Ketika Turki Minta AS Hentikan Dukungan terhadap Teroris di Suriah
-
PM Turki Binali Yildirim
Perdana Menteri Turki Binali Yıldırım seraya menjelaskan bahwa dukungan Amerika Serikat terhadap kelompok teroris sangat mengkhawatirkan menuntut Washington menghentikan dukungannya terhadap kelompok teroris tersebut.
Binali Yıldırım Kamis (25/1) seraya mengkritik kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah mengatakan, kerja sama Amerika dengan kelompok teroris dan langkah Washington dalam menjalankan rencananya mengiringi kelompok teroris telah membuat malu negara ini.
Ia menambahkan, Turki bertekad membersihkan wilayah tetangganya di perbatasan dari keberadaan kelompok teroris. Dalam hal ini Turki menurut Binali Yildirim tidak membedakan antara Barat dan Timur.
Yildirim menekankan, operasi militer Turki di kota Afrin, utara Suriah tidak akan berdampak pada ekonomi Ankara.
Sebelumnya perdana menteri Turki di pertemuan wakil Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) di parlemen mengatakan, jika AS ingin melanjutkan kerja samanya dengan Turki maka negara ini secepatnya menghentikan dukungannya kepada kelompok Kurdi Suriah yang berafiliasi dengan PKK.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara tidak langsung menuding Amerika mendukung teroris di Suriah dan berusaha memblokade Turki.
Erdogan seraya mengisyaratkan pembentukan koridor di selatan perbatasan Turki yang ditujukan untuk merevisi apa yang diklaim sebagai perang anti teroris Daesh mengatakan, klaim ini palsu, karena jalan ini dibangun untuk mendukung teroris dan memblokade Turki.
Erdogan ketika menuding Amerika mendukung kelompok teroris, Ankara justru terlibat dalam krisis Suriah karena menjadi salah satu sekutu Amerika serta pendukung regional Washington dalam mendukung kelompok teroris anti Damaskus. Kini di konstilasi Suriah, AS dan Turki bukan saja terlibat konfrontasi, bahkan keduanya berbeda pendapat dalam mengorganisir krisis Suriah.
Isu ini sebenarnya demi kepentingan AS dan Turki sendiri atau lebih jelasnya strategi dan pendekatan mereka untuk menjamin kepentingannya lebih besar dari transformasi lapangan di Suriah. Oleh karena itu, Turki dengan kedok operasi militer Ranting Zaitun di kota Afrin memasuki transformasi baru Suriah dalam bentuk baru, dan perilaku kebijakan luar negeri serta militer negara ini di kota Afrin menuai kritik elit politik dalam dan luar negeri.
Mayoritas kritik tersebut mengarah pada pelanggaran kedaulatan nasional Suriah serta kekerasan pasukan Turki terhadap warga Suriah. Kondisi ini dijustifikasi Erdogan dalam bentuk konfrontasi dengan konspirasi pasukan Barat terhadap Turki. Artinya menurut Erdogan seluruh krisis internal dan bahkan krisis ekonomi yang dialami masyarakat Turki adalah hasil dari konspirasi asing. Hal ini dinilai kritikus Erdogan sebagai akibat dari kebijakan luar negeri yang dibarengi dengan naik turun Turki akibat isu-isu regional dan internasional saat ini.
Meski seluruh friksi antara Turki dan Amerika terkait dukungan Washington terhadap Kurdi Suriah, namun sejumlah elit politik menilai pendekatan kedua negara terkait konstelasi Suriah cenderung sebuah perilaku mencari keuntungan.
Terkait hal ini, Profesor Noah Feldman, dosen Universitas Harvard seraya mengisyaratkan statemen perdana menteri Turki yang menyatakan selama Amerika ingin melanjutkan kerja samanya dengan Ankara, maka Washington harus menghentikan dukungannya kepada Kurdi Suriah yang berafiliasi dengan PKK, mengatakan, Amerika harus meratifikasi NATO tanpa Turki, dan alasan utamanya adalah agresi Turki terhadap etnis Kurdi yang bersekutu dengan Amerika dalam menumbangkan kelompok teroris Daesh di Suriah.
Noah Feldman meyakini, Amerika menerapkan standar ganda dalam menyikapi Kurdi Suriah dan Irak, karena di tahun 1991, meski adanya kebangkitan Kurdi Irak untuk meraih kemerdekaan penuh, Washington mendukung mereka meski ditentang Turki serta menerapkan zona larangan terbang. Meski demikian Kurdi Suriah yang tidak ingin meraih kemerdekaan, mereka tidak mendapat dukungan dari Amerika.
Kondisi ini dimanfaatkan secara maksimal oleh Turki baik di tingkat dalam maupun luar negeri. (MF)