Apakah Akselerasi Kehancuran Zionis Bergerak Semakin Cepat?
-
Perdana Menteri Rezim Zionis Benjamin Netanyahu
Pars Today - Seorang pakar Mesir menekankan bahwa rezim Zionis sedang bergerak menuju kehancuran dan eskalasi pengucilan.
Di antara posisi anti-Zionis terbaru yang memperburuk isu isolasi dan boikot Zionis akibat kejahatan tidak manusiawi mereka terhadap rakyat Palestina, patut disebutkan pernyataan Menteri Luar Negeri Turki pada hari Jumat.
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan bahwa pemerintah negaranya telah memutuskan untuk "memutus sepenuhnya hubungan ekonomi dan perdagangan dengan Israel" dan menutup wilayah udaranya untuk pesawat-pesawat Israel.
Menurut laporan Pars Today mengutip Al Jazeera, Mahmoud Sultan, seorang pakar politik menulis dalam sebuah analisis bahwa penerapan kebijakan semacam itu dalam memboikot rezim Zionis akan menyebabkan rezim Zionis semakin terisolasi. Sebuah rezim yang seringkali bermimpi menjadi lebih besar dan memimpikan "Israel Raya".
Pakar Mesir ini menekankan bahwa Israel sedang mengalami kemunduran dengan mengandalkan kekuatan dan propaganda. Penulis ini selanjutnya menunjukkan "kemunduran rezim Zionis di Afrika".
Oleh karena itu, pengurangan jumlah kedutaan besar Israel dari 33 pada tahun 1960-an menjadi hanya 13 saat ini, beserta perubahannya menjadi "negara yang dibenci" secara internasional atas kejahatan terhadap kemanusiaan, menggambarkan rezim yang terisolasi dan tidak memiliki "kebijakan ekonomi dan diplomatik yang ambisius".
Pengakuan keterkucilan Israel ini bahkan diakui oleh media Zionis sendiri.
Situs ekonomi Calcalist mengutip sumber-sumber Israel baru-baru ini melaporkan bahwa seiring meningkatnya krisis kemanusiaan, banyak kasus penangguhan kerja sama bisnis dengan perusahaan-perusahaan Israel, penolakan untuk menandatangani kontrak, atau penolakan untuk menanggapi korespondensi telah tercatat dalam beberapa bulan terakhir.
Merujuk pada fenomena boikot rezim Zionis oleh negara-negara Barat dan Arab, surat kabar ekonomi ini menyatakan bahwa dana investasi internasional telah menutup investasi mereka di Israel dan bank-bank internasional telah menangguhkan kerja sama mereka dengan perusahaan-perusahaan Israel. Selain itu, perusahaan-perusahaan perdagangan internasional telah mengurangi aktivitas mereka akibat sanksi diam-diam terhadap Israel, dan ekspor barang ke rezim Zionis berjalan sangat lambat.
Surat kabar ini menekankan bahwa wilayah-wilayah pendudukan telah kehilangan daya tariknya sebagai tujuan bisnis dan telah menjadi sasaran boikot diam-diam oleh perusahaan-perusahaan internasional. Sanksi diam-diam dan bertahap ini telah berdampak signifikan pada industri-industri utama rezim Zionis, yaitu perusahaan-perusahaan teknologi tinggi.
Menurut laporan ini, di bidang teknologi tinggi, terdapat laporan pembatalan perjanjian, penarikan investasi yang direncanakan, dan preferensi yang jelas terhadap alternatif non-Israel.
Di bidang perdagangan dan swasta, penyelenggara pameran dan konferensi internasional juga melarang, mengecualikan, atau menolak untuk berpartisipasi dalam pameran-pameran ini.
Menurut para pakar politik, tren isolasi yang semakin meningkat ini, yang disertai sanksi resmi pemerintah serta langkah-langkah ekonomi dan sosial di seluruh dunia, menunjukkan bahwa impian ekspansionis "Israel Raya" telah menjadi mimpi buruk kemunduran bagi kaum Zionis di tengah kebangkitan kesadaran global dan perlawanan damai.
Masa depan rezim ini dibentuk bukan di medan perang, melainkan di arena diplomasi dan ekonomi global, sebuah arena yang semakin jarang disaksikan oleh para tokoh di balik panggung.(sl)