Protes Meluas terhadap Kejahatan Polisi AS terhadap Warga Kulit Hitam
(last modified Thu, 28 May 2020 11:26:10 GMT )
May 28, 2020 18:26 Asia/Jakarta
  • Aksi kekerasan polisi kepada warga kulit hitam AS
    Aksi kekerasan polisi kepada warga kulit hitam AS

Diskriminasi rasial dan rasisme, terutama terhadap orang kulit hitam, selalu menjadi ciri khas yang dibenci masyarakat Amerika. Namun, masalah yang menjadi sangat mencuat dalam beberapa tahun terakhir adalah kekerasan yang tak terkendali dari polisi Amerika terhadap warga kulit hitam, yang telah menciptakan adegan sedih.

Dalam sebuah aksi demonstrasi luas akibat penembakan mati seorang pria kulit hitam tidak bersenjata oleh seorang perwira polisi kulit putih Amerika di Minneapolis, Minnesota, seorang kulit hitam lainnya tewas akibat ditembak. Seorang pejabat senior kepolisian Minneapolis mengatakan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi pada Rabu (27/05/2020) malam sangat memilukan seraya mengatakan, "Malam ini berbeda dari protes malam sebelumnya. Walikota Minneapolis, Jacob Frey, juga mendesak orang-orang untuk tidak membiarkan tragedi pembunuhan orang kulit hitam itu menyebabkan lebih banyak tragedi."

Aksi kekerasan polisi kepada warga kulit hitam AS

Protes, yang sekarang berlumuran darah, sebenarnya adalah reaksi orang Amerika kulit hitam terhadap diskriminasi, ketidakadilan, dan, yang paling penting, kebrutalan dan kekekerasan polisi Amerika terhadap mereka. Kejahatan polisi terbaru terhadap seorang pria kulit hitam telah begitu mengejutkan sehingga membuat shock masyarakat Amerika. Seorang perwira polisi membunuh George Floyd, seorang pria kulit hitam berusia 40 tahun, di Minneapolis pada hari Senin. Pada Senin malam, Floyd dihadapkan dengan kebrutalan polisi, diborgol ke tangannya dan berbaring telungkup di tanah.

Pria itu, yang memiliki masalah medis, meninggal setelah dibawa ke rumah sakit, kata polisi. Sementara itu, dalam klip yang dipublikasikan dari orang-orang yang hadir di tempat kejadian, yang juga tercermin secara luas di media sosial, pria kulit hitam itu dihadapkan dengan tekanan lutut seorang petugas polisi di lehernya dan terus berteriak, "Saya tidak bisa bernapas."

Walikota Minneapolis, Jacob Frey menggambarkan insiden itu sebagai skandal, dengan mengatakan, "Menjadi hitam di Amerika Serikat seharusnya tidak menjadi alasan untuk dijatuhi hukuman mati. Kami melihat selama lima menit bahwa petugas kulit putih itu menekan lututnya ke leher seorang pria kulit hitam."

Dalam sebuah laporan, Washington Post menggambarkan pernyataan polisi itu sebagai "kematian seorang pria akibat kecelakaan medis saat berinteraksi dengan polisi", sebagai sesuatu yang lucu. Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan tentang kekerasan polisi AS baru-baru ini terhadap warga kulit hitam, "Ini adalah tragedi. Ini sebuah kejahatan. Saya sangat sedih dengan keluarganya dan komunitas di sana."

Bukti menunjukkan bahwa kebrutalan polisi terhadap pria dan wanita berkulit hitam di seluruh Amerika Serikat telah menyebar luas. Kekerasan meningkat di tengah epidemi Corona. Di satu sisi, komunitas kulit hitam Amerika telah dipengaruhi oleh coronavirus dan telah menderita banyak korban, dan di sisi lain, ia menghadapi tindakan polisi yang brutal dan keras.

Masalah kematian warga kulit hitam oleh polisi menciptakan siklus ini, di mana warga turun ke jalan memrotes terbunuhnya warga kulit putih dan melakukan demonstrasi. Di antara demonstrasi dan kekacauan ada orang lain yang terbunuh akibat polisi menumpas demo dan kekacauan. Sekalipun para demonstran telah kembali ke rumah, tetapi pembunuhan warga kulit hitam lainnya oleh polisi telah menyeret warga kembali melakukan demo yang lebih luas.

Aksi demo warga AS menyusul kekerasan polisi (arsip)

Meskipun protes berulang kali, belum ada tindakan yang jelas atau efektif oleh pemerintah federal atau Kongres untuk mencegah terulangnya kekerasan polisi terhadap warga kulit hitam, dan proses peradilan untuk sebagian besar kejahatan ini telah dilakukan dengan pembebasan petugas, atau agen yang melakukan tindak pidana terhadap orang kulit hitam telah berakhir. Ini telah memicu frustrasi orang kulit hitam di Amerika Serikat, memicu semakin banyak protes.