Ketika Trump Menandatangani Keppres terhadap Media Sosial
-
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
Meskipun Donald Trump telah menggunakan media sosial secara luas, terutama Twitter, dalam kampanye kepresidenannya tahun 2016 dan berikutnya di masa kepresidenannya, tetapi ketika media sosial ini memperingatkan klaim dan pernyataannya di tweet-nya, ia telah mengambil pendekatan yang bermusuhan terhadapnya.
Setelah pertikaiannya dengan Twitter baru-baru ini, Trump menandatangani keputusan presiden untuk mengakhiri dukungan hukum untuk jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook dalam menghadapi tindakan hukum. Seraya mengritik keras Twitter, Trump mengatakan, "Jejaring ini telah menjadi aktivis politik, yang tidak sesuai. Ia juga mengatakan, "Jika kami memiliki media yang adil, saya akan membatalkan akun Twitter saya."

Keputusan presiden baru Trump mewajibkan lembaga pemerintah untuk meminta organisasi independen, termasuk Komisi Komunikasi Federal dan Komisi Perdagangan Federal, untuk meninjau penerapan aturan baru pada perusahaan media sosial besar. Para ahli, tentu saja, percaya bahwa banyak yang tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan Kongres.
Jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook dilindungi berdasarkan Bagian 230 dari Undang-Undang Komunikasi tahun 1996 karena jejaring sosial dimaksudkan sebagai platform, bukan penerbit. Di bawah hukum ini, penerbit dapat dituntut atas konten apa yang dipublikasikan.
Tindakan keras Trump di media sosial terjadi setelah Twitter tiga hari lalu menilai dua tweet presiden yang berisi informasi "menyesatkan" dan tidak dapat diandalkan. Twitter, untuk pertama kalinya, menyebut salah satu tweet Trump "sangat menyesatkan." Masalah ini telah mendorong Trump untuk menuduh Twitter ikut campur dalam pemilihan presiden mendatang.
"Twitter mengganggu dalam pemilihan presiden 2020. Mereka mengatakan, pernyataan saya tentang kotak-kotak pos, yang akan mengarah pada kecurangan dan pelanggaran yang luas adalah salah menurut uji coba media-media pemberitaan palsu CNN dan Washington Post," tulis Trump di halaman Twitter-nya pada hari Selasa.
Beberapa jam sebelum menyampaikan reaksinya, Trump, yang menolak cara pemungutan suara lewat pos dalam pemilu presiden akan datang, telah memperingatkan dalam dua tweet lainnya tentang risiko kecurangan dalam pemungutan suara lewat pos. Namun Twitter memposting tautan di bawah dua tweet yang mengundang siapa saja untuk mencobanya. Ini adalah pertama kalinya label tersebut muncul di akun Twitter presiden.
Menanggapi langkah yang dilakukan jejaring sosial ini, Trump di laman Twitter-nya menulis, "Tidak ada cara lain! Pemungutan suara pos tidak lebih dari kecurangan yang luas."
Trump juga menanggapi langkah Twitter dan menuduh media sosial ini telah melakukan perilaku yang bertentangan dengan "kebebasan berekspresi", seraya menulis, "Twitter benar-benar mencekik kebebasan berekspresi, dan saya, sebagai presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi."
Sementara itu, Twitter mengatakan telah menambahkan tag di bawah tweet presiden untuk menguji dan sejalan dengan kebijakan baru media sosial ini, yang telah ada sejak Mei 2020, dan bertujuan untuk memverifikasi berita untuk mencegah penyebaran informasi yang salah.
Sebagai tanggapan atas tindakan Twitter ini, Trump merilis tweet barunya dan menuduh jejaring sosial ini berusaha untuk membungkam kaum konservatif Republik, seraya mengancam bahwa sesama anggota partai bermaksud untuk memperketat atau mematikan jaringan untuk melawan praktik tersebut.
Merujuk kampanye pemilu 2016-nya, presiden secara implisit menyalahkan media sosial karena menipu opini publik dan berusaha mengalahkannya dalam pemilu, dan tanpa secara eksplisit menunjuk ke Twitter, meminta media sosial untuk melakukan hal yang sama "sekarang" untuk memperbaiki pendekatannya.

Sekarang, dengan penandatanganan keputusan presiden terhadap media sosial, yang jelas Twitter merupakan targetnya, Trump telah menunjukkan bahwa ia memiliki sedikit keraguan dalam berurusan dengan jejaring sosial, termasuk Twitter, yang paling ia nikmati dan paling dimanfaatkan. Faktanya, Trump hanyalah pembela Twitter selama ia memanfaatkan posisi dan kepentingan politiknya, dan begitu Twitter memperingatkan tentang kebohongan dan klaimnya, ia akan menghadapinya dan mencoba menekannya.