Perang di Ukraina, Kebiadaban di Gaza, Siapa yang Bantai Anak-Anak?
https://parstoday.ir/id/news/world-i166584-perang_di_ukraina_kebiadaban_di_gaza_siapa_yang_bantai_anak_anak
Parstoday – Pasukan Rezim Israel, hari Sabtu (13/7/2024) menyerang secara brutal wilayah Al Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza, sehingga menyebabkan lebih dari 400 warga Palestina, gugur dan terluka.
(last modified 2025-09-17T13:55:48+00:00 )
Jul 14, 2024 20:56 Asia/Jakarta
  • Perang di Ukraina, Kebiadaban di Gaza, Siapa yang Bantai Anak-Anak?

Parstoday – Pasukan Rezim Israel, hari Sabtu (13/7/2024) menyerang secara brutal wilayah Al Mawasi, di Khan Younis, Jalur Gaza, sehingga menyebabkan lebih dari 400 warga Palestina, gugur dan terluka.

Perang di Gaza, dan Ukraina, sangat berbeda dan tidak bisa dibandingkan. Para netizen, setelah dimulainya kejahatan Israel, di Gaza, dan pembantaian keji terhadap rakyat Palestina, di banyak kasus, membandingkan perang Gaza, dengan apa yang kita saksikan di Ukraina.
 
Pemicu awal perang di Ukraina, adalah upaya negara-negara NATO, untuk menggabungkan Ukraina, ke aliansi militer ini, masalah yang melanggar kesepakatan Rusia dan Uni Eropa, sehingga memicu operasi militer Rusia di Ukraina.
 
Dalam perang Ukraina, hanya sebagian wilayah negara ini, itu pun lebih dari 20 persennya bukan wilayah teritorialnya, menjadi ajang perang, tapi Israel, menjadikan seluruh wilayah Palestina, selama bertahun-tahun sebagai medan tempur yang tidak seimbang.
 
Seorang netizen dengan nama akun Poyan, di akun media sosial X menulis,
 
"Rusia tidak pernah sekalipun berperang seperti Israel. Ukraina juga tidak pernah sekalipun dikepung total seperti Gaza, jika NATO dan Barat, tidak mendukung sedemikian rupa Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di hari pertama perang pasti ia sudah melarikan diri. Tidak benar membandingkan kedua perang ini, tapi coba bandingkan berapa anggota keluarga Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, yang gugur, dan berapa orang anggota keluarga Zelensky yang terbunuh."
 
 

 

Sesuatu yang sudah pasti, korban tewas dalam perang Ukraina, lebih banyak tentara, tapi berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza, akibat serangan Israel, sejak 7 Oktober 2023, sampai sekarang 38.443 orang gugur, dan 88.481 orang lainnya terluka, yang sebagian besarnya anak-anak dan perempuan.
 
Sehubungan dengan hal ini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, mengatakan, "Beberapa bulan berlalu sejak dimulainya operasi di Jalur Gaza, warga sipil terutama sebagian besar anak-anak dan perempuan terbunuh. Jumlah mereka lebih besar dari seluruh korban tewas dalam operasi militer khusus Rusia, di Ukraina, bahkan secara umum dalam 10 tahun terakhir, setelah kejadian-kejadian selepas kudeta tahun 2014 di Ukraina."
 
 
Menlu Rusia Sergei Lavrov

 

Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat, dari satu sisi mendukung Israel, dalam perang Gaza, di sisi lain memberikan bantuan senjata kepada Ukraina, sehingga menyebabkan situasi di negara ini semakin kompleks, tapi harus diketahui bahwa Rusia, sendirian menghadapi Ukraina.
 
Seorang pengguna media sosial X lain menyinggung kejahatan-kejahatan Israel, di Gaza, atas dukungan AS. Ia menulis,
 
"Perbedaan Rusia, dengan AS, adalah Rusia, tidak membunuh orang tak bersalah, tapi AS dan NATO, menyerang dan membunuh anak-anak, AS dan Israel, di Gaza, melakukan kejahatan, menyanksi Rusia, tapi tidak menyanksi Israel. AS ingin perang berkepanjangan, dan mengulang cerita Afghanistan, untuk Rusia."
 
 

 

Kementerian Pertahanan Rusia, mengumumkan secara terbuka serangan-serangannya ke pusat-pusat militer, dan jumlah korbannya, tapi Israel, setiap kali melakukan kejahatan di Gaza, selalu menutupinya, dan terus menghubung-hubungkan serangan itu dengan Hamas.
 
Terkait masalah ini seorang pengguna media sosial X menganggap perbandingan perang Ukraina dan perang Gaza, adalah kesalahan fatal, dan berkata,
 
"Bagaimana bisa mensejajarkan Ukraina dan Gaza? Mereka yang mengingkari pembunuhan keji terhadap warga Gaza, dengan kebodohannya, dan mengklaim rudal Hamas, yang menghantam rumah sakit, tapi pada saat yang sama, menuduh Rusia, membombardir rumah sakit, dan mengaku media-medianya membela anak-anak. Apakah tersisa reputasi bagi Barat yang bisa kita percaya?"
 

 

Bukti-bukti mengerikan terkait perilaku Israel, terhadap para tahanan Palestina, juga menjadi bukti kuat kejahatan rezim ini. Menurut keterangan Faraj Al Samouni, tahanan Palestina, yang baru saja bebas dari penjara Israel, metode penyiksaan Israel, tidak hanya terbatas pada fisik, tapi juga psikis.
 

 

Di sisi lain surat kabar AS, New York Times, beberapa hari lalu mengutip seorang dokter Jerman, yang hadir di perang Ukraina, menulis, "Anggota Chosen Company, salah satu pasukan bayaran dari Barat, yang berperang untuk Ukraina, melawan Rusia, telah melakukan kejahatan perang karena terus membunuhi tentara-tentara Rusia, yang disandera atau yang terluka." (HS)