Nov 15, 2023 12:11 Asia/Jakarta

Terlepas dari slogan-slogan keras para pemimpin pemerintah Ankara yang menentang kejahatan rezim Zionis Israel, aspek-aspek baru perdagangan Turki dengan Wilayah Pendudukan Palestina terungkap setiap hari.

Sebenarnya, para pemimpin Turki menampilkan diri mereka sebagai pembela perjuangan bangsa Palestina yang tertindas, tapi pada saat yang sama mereka meningkatkan kerja sama ekonomi dan mengekspor barang-barang kebutuhan pokok ke rezim Zionis, bahkan mereka juga berusaha memperluas hubungan dengan rezim rasis ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, analis ekonomi ternama Turki Ebrahim mengungkap ekspor barang dari negara tersebut ke Wilayah Pendudukan dengan memberikan statistik yang jelas.

Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki

Mengutip statistik resmi, analis terkemuka Turki ini menyatakan:

“Ekspor Turki ke Wilayah Pendudukan menunjukkan bahwa kata-kata kasar pemerintah Ankara hanya untuk propaganda dan konsumsi domestik, dan perdagangan dengan Israel bukan hanya tidak berhenti, tapi justru meningkat secara signifikan.”

Pada saat yang sama, analis ekonomi Turki ini menggambarkan penghapusan produk bernilai rendah seperti Coca-Cola dan Nescafe dari menu restoran dan ekspor simultan produk strategis seperti baja senilai enam miliar dolar ke Wilayah Pendudukan sebagai tindakan munafik.

Menurut laporan Forum Eksportir Turki, TIM, pemerintah Turki mengekspor barang ke Israel pada tingkat yang sama dengan Jerman dan berada di belakang Cina dan Amerika Serikat.

Dengan kata lain, Turki dan Jerman merupakan negara ketiga di dunia yang menyediakan kebutuhan dasar Israel.

Data TIM juga menunjukkan bahwa, Turki mengekspor besi dan baja senilai $1,192 miliar ke Israel pada tahun 2022. Diikuti oleh kendaraan bermotor dengan $563 juta dan plastik serta produk-produk turunannya senilai $512 juta, berada di urutan ketiga.

Ekspor baja Turki ke Israel adalah bagian terpenting dari perdagangan bilateral, dan Turki mengekspor setidaknya enam miliar dolar baja ke Israel setiap tahun.

Selain baja, di industri teknik minyak dan gas, Turki memberikan bantuan paling banyak kepada rezim rasis Israel.

Dalam situasi ini, embargo ekonomi terhadap Israel merupakan suatu keharusan yang nyata.

Sebagian besar pakar dan komunitas intelektual Turki menegaskan bahwa "ekspor barang-barang strategis dari Turki ke Israel perlu dihentikan sesegera mungkin".

Terlepas dari slogan-slogan keras para pemimpin pemerintah Ankara yang menentang kejahatan rezim Zionis Israel, aspek-aspek baru perdagangan Turki dengan Wilayah Pendudukan Palestina terungkap setiap hari.

Politisi dan pakar Turki mengatakan bahwa setelah perang di Gaza dan meningkatnya kejahatan Zionis Israel terhadap warga sipil serta penghancuran rumah sakit, Turki seharusnya memutuskan hubungan dengan Israel.

Dalam situasi ini, tidak jelas mengapa para pejabat pemerintahan Recep Tayyip Erdogan mengutuk kejahatan Israel di hadapan rakyat Turki dan masyarakat internasional, tapi di bidang ekonomi, mereka terus memperluas hubungan dengan rezim rasis ini sebanyak mungkin.

Patut dilihat, dari mana datangnya kebijakan pemerintah Ankara yang bersifat ganda dan tidak berprinsip ini?

Tidak ada keraguan bahwa jika pemerintah Turki tidak mengambil tindakan di bidang ekspor industri utama serta baja dan energi ke Israel, rezim ini akan kehilangan kesempatan untuk membunuh warga sipil Palestina dan menyetujui gencatan senjata dengan masyarakat Muslim di Gaza.

Namun para pejabat pemerintah Ankara tetap memberikan janji-janji kepada rakyat negara ini, seperti menyelesaikan krisis ekonomi Turki terkait Israel, tapi dalam praktiknya mereka bukan saja tidak mengambil langkah positif demi kenyamanan rakyat Palestina, mereka justru terus melanjutkan kebijakannya mendukung Israel.

Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa Recep Tayyip Erdogan, pada tahun-tahun pertama mengambil alih kekuasaan di Turki, mampu mendapatkan reputasi di kalangan negara-negara Muslim dalam kontroversi terencana melawan "Shimon Peres", mantan pemimpin rezim Zionis.

Karena ketidakmampuannya menangani urusan Turki, Erdogan menghadapi ketidakefektifan kebijakan untuk mengakhiri krisis ekonomi dan menyelesaikan masalah mata pencaharian masyarakat di dalam negeri.

Di sisi lain, mendorong Republik Azerbaijan berperang dengan Armenia demi kepentingan asing, khususnya rezim rasis Zionis Israel.

Bendera Republik Azerbaijan dan Zionis Israel

Tampaknya semua kebijakan pemerintahan Erdogan saat ini dimasukkan ke dalam agenda demi menyenangkan Amerika Serikat.

Dalam situasi saat ini, otoritas pemerintahan Ankara bukan hanya menolak kebijakan independen terhadap kekuatan dunia, tapi sebaliknya, mereka justru berusaha mendapatkan kepuasan Barat dengan mengadopsi kebijakan persahabatan dengan Zionis di bidang ekonomi, industri dan energi, hingga memberikan 'pembenaran' kehadiran militer Turki di Suriah dan Irak.(sl)

Tags