Kemandirian dan Ekonomi Berbasis Iptek sebagai Kunci
-
salah satu produk perusahaan berbasis iptek
Langkah kedua Revolusi Islam sedang dijalankan di tengah situasi sulit menghadapi perang ekonomi yang dilancarkan AS.
Hingga kini, pertanyaan penting yang terus muncul, mengapa Iran menghadapi sanksi dengan intensitas begitu masif ?
Ada banyak jawaban yang tidak realistis untuk menjawab pertanyaan ini. Ada juga yang mengatakan masalah ini terjadi karena Iran tidak bernegosiasi dengan AS. Tetapi pengalaman dan realitas masa lalu dan sekarang menunjukkan bahwa jawaban seperti ini prematur dan dangkal. Jawaban yang benar, Iran dikenai sanksi karena menentang sistem dominasi global dan mengajak negara-negara yang tertindas bisa berdiri sendiri.
Sanksi terbesar AS terhadap Republik Islam Iran dijatuhkan di saat negara ini sedang meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Tidak ada fase selama empat puluh tahun Revolusi Islam mengalami lompatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini, sehingga begitu optimis menghadapi masa depan. Indikasi ini membuktikan adanya gerakan yang sistematis dan terarah. Faktanya, AS bermasalah dengan Tehran dalam hal kemerdekaan, kepercayaan diri, dan kemandirian Iran.
Perlu bukti lapangan, lihatlah jumlah perusahaan berbasis pengetahuan di Iran yang saat ini melebihi 4.100 unit dan telah menghasilkan pendapatan yang signifikan dengan nilai tambah sangat tinggi.
Peningkatan peran perusahaan berbasis pengetahuan dalam perekonomian negara, terutama penghapusan hambatan teknis menjadi salah satu langkah Iran menghadapi badai sanksi AS. Ribuan rencana pembangunan dan ratusan proyek skala besar telah menempatkan kemampuan teknologi nasional Iran di jajaran papan atas dunia dalam bidang produksi ilmu pengetahuan.

Percepatan langkah sains dan teknologi di garis depan menjadi masalah yang disorot dalam Langkah Kedua Revolusi. Hal ini menjadi fakta yang mengejutkan, dan membuat heran musuh-musuh Iran. Mereka tidak ingin Iran meraih kemajuan. Oleh karena itu musuh mengerahkan segenap kekuatannya untuk menjegal langkah Iran di berbagai bidang, termasuk di bidang sains dan teknologi.
Barat selama bertahun-tahun menyebarkan agitasi di kancah dunia mengenai "migrasi otak" yang terjadi di Iran. Tetapi dinamika dan peran aktif para intelektual Iran di dalam negeri membantah klaim tersebut yang telihat menjadi sekedar kebohongan besar belaka.
Banyak elit intelektual Iran dari 100 universitas terbaik di dunia telah kembali ke Iran dengan dukungan National Elite Foundation selama beberapa tahun terakhir. Mereka mendirikan perusahaan teknologi, maupun terlibat dalam penelitian dan pengembangan sains dan teknologi.
Poin penting masalah ini, Iran terus berupaya untuk mandiri dengan mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk impor.
Di bawah bayang-bayang sanksi AS, Iran terus mempromosikan posisi dan perannya di pangsa pasar dunia untuk mengenalkan produk-produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang diproduksinya sendiri. Ekspor produk-produk ini sekarang telah mencapai sekitar nominal sekitar 500 juta dolar, yang diperkirakan akan meningkat secara eksponensial di tahun-tahun mendatang. Selain itu, tumbuhnya perusahaan-perusahaan berbasis iptek di Iran telah menjadikan negara ini semakin percaya diri untuk terus membangun dengan caranya sendiri.
Masalah ini ditegaskan dalam langkah kedua yang disampaikan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengenai urgensi peran ekonomi berbasis iptek, dan peningkatan otoritas ilmiah serta mempercepat produksi sains yang akan menjamin masa depan yang cerah.
Ayatullah Sayid Ali Khamenei menekankan dalam pernyataan strategisnya mengenai masalah ekonomi nasional dengan mengatakan, ekonomi yang kuat adalah faktor mendasar dan penting sebuah negara tidak bisa diinfiltrasi dan didominasi, sebaliknya ekonomi yang lemah, menjadi titik kelemahan sekaligus pemicu dominasi dan infiltrasi musuh. Meskipun demikian, Rahbar menegaskan bahwa ekonomi bukan tujuan masyarakat Islam, tetapi sarana untuk meraih tujuan luhurnya.
Penekanan terhadap penguatan independensi ekonomi nasional, yang berpijak pada produksi domestik, kualitas, distribusi berbasis keadilan, konsumsi yang rasional, berulangkali disampaikan Ayatullah Khameni dalam beberapa tahun terakhir, sehingga berdampak luar biasa terhadap perekonomian nasional.

Ekonomi berbasis iptek dan independensi memainkan peran kunci dan menentukan dalam pembangunan nasional Iran. Iran menempati urutan papan atas dunia dalam hal sumber daya alam dan manusia yang belum dimanfaatkan. Sebab negara ini memiliki populasi angkatan kerja muda yang terampil, di samping kekayaan sumber daya alamnya yang melimpah. Oleh karena itu, masalah yang penting bagi pembangunan Iran saat ini adalah pengembangan ekonomi berbasis iptek yang akan mengolah sumber daya alam menjadi produk dengan nilai tambah tinggi.
Rahbar menjelaskan sejumlah faktor penting seperti stabilitas dan keamanan negara, kemajuan unik di berbagai bidang, termasuk sains dan teknologi, dan keberadaan infrastruktur canggih menjadi dasar bagi langkah kedua revolusi. Realitasnya, jika kinerja internal yang buruk bisa segera diatasi, maka tantangan eksternal seperti sanksi dan tekanan musuh, tidak akan begitu berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Tantangan internal paling utama saat ini mengenai kelemahan struktural dan manajemen.

Ayatullah Khamenei telah menunjukkan masalah paling penting dari faktor kelemahan tersebut yaitu ketergantungan ekonomi terhadap minyak, dan pandangan ekonomi ke luar bukan ke dalam, dengan mengoptimalkan kapasitas dalam negeri. Efeknya muncul berbagai masalah seperti pengangguran angkatan muda, pendapatan yang buruk, dan lainnya. Solusi untuk penyelesaian masalah ini adalah kebijakan ekonomi tangguh yang perlu diterapkan di semua sektor, yang diupayakan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan spirit dan dedikasi yang tinggi.
Penekanan Rahbar dalam pernyataan langkah kedua revolusi mengenai urgensi mengurangi ketergantungan terhadap perekonomian minyak dan melangkah ke arah ekonomi berbasis iptek dan kemandiran yang bisa menyelamatkan negara ini dari pengaruh sanksi.(PH)