Perancis Desak Trump Hormati Kesepakatan Nuklir Iran
Presiden Perancis Francois Hollande, dalam pembicaraan telepon dengan Donald Trump, mitranya dari Amerika Serikat, menekankan pentingnya untuk menghormati kesepakatan nuklir yang dicapai dengan Iran.
Ini adalah percakapan telepon pertama antara keduanya sejak Trump memulai tugasnya sebagai Presiden AS, kata statemen yang dirilis oleh Kantor Kepresidenan Perancis, Sabtu (28/1/2017) seperti dikutip IRNA.
Pada kesempatan itu, Hollande juga menegaskan kepada Trump bahwa krisis di Suriah hanya mungkin diselesaikan melalui forum PBB.
Presiden Perancis juga menekankan bahwa sanksi anti-Rusia harus dihapus setelah konflik di Ukraina berakhir. Ia menegaskan kembali komitmen Perancis untuk PBB dan aliansi militer NATO.
Hollande memperingatkan Trump terhadap pendekatan proteksionis, yang akan membawa dampak negatif bagi ekonomi dan politik. "Dalam dunia yang tidak stabil dan tidak pasti, berbalik ke belakang akan menemui kebuntuan," tegasnya.
Pada hari Jumat, Presiden Perancis menyebut pemerintahan baru AS sebagai tantangan untuk Eropa.
Perdana Menteri Perancis Bernard Cazeneuve juga meminta Eropa untuk memberikan respon yang memadai kepada AS, dan menyesuaikan kebijakan luar negeri dan perdagangannya sesuai dengan perkembangan situasi.
Sebelum ini, Presiden AS mengancam akan membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran dan menyebutnya sebagai perjanjian terburuk yang pernah dinegosiasikan.
Padahal, kesepakatan nuklir Iran didukung oleh negara-negara Eropa. Badan Energi Atom Internasional (IAEA), PBB dan Dewan Keamanan juga mengkonfirmasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan tersebut.
Pada 15 Januari lalu, Wakil Menteri Luar Negeri Iran untuk Urusan Hukum dan Internasional, Abbas Araqchi mengatakan, AS dan beberapa negara lain berupaya maksimal untuk mencegah implementasi kesepakatan nuklir dalam satu tahun terakhir.
"Iran melawan rintangan itu dan selalu berusaha menghapus hambatan," ujarnya. (RM)