Tarik Ulur Donald Trump dan Kelompok Anti Rusia di Amerika
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat mundur dari sikapnya ketika ditentang oleh kelompok anti Rusia di negara ini.
Donald Trump dalam pesan di laman Twitternya mengatakan tidak punya program untuk membentuk unit Kemanan Siber dengan Rusia. Presiden Amerika dalam cuitannya mengatakan, "Saya tidak berpikiran bahwa program ini bakal terwujudkan. Padahal pasca pertemuannya dengan Vladimir Putin, timpalannya dari Rusia di sela-sela KTT G20 di Hamburg menyatakan telah membahas pembentukan unit Keamanan Siber.
Publikasi berita ini kontan membuat marah tokoh-tokoh anti Rusia di Washington. Sebelumnya, pertemuan Trump dan Putin dan pernyataan Presiden Amerika bahwa ia bangga duduk bersama Putin dalam satu pertemuan tanpa disertai rombongan telah memancing kemarahan para politikus, kalangan intelijen dan media-media Amerika. Bahkan Nikki Haley, Wakil Tetap Amerika di PBB secara tersirat menolak ucapan Trump yang puas dengan penjelasan Putin terkait tidak adanya intervensi Rusia dalam pemilu presiden Amerika.
Pasca pertemuan kontroversi Trump dan Putin, kalangan intelijen Amerika dan media-media oposan Trump mulai mengungkap skandal baru.
John Brennan, mantan Direktur CIA mengatakan, "Trump tidak menerima ucapan dari kalangan intelijen kita dan sikap ini telah ditampakkannya dalam pernyataan biasa."
Ia juga menyinggung pidato Donald Trump di Warsawa dan menambahkan, "Dua hari sebelum KTT G20, Trump di Warsawa, Polandia mempertanyakan evaluasi detil kalangan intelijen kita soal campur tangan Rusia dalam pemilu dan juga kejujuran dan kemampuan kalangan intelijen kita."
Dalam pengungkapan skandal baru ini juga disebutkan bahwa Donald Trump Jr, anak tertua Presiden Amerika di masa kampanye pemilu presiden tahun lalu bertemu dengan seorang pengacara yang memiliki hubungan dengan Moskow untuk mendapat akses informasi tentang Hillary Clinton, kandidat Demokrat, pesaing ayahnya. Tentu saja sulit diterima New York Times dan CNN dapat mengakses masalah sensitif seperti ini tanpa bantuan kalangan intelijen Amerika.Trump bahkan menyatakan tidak pernah mengetahui pertemuan rahasia ini sampai sekarang.
Reince Priebus, Kepala Staf Kepresidenan mereaksi tekanan ini dan menuding ucapan Sergei Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia kontradiksi dan mengatakan, "Trump tidak menerima penjelasan Putin soal tidak ada campur tangan Rusia dalam pemilu presiden Amerika. Rex Tillerson, Menteri Luar Negeri Amerika berupaya menggeser orientasi yang telas jelas dengan menyatakan bahwa sanksi terhadap Rusia tidak akan dihapus dan Washington tidak menerima kebijakan Moskow soal Suriah.
Bagaimanapun juga, tampaknya koalisi anti Rusia yang terdiri dari Republikan dan Demokrat di Kongres, anggota kalangan intelijen dan media-media mainstream di Amerika di hari-hari yang akan datang tidak akan berhenti menyerang Trump. Bahkan diprediksi pengepungan terhadap Presiden Amerika Serikat semakin diperketat dengan rencana pengaduan konspirasi anak tertua Trump. Hingga kini, Jared Kushner, menantu Donald Trump juga diduga memiliki tuduhan yang sama. Tapi kini, tuduhan ini semakin mendekati pribadi Presiden Amerika.
Bila kelanjutan penyidikan menunjukkan Donald Trump tahu adanya pertemuan-pertemuan rahasia antara orang-orang dekatnya dengan anasir politik dan intelijen Rusia, sangat mungkin proses impeachment Presiden Amerika akan segera dilakukan, kecuali Donald Trump pada akhirnya menyerah pada tekanan kelompok anti Rusia di negara ini.