Australia, Proksi AS dalam Perang Dagang dengan Cina
Kementerian Perdagangan Cina, Senin (31/8) mengumumkan, Beijing menerapkan tarif anti-dumping terhadap sejumlah komoditas Australia. Tarif anti-dumping ini pertama meliputi produk minuman impor dari Australia ke Cina, sementara untuk beberapa produk lain, sedang dilakukan penelitian.
Perseteruan Cina dan Australia baru-baru ini mengalami peningkatan padahal selama ini Beijing merupakan salah satu sekutu dagang terbesar Canberra. Pada Desember 2015, kedua negara menandatangani kontrak yang menandai fase perdagangan bebas.
Sekarang pertanyaannya adalah, di tengah kerja sama perdagangan luas Cina dan Australia, mengapa dalam beberapa bulan terakhir ketegangan dua negara mengalami peningkatan ?
Banyak pengamat meyakini, ketegangan Beijing dan Canberra berawal pada April 2020. Penyebabnya, permintaan Australia untuk menggelar penelitian terkait sumber pertama wabah Virus Corona.
Cina memandang prakarsa Australia ini sebagai sebuah manuver politik, pasalnya menurut Beijing, penelitian terkait sumber awal penyebaran wabah Virus Corona harus diserahkan kepada para ahli dan ilmuwan.
Penegasan politisi Cina bahwa langkah Australia ini politis, didukung dengan kenyataan bahwa selain Australia ada beberapa negara lain yang bersikeras mendesak dilakukannya penelitian untuk mengungkap sumber awal penyebaran Covid-19, termasuk Amerika Serikat.
Amerika sendiri selalu meragukan kemampuan Cina dalam menangani pandemi global Covid-19 di kota Wuhan, dan menuntut dilakukannya penelitian independen untuk mengungkap sumber awal penyebaran Virus Corona di dunia.
Permintaan Australia untuk mengusut asal muasal Virus Corona yang sejalan dengan kebijakan Amerika, disampaikan di tengah ketegangan Cina dan Amerika yang terus memburuk dalam beberapa bulan terakhir.
Kenyatannya pemerintah Amerika belakangan tampak berusaha keras menjinakkan Cina, bukan hanya dengan mencampuri urusan dalam negeri Cina secara terang-terangan seperti di Hong Kong, dan Taiwan, juga dengan mengerahkan pasukan ke perairan Cina dan menggelar sejumlah manuver militer di sana, untuk memanfaatkan sengketa wilayah perbatasan laut Beijing dengan negara tetangganya.
Lebih dari itu, salah satu kebijakan strategis Amerika di kawasan Asia Pasifik adalah membentuk sebuah aliansi dengan beberapa negara untuk menciptakan ketegangan politik, dan ekonomi dengan Cina di kawasan. Dari sudut pandang ini kita bisa menganalisa lebih dalam penyebab ketegangan terbaru Cina dengan Australia.
Di sisi lain, sejak Cina dianggap sebagai kekuatan baru dunia, manuver Amerika di Asia Timur, dan ketegangan politik serta ekonomi yang dipicu Washington terhadap Beijing terus mengalami peningkatan.
Hal ini merupakan indikasi dimulainya hitung mundur berakhirnya dominasi Amerika di dunia. Dengan kata lain, jika sebelumnya pasca keruntuhan Uni Soviet, Amerika mengklaim diri sebagai kekuatan besar global, sekarang seiring dengan berubahnya Cina menjadi kekuatan baru, Amerika tampak begitu cemas.
Negosiasi politik yang dilakukan para pejabat Amerika, yang baru-baru ini terlihat sering keluar-masuk kawasan Asia Timur, di samping perang dagang dengan Cina, dapat dibaca sebagai upaya terakhir Washington untuk menjinakkan Beijing.
Pemerintah Beijing sendiri memahami, cepat atau lambat para pejabat Amerika akan menerima sebuah realitas bernama Cina. (HS)