Penulis Inggris: Israel Pengaruhi Media Barat Mendistorsi Narasi Kelaparan Gaza
https://parstoday.ir/id/news/world-i176834-penulis_inggris_israel_pengaruhi_media_barat_mendistorsi_narasi_kelaparan_gaza
Pars Today - Seorang penulis Inggris mengakui bahwa media Barat dipengaruhi oleh rezim Zionis dalam narasinya tentang kejahatan terhadap rakyat Palestina.
(last modified 2025-09-23T09:06:21+00:00 )
Sep 11, 2025 14:30 Asia/Jakarta
  • Penulis Inggris
    Penulis Inggris

Pars Today - Seorang penulis Inggris mengakui bahwa media Barat dipengaruhi oleh rezim Zionis dalam narasinya tentang kejahatan terhadap rakyat Palestina.

Media Barat telah berulang kali dituduh memutarbalikkan peristiwa dan mereproduksi narasi yang dipengaruhi oleh rezim Zionis dalam liputannya tentang krisis Gaza. Di antara contoh yang menonjol adalah mengubah keterangan gambar anak-anak yang kelaparan atau menghubungkan kematian korban kelaparan dengan masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya.

Gaya liputan berita ini tidak hanya mengecilkan realitas bencana kemanusiaan di Gaza, tetapi juga membuka jalan bagi penyangkalan sistematis terhadap kelaparan dan menutup-nutupi kejahatan Israel selama pengepungan Gaza.

Menurut laporan Pars Today mengutip situs New Arab, penulis Inggris Rebecca Ruth Gould mengakui bahwa media Barat dipengaruhi oleh rezim Zionis dalam narasinya tentang kejahatan terhadap rakyat Palestina.

Menyebut blokade Israel atas Gaza sebagai blokade bergaya abad pertengahan, Ruth Gould menulis, Tidak mengherankan bahwa agen kelaparan di Gaza akan menggunakan segala cara untuk menyangkalnya.

Penulis Inggris ini kemudian memberikan beberapa contoh konkret distorsi peristiwa di Gaza di bawah pengaruh boikot media oleh Israel dan menulis, Faktanya, dasar narasi atas perintah rezim tersebut telah disediakan pada bulan Juli oleh media seperti New York Times. Surat kabar ini memuat koreksi pada keterangan foto Mohammed Zakaria Al-Mutawaq, seorang anak yang sekarat karena kelaparan di Gaza. Setelah foto tubuh kurus kering anak Palestina ini dipublikasikan sebagai foto utama laporan tentang kematian warga Gaza akibat kelaparan, organisasi Israel COGAT (Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah Pendudukan) memberi tahu New York Times bahwa ia lahir dengan kelumpuhan otak. Media Israel seperti I24 dan Jerusalem Post kemudian memuat berita itu untuk menunjukkan bahwa kematian orang-orang yang rentan tidak dapat menjadi bukti kelaparan. New York Times kemudian menulis bahwa Al-Mutawaq memiliki "masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya", tanpa menjelaskan bahwa koreksi itu dilakukan di bawah tekanan Israel dan bahwa semua kelaparan terutama merenggut korban dari mereka yang paling rentan.

Media lain pun mengikuti jejaknya, tambah Ruth Gould.

Associated Press memberi keterangan pada serangkaian foto karya Jihad Al-Ashraf yang mendokumentasikan anak-anak yang kelaparan, "Di Gaza, malnutrisi seringkali diperparah oleh penyakit yang sudah ada sebelumnya dan diperparah oleh kurangnya perawatan medis dan sanitasi yang buruk, yang sebagian besar merupakan akibat dari perang yang sedang berlangsung."

Penulis asal Inggris ini yakin bahwa media Amerika dan Eropa ingin sekali mereproduksi narasi penyangkalan tersebut.

Ia lebih lanjut menekankan bahwa media sayap kanan Amerika seperti Free Press ikut memperkuat narasi ala Israel ini, dengan menulis bahwa "simbol-simbol kelaparan di Gaza memiliki masalah kesehatan lain".

Menurutnya, bahkan CNN "memperbarui" judul dan subjudul laporan kelaparan Gaza pada hari yang sama ketika Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Internasional (IPC) menerbitkan laporan kelaparannya untuk mengaitkan kondisi beberapa orang dengan "masalah kesehatan".

Terakhir, penulis mencatat bahwa Israel mengadopsi dua jalur serangan terhadap laporan IPC. Pertama, secara keliru mengklaim bahwa data tersebut bias. Kedua, menghancurkan penulis laporan karena latar belakang politik mereka.

Kini, mengingat kejahatan Israel di Gaza, kita patut bertanya apakah representasi semacam itu hanyalah bagian dari perang informasi yang direkayasa dan meluas untuk melegitimasi kejahatan rezim tersebut dan melemahkan suara para korban di Gaza?(sl)