti Arab Saudi dan Qatar, yang di satu sisi merupakan sekutu Amerika Serikat dan di sisi lain merupakan pemasok energi, khususnya minyak dan gas, kini telah mengungkapkan pentingnya dedolarisasi dalam perdagangan dunia. Qatar telah memulai perdagangan dengan Rusia berdasarkan Rubel-Riyal, meskipun ada tekanan dari Amerika.

Perubahan dalam sistem global bukan saja dari sisi politik, bahkan dari sisi finansial dan ekonomi juga tengah terjadi. Sebuah perubahan yang sepertinya mengingat pemanfaatan dolar oleh Amerika sebagai senjata di sistem perdagangan global akan merugikan Amerika sendiri dan kini proses untuk untuk mengakhiri hegemoni dolar di dunia tengah berlangsung. (MF)