Jan 20, 2019 10:33 Asia/Jakarta
  • 20 Januari 2019.
    20 Januari 2019.

Fatimah Az-Zahra Syahid (Sebuah Riwayat) 1429 tahun yang lalu, tanggal 13 Jumadil Awal 11 HQ, berdasarkan sebagian riwayat Islam, pada hari ini, Fatimah az-Zahra as, putri Rasulullah Saw gugur syahid.

Fatimah az-Zahra dalam usianya yang pendek, telah melalui kehidupan yang penuh penderitaan, namun penuh dengan teladan dan pelajaran berharga bagi umat manusia. Pada usia kanak-kanak, ibu beliau, Khadijah meninggal dunia. Sejak itu pula, Fatimah az-Zahra mendampingi ayahnya dalam mendakwahkan Islam.

 

Fatimah az-Zahra merasakan dan menyaksikan berbagai gangguan dan permusuhan yang dilancarkan kaum kafir terhadap umat muslimin. Di bawah asuhan ayah beliau, Fatimah az-Zahra mencapai keilmuan dan ketakwaan yang sangat tinggi.

 

Di antara kalimat teladan yang pernah diucapkan Fatimah az-Zahra as adalah sebagai berikut, "Ada tiga hal yang ku cintai di dunia, iaitu membaca Al Quran, memandang wajah Rasulullah, dan bersedekah di jalan Allah."

 

Letjend MT. Haryono Lahir

 

95 tahun yang lalu, tanggal 20 Januari 1924, Letnan Jenderal ANM. MT. Haryono dilahirkan di Surabaya.

 

Letjend MT. Haryono kemudian bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta). Setelah kemerdekaan diproklamasikan MT. Haryono bersama teman-temannya turut mengambil bagian dalam merebut senjata dari tangan Jepang.

 

Strategi diplomasi yang dijalankan pemerintah pada masa-masa awal kemerdekaan menyebabkan seringnya perundingan dengan pihak Inggris dan Belanda. Dalam perundingan-perundingan tersebut diperlukan orang yang mahir berbahasa asing dan karena itulah kemampuan MT. Haryono terpakai.

 

Maret 1946 ia ditunjuk sebagai Sekretaris delegasi Indonesia dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda di Jakarta. Setelah itu ia diangkat sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara di Yogyakarta dan kemudian pada Juli 1946 dipercayakan sebagai wakil tetap Kementrian Pertahanan urusan Gencatan Senjata. Ia dikenang sebagai Pahlawan Revolusi.

 

Imam Khomeini Memastikan Diri Akan Kembali ke Iran

40 tahun yang lalu, tanggal 30 Dey 1357 HS, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Imam Khomeini mengumumkan tekad bulatnya untuk kembali ke Iran dari pengasingannya di Paris.

 

Berita ini langsung tersebar ke seluruh penjuru Iran dan disambut dengan suka cita oleh rakyat Iran yang sudah lama muak diperintah oleh rezim diktator Shah Pahlevi. Di mana-mana, rakyat sudah mulai membicarakan tata cara penyambutan atas kepulangan pemimpin agung mereka.

Di sisi lain, antek-antek Shah adalah pihak yang paling gelisah dan cemas dengan keputusan kembalinya Imam ke Iran ini. Sebagian memutuskan untuk mengundurkan diri, sebagiannya lagi memutuskan untuk menyingkir ke luar negeri.

 

Ada pula pihak-pihak tertentu yang tetap meneruskan aksi-aksi represifnya terhadap rakyat Iran. Akan tetapi, apapun tindakan yang diambil oleh antek-antek kerajaan, tidak ada satupun yang mampu menghalangi gelombang dahsyat Revolusi Islam Iran.

 

Tags