Perkembangan Iptek di Iran dan Dunia (109)
Sep 25, 2019 16:14 Asia/Jakarta
-
perkembangan sains Iran
Dalam kompetisi internasional menghitung dengan sempoa dan mental aritmatika, PAN PASICIF Abacus and Mental Arithmetic Association ke-18 di Kuala Lumpur, Malaysia yang diikuti 765 anak-anak dari 24 negara dunia, tim Iran yang beranggotakan 35 anak laki-laki dan perempuan, 28 anak meraih gelar champion, 2 anak mendapat gelar champion of champions, dan 4 anak lainnya meraih gelar first winner.
Tim Iran terdiri dari 35 anak berprestasi, 4 anak dari Provinsi Markazi, 1 anak dari Provinsi Kurdistan, 1 anak dari Provinsi Kermanshah, 2 anak dari Provinsi Hormuzgan dan seorang anak dari Provinsi Hamedan.
Pertandingan menghitung dengan sempoa internasional terbesar ini diikuti oleh anak-anak berprestasi dari Taiwan, Malaysia, Thailand, Kanada, Hong Kong, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Vietnam, Korea Selatan, Lebanon, Arab Saudi, Australia, India, Rusia, Cina, Kazakhstan, Uni Emirat Arab, Uzbekistan, Mesir, Tajikistan, Yaman dan Iran.
Sempoa adalah sebuah alat hitung kuno yang sudah digunakan sejak ratusan tahun lalu. Sempoa digunakan untuk melakukan 4 metode penghitungan asli dalam matematika yaitu penambahan, pembagian, pengurangan dan perkalian, bahkan alat ini bisa digunakan untuk menghitung akar pangkat dua dan tiga. Tahun 2017, tim Iran juga menjuarai kompetisi internasional menghitung dengan sempoa yang diselenggarakan di Afrika Selatan.
Para peneliti di Materials and Energy Research Center (MERC) Iran berhasil mendesain dan membuat sekrup yang bisa terurai di alam atau Biodegradable Screw untuk menstabilkan Anterior Cruciate Ligament (ACL) pada cedera lutut. Ada empat jenis ligamen yang tugas utamanya menghubungkan tulang paha dengan tulang betis. Ligamen ACL mencegah tergelincirnya tulang paha di atas tulang betis.
Selain itu, ligamen ini juga bertugas untuk menjaga stabilitas rotasi lutut. Cedera ligamen ACL merupakan cedera yang umum ditemui dalam ortopedi dan cedera lutut, yang jika kurang diperhatikan akan menimbulkan luka parah, bahkan di beberapa kasus berujung dengan kematian. Berdasarkan data tahun 2017 di Amerika Serikat, setiap tahun dilakukan sekitar 200.000 operasi bedah penyembuhan ligamen, yang menghabiskan dana 1,5 miliar dolar.
Menurut para peneliti di pusat riset nano dan material canggih, MERC, Iran selama beberapa tahun terakhir, sekrup-sekrup interferensi logam atau Metal interference screw digunakan untuk menstabilkan ligamen yang selain memiliki kekuatan tinggi, juga membawa efek samping yang banyak termasuk cedera ligamen, interferensi saat pengambilan citra MRI atas jaringan, dan membutuhkan bedah sekunder untuk mengeluarkan implan setelah sembuh.
Penggunaan sekrup-sekrup polimer yang bisa terurai di alam atau biodegradable, sampai tingkat tertentu dapat mengatasi masalah-masalah sekrup logam, namun demikian karakteristik mekanis yang lebih rendah, menyebabkannya tidak bisa mendorong pertumbuhan tulang baru, sehingga setelah rusak, rongga dalam jaringan tulang tetap terbuka.
Menurut para peneliti, sekrup yang dibuat dalam penelitian ini selain bisa terurai di alam, dikarenakan komponen-komponen yang digunakan didalamnya, memiliki daya tahan mekanis yang ideal untuk menjaga ACL dan membuka kemungkinan adhesi ke tulang dan penggantian tulang ketika rusak.
Para peneliti di Universitas Shahid Beheshti, Iran dengan mengekstraksi nanoserat selulosa dari limbah gandum, mengkombinasikan nanosuper absorben yang selain punya banyak kesesuaian dengan lingkungan hidup, jika dibandingkan dengan nanosuper lainnya, memiliki daya serap atau absorben yang sama.
Nanosuper-nanosuper yang diperjualbelikan dalam beberapa tahun terakhir, dan digunakan di berbagai bidang industri, adalah struktur tiga dimensi polimer yang mampu menyimpan air dan larutan beberapa persen lebih berat dari bobotnya, dan melepaskannya dalam berbagai kesempatan.
Penggunaan nanosuper meski memiliki kegunaannya yang banyak, namun membawa permasalahan lingkungan hidup dan kesehatan yang tidak sedikit. Para peneliti bekerja keras agar penggunaan nanomaterial alami pada sintesisasi nanosuper, selain menambah biokompatibilitas, juga meningkatkan efektivitasnya.
Menurut salah satu dosen Universitas Shahid Beheshti, bahan dasar untuk memproduksi nanosuper yang dijual di pasar sebagian terbuat dari bahan organik berbahaya, dan masalah kesehatan nanosuper yang dijual di pasar, dapat menimbulkan alergi pada bayi. Dalam proyek penelitian ini, selain dapat meminimalisir masalah kesehatan akibat penggunaan nanosuper semacam ini, juga menurunkan biaya produksi sampai sekitar sepertiga nanosuper itu.
Para peneliti menjelaskan, nanosuper, terbuat dari polimer ramah air dengan struktur tiga dimensi yang mampu menyimpan cadangan air cukup banyak dengan menciptakan relasi hidrogen dengan molekul-molekul air. Oleh karena itu, dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan nanosuper semacam ini di bidang pertanian mengalami peningkatan, karena nanosuper dengan penyerapan dan pelepasan air tepat waktu, dapat mencegah pemborosan air.
Dalam penelitian ini, semua bahan dasar yang digunakan untuk sintesisasi nanosuper, sepenuhnya alami dan diekstrak dari selulosa tumbuhan. Hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal ilmiah Carbohydrate Polymers pada tahun 2018.
Sebuah perusahaan Denmark, dengan menggunakan teknologi terbarukan, mengklaim bahwa produk-produk mereka selama beberapa waktu dapat digunakan tanpa khawatir terjadi pemindahan mikroba ke bagian tubuh sensitif manusia.
Beberapa pakaian yang selalu digunakan dalam ruang tertutup, rawan terhadap bakteri-bakteri berbahaya, dan bakteri-bakteri itu jugalah yang menyebabkan bau badan. Akan tetapi pakaian produk perusahaan ini dilengkapi dengan bahan antibakteri khusus yang dapat membunuh semua bakteri dan mikroba berbahaya lainnya.
Pakaian ini juga dapat digunakan selama beberapa minggu tanpa perlu dicuci. Dalam proses produksi pakaian ini digunakan perak klorida yang mencegah timbulnya bau tidak enak. Perusahaan ini mengklaim, seluruh bahan yang digunakan dalam produksi pakaiannya bisa mencegah pertumbuhan berbagai jenis bakteri hingga 99,9 persen.
Akan tetapi para pakar tidak sepakat jika pakaian ini digunakan dalam waktu lama meski menggunakan teknologi tercanggih sekalipun, dan mereka percaya setelah tiga hari, lebih baik pakaian tersebut diganti. []
Tags