Ketika Kekerasan Politik Menghantui Amerika Serikat
(last modified Mon, 31 Aug 2020 12:01:59 GMT )
Aug 31, 2020 19:01 Asia/Jakarta
  • Kekerasan Polisi di Amerika Serikat
    Kekerasan Polisi di Amerika Serikat

Semakin mendekati saat pemilihan umum presiden AS, kekerasan politik di negara ini semakin meningkat daripada sebelumnya dalam beberapa dekade terakhir.

Dalam kekerasan politik terbaru di Amerika Serikat, seorang pria tewas setelah konvoi mobil pendukung Presiden Donald Trump berhadap-hadapan dengan aktivis anti-rasis di Portland, Oregon. Selanjutnya, dalam pesan Twitternya, Trump menyerukan penggunaan kekuatan untuk melawan kekerasan politik. Sementara Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS menyerukan "semua opsi di atas meja" untuk menindak para pengunjuk rasa ketidaksetaraan di negara ini.

George Floyid, warga kulit hitam yang tewas di tangan polisi kulit putih AS

Putaran baru kekerasan di Amerika Serikat meletus beberapa bulan lalu menyusul rilis video kematian warga kulit hitam, George Floyd setelah ditekan di bawah lutut seorang perwira polisi kulit putih. Namun awalnya, protes terhadap ketidaksetaraan di Amerika Serikat bersifat sipil dan damai, tetapi karena para petugas polisi melakukan kekerasan terhadap pengunjuk rasa, sehingga protes yang secara bertahap menjadi lebih radikal dan destruktif, sedemikian rupa sehingga sejumlah pengunjuk rasa tewas dan terluka dan lebih banyak lagi yang ditangkap dan dipenjarakan. Sebaliknya, pengunjuk rasa di beberapa kota menyerang properti publik dan pribadi serta merobohkan patung hasil perbudakan di banyak tempat.

Protes serentak terhadap rasisme di Amerika Serikat dan eskalasi kampanye pemilu di negara ini telah meningkatkan intensitas kekerasan di Amerika Serikat. Di satu sisi, lawan Trump berusaha mencegah presiden petahana itu menang lagi dengan turun ke jalan dan memprotes ketidaksetaraan. Di sisi lain, dengan mengobarkan kekerasan di jalanan, Trump berniat mengajak para pendukungnya turun ke jalan untuk kembali memenangkan pemilu.

Chris Murphy, Senator Demokrat mengatakan, "Trump yakin terpilihnya kembali tergantung pada meningkatnya ketakutan dan kekerasan."

"Trump secara eksplisit mendorong lebih banyak kekerasan," kata kandidat Demokrat Joe Biden dalam sebuah pernyataan yang mengutuk kekerasan jalanan.

Namun, kekerasan politik yang meningkat di kota-kota dan jalan-jalan AS tampaknya tidak mereda dalam dua bulan ke depan. Kedua belah pihak dalam pemilihan November, baik Demokrat maupun Republik, telah meminta para pendukung mereka untuk menjadikannya pemilihan yang paling penting dalam hidup mereka.

Partai Republik menyebut Demokrat sebagai sosialis, komunis, anarkis, dan pengacau yang ingin menghancurkan Amerika. Demokrat, di sisi lain, menyebut Partai Republik sebagai fasis dan diktator dan mengatakan bahwa mereka ingin menghancurkan kebebasan individu dan sosial.

Pertarungan politik Republik dan Demokrat

Situasi ini telah membawa Amerika Serikat lebih dekat ke perang saudara baru daripada sejak berakhirnya perang saudara di pertengahan abad kesembilan belas, ke titik di mana Biden berkata, "Kita seharusnya tidak menjadi negara tempat kita berperang sendiri."

Tetapi apakah pada akhirnya akan tercipta kondisi di mana orang Amerika tidak berperang satu sama lain, tergantung pada interaksi para politisi dan pengekangan warga negara yang sangat prihatin tentang masa depan Amerika Serikat.

Tags