Guterres dan Multilateralisme Lawan Krisis Global
https://parstoday.ir/id/news/world-i85522-guterres_dan_multilateralisme_lawan_krisis_global
Sikap sejumlah negara dunia yang tidak komitmen terhadap multilateralisme telah meningkatkan krisis global di berbagai dimensi politik, ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup. Kondisi ini mendapat respon dari sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat peringatan ke-75 pembentukan organisasi dunia ini.
(last modified 2025-09-27T14:30:54+00:00 )
Sep 23, 2020 12:05 Asia/Jakarta

Sikap sejumlah negara dunia yang tidak komitmen terhadap multilateralisme telah meningkatkan krisis global di berbagai dimensi politik, ekonomi, kesehatan dan lingkungan hidup. Kondisi ini mendapat respon dari sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) saat peringatan ke-75 pembentukan organisasi dunia ini.

Antonio Guterres seraya mengisyaratkan bahwa kita memiliki beragam kendala, tapi tidak mampu menyelesaikannya melalui multilateralisme, mengecam tidak adanya solusi multilateralisme guna menyelesaikan krisis global. Ia mengatakan,  Tidak ada yang menginginkan tata kelola dunia, tetapi kita harus bekerja untuk meningkatkan tata kelola global. Ia juga menuntut kerja sama internasional lebih besar dalam melawan krisis global.

Penekanan untuk menjalankan multilateralisme dirilis ketika dunia saat ini mengahadapi kesulitan di berbagai bidang. Di bidang kesehatan, pandemi COVID-19 telah mendorong kebutuhan kerja sama internasional lebih besar demi menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan medis dan kesehatan. Sementara unilateralisme sejumlah negara dan ketidakpatuhannya terhadap ketentuan internasional membuat proses penanggulangan pandemi ini semakin sulit.

Donald Trump dan slogan Amerika First

Perhatian terhadap isu dan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup seperti upaya bersama mengurangi emisi gas rumah kaca merupakan isu lain yang membutuhkan kerja sama global. Komitmen terhadap ketentuan perdagangan global dan memperkokoh kerja sama politik merupakan poros lain multilateralisme.

Meski multilateralisme sangat penting, namun isu ini selama beberapa tahun terakhir diabaikan khususnya oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Faktanya petinggi Amerika selama beberapa dekade terakhir berusaha memperioritaskan unilateralisme dan menjamin kepentingan pribadinya.

Pendekatan ini semakin menonjol selama empat tahun terakhir setelah berkuasanya Donald Trump. Presiden Amerika ini secara resmi mengabaikan kebijakan multilateralisme dan melalui slogan America First, ia mengedepankan kepentingan Washington dari kepentingan negara-negara dunia. Di antara langkah-langkah anti multilateralisme Amerika adalah keluar dari sejumlah organisasi dunia termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tengah-tengah maraknya pandemi COVID-19, meluncurkan pernag dagang dengan Cina dan Eropa, menaikkan tarif perdagangan, keluar dari kesepakatan internasional seperti JCPOA dan perjanjian iklim Paris.

Pablo Leal, pengamat Chile terkait hal ini mengatakan, Amerika Serikat secara permanen menghindari multilateralisme...Menurut perspektif petinggi Washington, keamanan nasional Amerika adalah keamanan global. Dengan kata lain, bagi Amerika segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingannya memiliki dimensi global. Dan tidak penting tujuan, kecenderungan dan keinginan seluruh negara lain serta wilayah di dunia termasui Asia Barat, Amerika Latin dan bahkan Eropa.

Padahal dunia saat ini tidak lagi mengikuti pendekatan unilateralisme Amerika, seperti dalam beberapa pekan lalu meski ada upaya pemerintah Donald Trump untuk melanjutkan embargo senjata terhadap Iran dan keinginannya kepada dunia untuk mengamininya, pada akhirnya Washington menghadapi kekalahan telak.

Ross K. Baker, dosen ilmu politik terkait hal ini mengatakan, Trump dan pemerintahannya dari segi politik khususnya kebijakan luar negeri mengalami banyak kerusakan dan terkucil. Masalah ini terlihat nyata ketika AS dan sekutu Eropanya tidak sejalan terkait sanksi dan apa yang diklaim Amerika soal mekanisme pemicu.

Meskipun pejabat Gedung Putih terus melihat kebijakan unilateralisme dan sepihak sebagai prioritas bagi Amerika Serikat dan cara untuk mendapatkan lebih banyak kekuasaan, dalam praktiknya, bukti menunjukkan kegagalan kebijakan ini dan isolasi Amerika Serikat di arena internasional.

Wakil tetap Jerman di PBB, Christoph Heusgen seraya menjelaskan bahwa multilateralisme sama halnya menjalankan komitmen dan menjadi kredibel mengatakan, tantangan dan krisis internasional hanya dapat diatasi dengan kerjasama semua negara anggota PBB.

Mengatasi tantangan global, terutama saat ini, merupakan kekhawatiran internasional yang serius. Dan dalam hal ini, penolakan atau pelanggaran apa pun dari proses ini tidak akan menghasilkan apa pun kecuali peningkatan isolasi. (MF)