May 19, 2019 09:20 Asia/Jakarta
  • 19 Mei 2019
    19 Mei 2019

Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi Mati 1345 tahun yang lalu, tanggal 13 Ramadan 95 HQ, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi, seorang pejabat negara yang kejam dan haus darah pada masa pemerintahaan Bani Umayah meninggal dunia.

Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi menduduki jabatan tinggi pada masa Khalifah Abdul Malik Marwan dan Hisham Marwan. Selama masa kekuasaannya itu, Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi melakukan pembunuhan berdarah dingin terhadap para pendukung Imam Ali as dan keluarga Nabi Muhammad Saw.

Sebagian sejarawan menyebut jumlah orang yang dibunuh oleh Hajjaj mencapai 120.000 orang. Di antara kejahatan besar Hajjaj yang lain adalah serangan ke Mekah dan perusakan Ka'bah. Di akhir usianya, Hajjaj mengalami gangguan jiwa. Jenazahnya dikuburkan secara diam-diam untuk menghindari kemarahan rakyat banyak.

Sejarah

Radar Ditemukan

83 tahun yang lalu, tanggal 19 Mei tahun 1936, Watson Watt, seorang keturunan langsung dari James Watt, penemu mesin uap, berhasil menemukan radar.

Setelah PD I, ketika melihat kapal-kapal perang, ia mulai memikirkan cara untuk mendeteksi adanya pesawat melalui perubahan sinyal gelombang radio. Saat itu, prinsip gelombang radio dan elektromagnetik telah ditemukan oleh ilmuwan lainnya, James Maxwell.

Stasiun radio yang didirikan Watson-Watt akhirnya pada 1936 berhasil mendeteksi adanya pesawat hingga 70 mil. Ia kemudian menyarankan kepada pemerintah untuk mendirikan jaringan stasiun radar, yang merupakan singkatan dari  radio detecting and ranging untuk mendeteksi adanya serangan pesawat udara.

Keberhasilan sistem ini dirasakan Inggris ketika melawan Jerman dalam Perang Inggris yang berlangsung sejak  Agustus hingga Oktober 1940. Atas jasanya itu, Watson Watt diberi hadiah uang dan medali penghargaan oleh pemerintah Inggris. Ia meninggal dunia tahun 1973.

Radar

Allamah Mohammad Taqi Shoshtari Wafat

24 tahun yang lalu, tanggal 29 Ordibehesht 1374 HS, Allamah Mohammad Taqi Shoshtari meninggal dunia di usia 93 tahun dan dikuburkan di kota Shostar.

Allamah Sheikh Mohammad Taqi Shoshtari, anak Sheikh Mohammad Kazem lahir keluarga ulama pada 1281 Hs di kota Najaf, Irak. Pada usia 7 tahun beliau pergi ke kota Shoshtar dan setelah menyelesaikan pendidikan dasar agamanya, Allamah Taqi Shostari belajar kepada Sayid Ali Asghar Hakim, Sayid Mahdi Al Tayyib dan Sayid Mohammad Taqi Sheikh al-Islam, sehingga mencapai derajat ijtihad.

Allamah Shoshtari tidak mampu menghadapi kezaliman pemerintahan Reza Khan Pahlevi dan pada tahun 1314 Hs beliau kembali ke Najaf, hingga lengsernya Reza Khan Pahlevi.

Kehidupan Allamah Shoshtari sangat sederhana dan lebih banyak diisi dengan mengkaji, mengajar dan menulis, di samping beribadah. Beliau sangat dikenal dengan akhlaknya yang mulia.

Beliau banyak meninggalkan karya tulis yang menunjukkan kedalaman ilmunya seperti Qamus ar-Rijal fi Tahqiq Ruwat al-Syiah wa Muhadditsihim dalam 14 jilid, Bahj al-Shibaghah fi Syarh Nahjul Balaghah dalam 14 jilid yang ditulis beliau selama 50 tahun, an-Naj'ah fi Syarh al-Lum'ah dalam 11 jilid, al-Arba'una Haditsan, Qadhau Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan lain-lain.