Financial Times: Rencana Trump Mengakhiri Perang Gaza Berisiko Gagal
-
Benjamin Netanyahu
Pars Today - Para diplomat Barat telah memperingatkan bahwa rencana Presiden AS untuk Gaza sangat berisiko gagal akibat sabotase rezim Israel selama fase penarikan pasukan dan ambiguitas dalam detail implementasinya.
Menurut Financial Times, fase kedua dari rencana Trump, yang mencakup "penarikan pasukan Israel dari Gaza" dan "pelucutan senjata Hamas", dikenal sebagai bagian paling krusial dari rencana ini. Para diplomat memperingatkan bahwa kemungkinan pertempuran kembali terjadi sangat tinggi pada tahap ini.
Menurut laporan Pars Today mengutip ISNA, seorang diplomat Barat menjelaskan risiko ini dengan mengatakan, "Ada kemungkinan Israel akan melanjutkan serangan dengan dalih Hamas tidak melucuti senjata, sementara Hamas akan menolak melucuti senjata jika Israel tidak mundur."
Salah satu fokus utama rencana Trump adalah pembentukan "Pasukan Stabilitas Internasional" (ISF) untuk mengisi kekosongan keamanan setelah penarikan Israel. Namun, detail pasukan tersebut, termasuk ukuran, komposisi, dan kekuatannya, masih belum jelas.
Menurut seorang diplomat Barat, tidak ada yang mengharapkan pasukan internasional untuk melawan Hamas. Misi utama pasukan stabilisasi internasional adalah mempertahankan posisi tersebut, membantu mengirimkan bantuan kemanusiaan, dan memantau gencatan senjata.
Sumber-sumber diplomatik juga melaporkan perubahan yang dilakukan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terhadap versi awal rencana Trump. Perubahan ini mencakup penyesuaian jadwal penarikan pasukan Israel dan pengurangan peran Otoritas Palestina, yang telah menghadapi ketidakpuasan dari negara-negara Arab.
Meskipun negara-negara seperti Turki dan Indonesia telah mengumumkan kesiapan mereka untuk mengirim pasukan, banyak negara Arab bertindak hati-hati karena mereka tidak ingin dianggap melaksanakan perintah Israel. Negara-negara ini telah mensyaratkan partisipasi mereka pada definisi kerangka kerja politik yang kredibel untuk solusi dua negara.
Tampaknya keberhasilan atau kegagalan rencana ini bergantung pada penyelesaian tantangan-tantangan mendasar ini, yang saat ini belum memiliki prospek yang jelas.(sl)