Palestina di BRICS: Langkah Baru di Jalur Dekolonisasi
https://parstoday.ir/id/news/world-i178218-palestina_di_brics_langkah_baru_di_jalur_dekolonisasi
Pars Today - Masuknya Palestina ke dalam kelompok BRICS, jika terwujud, bukan sekadar peristiwa diplomatik, melainkan titik balik dalam perjalanan dekolonisasi global.
(last modified 2025-10-13T09:21:10+00:00 )
Okt 13, 2025 10:40 Asia/Jakarta
  • Bendera Palestina dan BRICS
    Bendera Palestina dan BRICS

Pars Today - Masuknya Palestina ke dalam kelompok BRICS, jika terwujud, bukan sekadar peristiwa diplomatik, melainkan titik balik dalam perjalanan dekolonisasi global.

Middle East Monitor baru-baru ini menulis dalam sebuah artikel, BRICS, yang awalnya dikenal sebagai aliansi ekonomi di antara negara-negara berkembang, kini telah menjadi blok yang bukan hanya menantang struktur keuangan global tetapi juga mendefinisikan ulang narasi politik, moral, dan sejarah.

Menurut laporan Pars Today, di tengah perkembangan global, Palestina merupakan simbol perjuangan yang belum berakhir. Tidak seperti banyak negara Afrika dan Asia yang berhasil membebaskan diri dari penjajahan, Palestina masih terlibat dalam pendudukan militer, blokade ekonomi, dan penghapusan epistemologis.

Bergabungnya bangsa ini ke dalam BRICS bukan hanya sebuah perbaikan atas ketidakadilan historis, tetapi juga sebuah pengumuman memasuki fase baru dekolonisasi, sebuah fase di mana perlawanan semata digantikan oleh partisipasi aktif dalam membangun tatanan dunia baru.

Konferensi Bandung pada tahun 1955 merupakan upaya pertama negara-negara yang baru merdeka untuk membangun dunia yang independen dari dua kutub kekuatan. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak ingin lagi menjadi pion dalam Perang Dingin, melainkan ingin berperan dalam membentuk masa depan global. Kini, BRICS adalah pewaris spiritual dari cita-cita yang sama, tetapi dengan perangkat yang jauh lebih efektif:

Bank pembangunan yang independen dari lembaga-lembaga Barat

Mekanisme untuk mengurangi ketergantungan pada dolar

Kerja sama teknologi dan infrastruktur antarnegara-negara Selatan

Dan, yang terpenting, sebuah blok politik yang mewakili lebih dari 40% populasi dunia.

Dalam konteks seperti itu, Palestina bukan lagi sebuah "isu" yang harus dikelola, melainkan sebuah "mitra" yang berperan dalam membentuk masa depan. Pergeseran ini bersifat transformatif, tidak hanya pada tataran kebijakan, tetapi juga pada tataran narasi. Palestina, yang sering digambarkan di media Barat sebagai sumber ketidakstabilan, dipandang di BRICS sebagai simbol martabat, agensi, dan perlawanan.

Melampaui Gestur Simbolis; Perbedaan antara Simpati dan Aliansi

Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa negara Eropa telah membuat gestur simbolis untuk mengakui Palestina. Namun pengakuan ini seringkali tanpa konsekuensi praktis. Negara-negara yang secara bersamaan berdagang senjata dengan Israel, membeli perangkat lunak mata-mata, dan memberikan dukungan diplomatik di forum internasional tidak dapat mengklaim memiliki solidaritas sejati dengan Palestina.

Sebaliknya, BRICS menawarkan sesuatu yang lebih, dukungan struktural. Dari investasi hingga bank pembangunan dan solidaritas politik. Inilah perbedaan antara kata-kata manis dan tindakan nyata. Keanggotaan Palestina di BRICS menandai divergensi strategis dari kemunafikan Eropa. Palestina tidak lagi mencari pengakuan simbolis, melainkan partisipasi sejati dalam membentuk ekonomi politik dunia.

Kehadiran Palestina di BRICS memberi negara ini legitimasi moral baru. Selama bertahun-tahun, BRICS telah dipandang oleh Barat hanya sebagai klub ekonomi. Namun dengan bergabungnya Palestina, BRICS juga akan dipandang sebagai gerakan anti-kolonial yang berorientasi keadilan. Ini berarti bahwa multipolaritas bukan hanya tentang pembagian kekuasaan, tetapi juga tentang redistribusi martabat manusia.

Di jantung transformasi ini, konsekuensi dari multipolaritas sejati mulai tampak. Sebuah dunia di mana pembangunan tidak bergantung pada pinjaman bersyarat, perdagangan bukan tentang ketergantungan, dan kedaulatan tidak diremukkan oleh sanksi.

Palestina, yang selama bertahun-tahun sendirian dan diam dalam negosiasi global, kini berdiri berdampingan dengan negara-negara seperti Cina, India, Brasil, Iran, dan Afrika Selatan. Ini berarti Palestina tidak bisa lagi diabaikan. Israel dan sekutunya akan dipaksa untuk menghadapi Palestina yang memiliki dukungan global. Pergeseran ini akan mengubah kalkulasi diplomatik.(sl)