Mencermati Refleksi Kejahatan Zionis terhadap Yaman dan Gaza di Masyarakat Afrika?
-
Demonstrasi solidaritas Palestina di negara-negara Afrika
Pars Today - Warga di beberapa negara Afrika telah menggelar demonstrasi besar-besaran sebagai respons atas kejahatan Israel dalam serangannya di Yaman dan kejahatan rezim yang terus berlanjut di Gaza.
Menurut laporan Pars Today, warga Tunisia menggelar demonstrasi anti-Zionis di depan Kedutaan Besar AS di negara itu pada Sabtu malam, mengecam genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan serangan Israel baru-baru ini di Sanaa, ibu kota Yaman. Para peserta demonstrasi mengecam dukungan Amerika terhadap rezim Zionis dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Amerika, agresor pembakar", "Amerika, pendukung Israel", dan "Amerika, pendukung pengepungan Gaza".
Dalam demonstrasi yang disebut oleh organisasi non-pemerintah "Jaringan Tunisia Melawan Proses Normalisasi", para demonstran menyampaikan pidato kepada rakyat Yaman dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Yaman tidak takut pada Zionisme dan imperialisme", "Yaman, maju menuju kemenangan", dan "Yaman yang tangguh, jangan menyerah pada pengepungan".
Jet-jet tempur Israel menyerang Sanaa Kamis lalu, menewaskan perdana menteri dan beberapa anggota pemerintah Yaman. Menanggapi serangan udara itu, Mohammed Al-Bukhaiti, anggota senior gerakan Ansarullah di negara itu, menekankan dukungan Yaman untuk Gaza dan mengatakan, "Perjuangan kita melawan musuh Zionis telah memasuki babak baru, dan para penjajah akan membayar mahal atas kejahatan yang mereka lakukan dalam meneror para pejabat Yaman."
Sebelumnya, warga Tunisia menggelar demonstrasi anti-Zionis di ibu kota negaranya pada Jumat malam, meneriakkan slogan-slogan dukungan bagi perlawanan Palestina dan mengutuk pengepungan Gaza yang sedang berlangsung serta genosida penduduknya. Seruan-seruan tersebut antara lain: "Pengepungan dan kelaparan harus dihancurkan", "Hidup perlawanan", "Gaza, jadilah tangguh", dan "Ranting zaitun takkan jatuh".
Warga Mauritania juga menggelar demonstrasi anti-Zionis setelah salat Jumat di Nouakchott, dan menuntut dukungan berkelanjutan bagi perlawanan Palestina dan pengusiran duta besar negara-negara pendukung Israel. Tokoh politik dan agama Mauritania juga hadir dalam demonstrasi ini. Salah satu tokoh Mauritania mengatakan dalam pidatonya kepada para demonstran, "Solidaritas dengan penduduk Gaza adalah kewajiban agama dan kemanusiaan, dan rakyat Mauritania akan melanjutkan demonstrasi mereka hingga perang di Gaza berakhir dan blokade Jalur Gaza berakhir."
Beberapa waktu lalu, beberapa media memberitakan hubungan pemerintah Mauritania dengan rezim Zionis, yang belum dikonfirmasi oleh otoritas Mauritania.
Sementara itu, ribuan warga Maroko menggelar demonstrasi anti-Zionis di berbagai kota di negara itu pada Jumat malam, mengecam genosida yang sedang berlangsung di Gaza dan kelaparan yang dialami penduduknya. Demonstrasi ini digelar di kota Tangier, Tetouan, dan Chefchaouen (utara), Dar El Baida dan Jeddah (barat), Anzac, Taroudant, Agadir (selatan), Berkane, dan Oujda (timur).
Para peserta demonstrasi membawa foto-foto kelaparan dan kehancuran di Gaza serta menuntut diakhirinya kebijakan Israel yang membuat warga Palestina kelaparan. Para demonstran Maroko membawa plakat bertuliskan, "Hentikan genosida di Gaza", "Palestina adalah amanah", dan meneriakkan, "Salam Maghreb untuk Gaza yang tangguh", serta "Maghreb dan Palestina adalah satu bangsa".
Selama agresi militer Israel di Jalur Gaza, lebih dari 63.000 warga Palestina gugur, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, akibat pengepungan Jalur Gaza yang terus berlanjut, 322 warga Gaza meninggal karena kelaparan, 121 di antaranya adalah anak-anak.
Demonstrasi di beberapa negara Afrika ini merupakan contoh pendekatan masyarakat di benua ini terhadap Israel dan tindakan kriminalnya di wilayah Palestina yang diduduki dan di Asia Barat.
Pandangan masyarakat Afrika, khususnya di negara-negara Islam di benua ini, terhadap Israel merupakan kombinasi dari solidaritas historis dengan Palestina, pengalaman kolonialisme, dan pengaruh geopolitik kontemporer. Pandangan ini dapat diringkas dalam beberapa poros utama:
Solidaritas historis dengan Palestina
- Banyak negara Afrika, terutama yang pernah mengalami kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan, menganggap diri mereka bernasib sama dengan rakyat Palestina.
- Para pemimpin pembebasan Afrika seperti Nelson Mandela telah berulang kali mendukung perjuangan Palestina dan membandingkan pendudukan Israel dengan apartheid.
Posisi negara-negara Islam Afrika
- Negara-negara Islam seperti Sudan, Mali, Mauritania, dan Aljazair biasanya mengambil sikap yang lebih keras terhadap Israel dan membela hak-hak Palestina.
Namun, beberapa negara seperti Maroko dan Sudan telah menormalisasi hubungan mereka dengan Israel dalam beberapa tahun terakhir (Perjanjian Abraham) di bawah tekanan diplomatik dan ekonomi, yang telah menuai reaksi negatif dalam opini publik di negara-negara tersebut.
Opini publik dan media
- Di banyak masyarakat Afrika, terutama di kalangan Muslim, Israel dikenal sebagai simbol penindasan dan pendudukan.
- Media lokal dan jejaring sosial di negara-negara Afrika sering kali meliput berita terkait serangan Israel di Gaza dan Yaman dengan nada kritis, dan simpati terhadap korban Palestina merupakan hal yang umum.
Kesenjangan antara posisi resmi dan publik
- Meskipun beberapa pemerintah telah memperluas hubungan mereka dengan Israel karena alasan ekonomi atau politik, opini publik di banyak negara tetap kritis terhadap Israel.
- Kesenjangan ini telah menyebabkan beberapa pemerintah mengambil posisi yang lebih hati-hati di forum internasional untuk menghindari reaksi domestik.(sl)