Pengakuan Menhan AS: Washington tidak Mampu Serang Tehran
(last modified Sat, 28 Jul 2018 12:51:47 GMT )
Jul 28, 2018 19:51 Asia/Jakarta
  • Menhan AS, James Mattis
    Menhan AS, James Mattis

Amerika selama beberapa dekade lalu berulang kali mengeluarkan ancaman serangan militer ke Iran. Ancaman ini kerap digulirkan AS di era pemerintahan Presiden George W. Bush yang melancarkan agresi ke Afghanistan dan Irak dengan dalih memerangi terorisme.

Sementara di era Barack Obama, ia senantisa berbicara mengenai suluruh opsi untuk menghadapi Iran berada di atas meja. Meski Obama melakukan banyak upaya untuk menekan Iran menghentikan program nuklir damainya melalui sanksi yang melumpuhkan, ia juga berulang kali berbicara mengenai potensi serangan militer ke Iran sebagai solusi terakhir menghadapi program nuklir Iran. Tentu saja hal ini dilakukan untuk menakut-nakuti Republik Islam.

 

Ketika Donald Trump berkuasa, ia tak henti-hentinya mengancam Iran. Tanggal 9 Mei 2018, sehari setelah keluarnya AS dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), Trump langsung mengancam Iran dan mengatakan Tehran harus berunding atau jika tidak maka akan ada perinstiwa lain yang bakal terjadi.

 

Trump mengungkapkan, "Saya merekomendasikan Iran untuk tidak memulai program nuklirnya. Saya sangat merekomendasikan kepada mereka. Jika Tehran benar-benar memulai program nuklirnya, maka mereka akan menghadapi dampak serius."

 

Meski sejumlah pengamat menyebut dampak serius distatemen Trump adalah opsi militer terhadap Iran, namun sikap terbaru petinggi militer AS menunjukkan hal yang berbeda. Menteri Pertahanan AS James Mattis di statemennya mengakui bahwa AS tidak memiliki kemampuan melancarkan serangan militer ke Iran. Ia menyebut propaganda media mengenai rencana Amerika untuk menyerang instalasi nuklir Iran sebagai sebuah kebohongan dan dongeng.

 

Televisi ABC News Australia Kamis (26/7) mengutip sumber-sumber pemerintah Australia mengklaim bahwa pemerintah Amerika tengah merencanakan serangan terhadap instalasi nuklir Iran. Sementara itu, Malcolm Turnbull, Perdana Menteri Australia menepis pemberitaan tersebut dan menyebutnya desas-desus yang tak benar dan didasari oleh sumber yang tak jelas.

Presiden AS Donald Trump

 

Bantahan akan serangan ke Iran oleh Menhan AS, mengingat kesadaran Washington akan kemampuan defensif Tehran, khususnya di bidang rudal dan perang asimetris menunjukkan bahwa jika terjadi konfrontasi militer antara Iran dan AS, Tehran memiliki kemampuan untuk melancarkan balasan mematikan dan menyerang instalasi serta pasukan Amerika di kawasan.

 

Selama beberapa hari terakhir perang verbal antara petinggi Iran dan Amerika semakin intens. Presiden Iran Hassan Rouhani hari Ahad pekan lalu kepada Amerika dan sebagai respon atas ancaman Trump mencegah ekspor minyak Iran mengatakan, Trump harus menyadari bahwa Iran penjamin keamanan perairan di kawasan sepanjang sejarah, oleh karen aitu jangan sekali-kali bermain dengan ekor singa, karena balasan Iran akan sangat menyakitkan.

 

Sementara itu, Trump dalam respon tergesa-gesanya atas peringatan Rouhani memperingatkan dampak mengancam Amerika Serikat. Trump di tweetnya kepada Rouhani mengatakan, Jangan sekali-kali mengancam Amerika, jika tidak Anda harus siap menghadapi dampaknya yang jarang terjadi sepanjang sejarah.

 

Ancaman Trump langsung menuai ejekan khususnya dari pihak Demokrat dan nitizen di jejaring sosial. Brigjen Soleimani, komandan pasukan Quds saat merespon ancaman terbaru Trump terhadap Iran mengatakan, dimulainya perang dengan Iran sama halnya dengan kehancurans eluruh fasilitas Amerika dan akhir perang yang dimulai Amerika.

 

Respon tegas Iran terhadap ancaman terbaru AS mendorong petinggi Washington seperti James Mattis menepis adanya rencana negaranya menyerang Iran. (MF)

 

 

Tags