Dampak Pemangkasan Produksi Minyak OPEC Plus
Fenomena perang harga minyak antara Rusia dan Arab Saudi setelah kegagalan pertemuan OPEC Plus pada awal Maret 2020, dan penyebaran virus Corona di seluruh penjuru dunia yang memicu penurunan tajam permintaan minyak global, menyebabkan anjloknya harga minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 18 tahun terakhir.
Masalah ini memicu reaksi negara-negara produsen minyak yang berupaya mengembalikan stabilitas pasar minyak dunia. Akhirnya, pada bulan April 2020, sebanyak 23 anggota OPEC sepakat untuk memangkas produksi minyaknya sebesar 9,7 barel perhari.
Meksiko yang awalnya menolak mengurangi produksinya, pada akhirnya setuju untuk mengurangi produksinya sebesar 100.000 barel untuk pengiriman bulan Mei dan Juni. Konsultasi bersama dan pembuatan kebijakan antara 10 negara produsen minyak, termasuk Rusia, bersama dengan 13 anggota OPEC dikenal sebagai OPEC Plus.
Kini, dalam kerangka perjanjian baru, anggota OPEC Plus Sabtu (6/6/2020) memperpanjang perjanjian pengurangan produksi minyak sekitar 10 juta barel hingga akhir Juli. Para menteri perminyakan dari negara-negara ini menyepakati pengurangan produksi dalam pertemuan yang diadakan melalui konferensi video. Dengan demikian, hingga akhir Juli, parameter yang sama mengenai produksi minyak pada Mei dan Juni akan dipertahankan.
Produksi minyak diperkirakan turun menjadi 7,7 juta barel per hari dari 1 Juli hingga akhir Desember, tetapi OPEC Plus telah memutuskan untuk memperpanjang perjanjian pagu produksi sebelumnya pada akhir Juli. OPEC Plus juga menetapkan kompensasi untuk negara-negara yang belum memenuhi komitmen mereka dalam mengurangi produksi minyaknya, termasuk Irak, Nigeria dan Kazakhstan, dari Juli hingga September mendatang.
OPEC Plus berharap dengan langkah ini, harga minyak global yang telah mengalami penurunan tajam akan naik lagi setelah epidemi Corona. Menteri Energi Aljazair Mohamed Arkab, yang mengepalai OPEC mencatat bahwa pada pertengahan tahun ini, cadangan minyak dunia akan meningkat menjadi 1,5 miliar barel. Ia juga memperingatkan negara-negara anggota mengenai banyaknya tantangan yang merintangi di depan, meskipun tercapai kemajuan signifikan.
Rusia sebagai penghasil dan pengekspor minyak non-OPEC terbesar di dunia optimis tentang masa depan pasar minyak. Rusia sangat bergantung terhadap pendapatan minyaknya. Menteri Energi Rusia Alexander Novak pada akhir pembicaraan OPEC hari Sabtu mengatakan bahwa permintaan minyak di pasar dunia telah meningkat setelah dicapai kesepakatan OPEC Plus, dan pengurangan pembatasan karantina karena penyebaran virus Corona.
Dari sudut pandang pejabat tinggi perminyakan Rusia, langkah-langkah bersama untuk mengurangi produksi minyak berdampak positif terhadap pasar minyak global. Namun, Moskow telah memperingatkan kondisi pasar minyak dunia yang rapuh dan kebutuhan untuk mendukungnya. Novak menyebut April sebagai bulan terburuk dalam sejarah pasar minyak global, dan menekankan perlunya implementasi perjanjian OPEC Plus oleh semua anggotanya.
Namun, protes sudah dimulai. Meksiko sebagai salah satu produsen minyak utama non-OPEC, enggan memangkas produksinya. Menteri Energi Meksiko, Rocio Nahle hari Sabtu mengatakan bahwa negaranya tidak akan bergabung dengan perjanjian negara-negara penghasil minyak untuk memperpanjang pemangkasan produksinya sampai akhir Juli demi mendongkrak harga minyak di pasar global.
Merosotnya harga minyak dunia memukul produsen minyak global terutama produsen minyak serpih di Amerika Serikat dan Kanada sebagai produsen terbesarnya. Tren berlanjutnya penurunan harga minyak menyebabkan perusahaan-perusahaan ini gulung tikar.
Kini, kesepakatan OPEC Plus memberikan harapan baru bagi negara-negara pengekspor minyak dunia, tetapi berlanjutnya penyebaran epidemi Corona menyebabkan perekonomian global limbung, yang berimbang pengangguran menjalar di banyak negara di seluruh penjuru dunia. (PH)