Tantangan KTT G20 di Hamburg
(last modified Sat, 01 Jul 2017 07:19:39 GMT )
Jul 01, 2017 14:19 Asia/Jakarta

Menjelang penyelenggaraan KTT G20 di Hamburg, Jerman, pengamanan kota ini diperketat melebihi sebelumnya. Dijadwalkan pertemuan puncak para pemimpin 20 negara dunia akan digelar di kota penting Jerman ini pada 7-8 Juli 2017.

Peningkatan pengamanan dilakukan untuk mengantisipasi ancaman serangan teroris, dan aksi protes yang berpotensi terjadi. Sementara itu, bagi para pemimpin negara anggota G20, ancaman keamanan tampaknya bukan masalah utama, tapi lebih dari itu friksi dan gap di antara mereka justru menjadi pangkal masalahnya.

G20 berdiri pada tahun 1999, dan sejak tahun 2008 secara berkala menggelar pertemuan di tingkat pemimpin pemerintahan. Tujuan dari pembentukan kelompok ini untuk menyatukan pandangan para pemain utama ekonomi internasional di berbagai masalah politik, ekonomi dan keamanan. Meskipun demikian, dinamika selama beberapa tahun terakhir menunjukkan tujuan utama digelarnya pertemuan antaranggota  G20 tidak terwujud hingga kini. Pasalnya, sejumlah masalah utama seperti kompetisi politik dan ekonomi menghalangi tercapainya kesepakatan bersama.

Masalah tersebut semakin kentara menjelang pertemuan G20 di Hamburg. Munculnya arus nasionalisme di kalangan negara anggota  seperti AS, Inggris, Arab Saudi dan Turki meningkatkan perselisihan yang terjadi di dalamnya. Naiknya Donald Trump sebagai presiden AS, dengan pandangan proteksionisme semakin mengobarkan api perpecahan di tubuh anggota G20.

Sebagai kekuatan ekonomi dan militer terbesar G20, kebijakan AS dalam masalah keamanan dan ekonomi tidak hanya berpengaruh terhadap 19 negara anggota kelompok ini, tapi juga terhadap seluruh negara dunia. Masalah tersebut menimbulkan reaksi keras dari pemimpin negara anggota G20 lainnya terutama presiden Perancis, kanselir Jerman dan pejabat tinggi Uni Eropa selama beberapa bulan terakhir.

Kanselir Jerman, Angela Merkel dalam pertemuan perdagangan antara Jerman dan India yang berlangsung di Berlin mengatakan, "Kami menyaksikan peningkatan fenomena proteksionisme industri di seluruh dunia. Meskipun demikian, kami meyakini kompleksitas dan keterkaitan yang erat antarrantai nilai internasional yang begitu kuat menciptakan sarana yang kondusif bagi perdagangan yang sehat,".

Merkel dalam statemennya mengingatkan bahwa kebijakan proteksionisme dan gangguan terhadap sistem perekonomian global dewasa ini akan menggiring dunia menuju kompetisi berbahaya, dan kemungkinan sulitnya penyelesaian masalah dalam kerangka G20, bahkan di tingkat WTO sekali pun.

Willem Buiter, ekonom senior Citibank dalam catatannya menulis, Jika Trump menerapkan kebijakan proteksionisme, kemungkinan akan menyulut perang perdagangan yang berdampak terhadap resesi global.

Meskipun muncul berbagai peringatan keras terhadap pemerintahan AS, tapi tampaknya Trump tetap akan mengedepankan kebijakan proteksionisme ekonominya dengan mengusung slogan  "Pertama Amerika". Indikasi tersebut sangat kental dengan penolakan Trump terhadap perjanjian perubahan iklim Paris.

Dalam masalah lainnya seperti ancaman terorisme, terutama perang melawan terorisme, pemerintah AS saat ini secara terbuka berupaya mendiktekan kepentingannya terhadap negara dunia-negara dunia. Pada saat yang sama Rusia dan Cina bersama sejumlah negara Eropa mengambil jalan lain yang menyebabkan titik temu kedua pihak sulit untuk dicapai dalam pertemuan G20 di Hamburg.