Berita / Dunia
Lembaga Sosial; Mesin Baru Pertumbuhan Inklusif di Afrika
Pars Today – Afrika hari ini menyaksikan transformasi baru di bidang pertumbuhan ekonominya; sebuah perubahatan yang bukan bertumpu pada proyek-proyek besar infrastruktur atau ekstraksi sumber daya alam melainkan terbentuk di sekitar lembaga-lembaga sosial.
Menurut laporan Pars Today, dalam beberapa tahun terakhir lembaga-lembaga sosial di Afrika yang menempatkan tujuan sosial sebagai inti dari model bisnis mereka telah berhasil memperluas akses terhadap layanan penting, menciptakan peluang kerja yang bermartabat, serta meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap krisis iklim.
Dalam kaitan ini, sebuah laporan baru berjudul “Keadaan Lembaga Sosial: Membuka Jalan bagi Pertumbuhan Inklusif, Lapangan Kerja, dan Pembangunan di Afrika” yang diterbitkan oleh Schwab Foundation for Social Entrepreneurship bersama mitra internasional, memberikan gambaran yang jelas mengenai sektor ini.
Perkiraan menunjukkan bahwa sekitar 2,180,000 lembaga sosial beroperasi di benua Afrika, yang setiap tahunnya menghasilkan hampir 96 miliar dolar pendapatan dan menyediakan sedikitnya 12 juta pekerjaan. Lebih dari separuh lembaga tersebut dijalankan oleh perempuan, dan sepertiga di antaranya dimiliki oleh kaum muda di bawah usia 35 tahun.
Perkembangan ini terjadi di tengah menurunnya arus bantuan luar negeri, meningkatnya populasi muda Afrika dengan cepat, serta semakin parahnya guncangan iklim. Sejalan dengan itu, pada tahun 2025 Uni Afrika mengesahkan strategi sepuluh tahun pertamanya di bidang ekonomi sosial dan solidaritas, yang mengakui lembaga sosial dan koperasi sebagai bagian dari jalur masa depan ekonomi inklusif dan tangguh benua tersebut.
Temuan laporan menunjukkan bahwa lembaga-lembaga sosial tidak hanya menciptakan pendapatan dan lapangan kerja dalam skala besar, tetapi juga secara nyata meningkatkan kehidupan jutaan orang. Contohnya adalah Babban Gona di Nigeria yang dengan memberikan kredit dan pelatihan kepada petani kecil berhasil menggandakan lebih dari dua kali lipat pendapatan mereka; Shonaquip di Afrika Selatan yang dengan memproduksi kursi roda yang sesuai untuk daerah pedesaan serta melatih para pendamping membantu inklusi penyandang disabilitas; dan Sanergy di Kenya yang dengan menyediakan layanan kesehatan di permukiman informal serta mengubah limbah menjadi input pertanian telah mengubah kehidupan ratusan ribu orang. Model-model ini menunjukkan bagaimana secara bersamaan pendapatan, kesehatan, dan lingkungan dapat ditingkatkan.
Meski telah meraih berbagai pencapaian, lembaga-lembaga sosial masih menghadapi hambatan serius. Akses terhadap modal merupakan masalah terbesar; banyak di antaranya berada dalam 'ruang tengah yang hilang', yakni tidak cukup kecil untuk memperoleh manfaat dari kredit mikro, namun juga tidak cukup konvensional untuk menarik minat investor tradisional. Kekurangan layanan pendukung dan pelatihan, khususnya di luar ibu kota, serta ketiadaan status hukum yang jelas, merupakan tantangan lain. Faktor-faktor ini menyebabkan lembaga sosial tidak dapat sepenuhnya memanfaatkan peluang kebijakan dan investasi.
Dalam konteks ini, terdapat lima prioritas utama untuk bertindak, yaitu: membangun ekosistem yang kuat dengan kebijakan dan infrastruktur yang tepat; membuka akses modal dalam skala besar melalui instrumen keuangan campuran; berinvestasi pada keterampilan dan sumber daya manusia; memperkuat kemitraan antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil; serta mengembangkan data dan bukti untuk mendukung kebijakan inovatif.
Hari ini terdapat bukti nyata bahwa jutaan lembaga sosial di Afrika tidak hanya menghasilkan angka-angka yang mengesankan, tetapi juga telah mengubah kehidupan nyata masyarakat; para petani yang menemukan pasar yang berkelanjutan, kaum muda yang membangun masa depan digital, serta pasien dan keluarga yang memperoleh akses ke layanan vital.
Afrika kini berada di ambang penulisan babak baru dalam sejarah pembangunannya; sebuah babak di mana lembaga-lembaga sosial tidak lagi dipandang sebagai aktor pinggiran, melainkan sebagai pilar utama ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Jika pemerintah, investor, dan lembaga internasional menanggapi kapasitas besar ini dengan serius, benua Afrika dapat menawarkan sebuah model baru bagi dunia; sebuah model yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi hanya bermakna apabila disertai dengan keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan. (MF)