Islamophobia di Barat (63)
Di kesempatan kali ini kami akan membahas bantuan makan Muslim Inggris kepada kaum miskin di hari Natal, peran Zionis menyebarkan Islamophobia di Inggris dan negara Barat lainnya, laporan riset sejumlah anggota Majelis Rendah Inggris terkait penyebaran kebencian dan kekhawatiran atas maraknya Islamophobia.
Seiring dengan tibanya hari Natal, di tengah-tengah atmosfer Islamophobia di Inggris, umat Muslim di Masjid Blackburn Inggris menyiapkan 11.595 paket makanan dan menghadiahkannya ke bank makanan untuk memberi makan mereka yang membutuhkan. Prakarsa ini digalang melalui kerja sama dengan lembaga bantuan oleh delapan masjid dan sembilan organisasi Islam Inggris.
Berbagai organisasi Islam dan komunitas Muslim di hari Natal mengumpulkan bantuan tunai dan non tunai di Masjid dan lembaga amal untuk membantu mereka yang membutuhkan di malam dingin Krismas. Melalui langkah ini mereka memperkokoh solidaritas dengan kaum Kristiani. Muslim Inggris berusaha memanfaatkan seluruh peluang dan kesempatan untuk mengenalkan ajaran kemanusiaan dan moral Islam.
Kubu anti Islam dan Zionis menempuh banyak upaya untuk menampilkan citra Islam yang tidak sebenarnya di opini publik Barat. Selama pertemuan di London oleh Komisi HAM Islam, pendukung rakyat Palestina, aktivis HAM, dosen universitas dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat dibahas dimensi Islamophobia dan hubungannya dengan Zionisme.
Massoud Shadjareh, ketua Komisi HAM Islam seraya mengisyaratkan eskalasi Islamophobia di Barat mengatakan, Zionis yang menyadari mayoritas Muslim mendukung bangsa Palestina, berencana menampilkan citra Muslim yang keras, haus darah dan buruk. Shadjareh menambahkan, Zionis melalui pendekatannya ini berencana meminimalkan kecaman opini publik internasional ketika mereka membantai umat Muslim.
Ia juga menyebutkan menebar pengaruh di tengah masyarakat Islam sebagai salah satu pendekatan Zionis dan mengatakan, “Zionis menyadari bahwa sekitar 85 persen Muslim mendukung Palestina dan kini melalui pengaruhnya di antara Muslim, Zionis berusaha mengurangi jumlah pendukung Palestina setiap tahun sehingga saat mereka membunuh warga Palestina akan menghadapi respon yang kecil. Namun kesadaran masyarakat Muslim yang terus meningkat membuat mereka sampai saat ini terus gagal.
Seorang dosen Yahudi di sebuah universitas di Inggris mengatakan, Selama beberapa dekade, negara-negara di berbagai negara, termasuk Inggris, telah dinodai oleh propaganda imperialis, dan Zionis khususnya telah mengejar tujuan mereka melalui media, berusaha membentuk opini publik yang menguntungkan mereka.
Seraya merujuk pada riset akademisi, ia mengatakan, Studi tersebut menunjukkan bagaimana orang yang paling banyak menerima berita tentang Palestina dari BBC merasa bingung dan bahkan ada yang mengira bahwa Palestina adalah penjajah.
Ia menambahkan, selama beberapa dekade terakhir seiring dengan gerakan solidaritas dengan bangsa Palestina, dan jaringan komunikasi, kesadaran rakyat dunia terus meningkat dan kini Israel dikenal sebagai ancaman serius bagi perdamaian global.
Seorang dosen Palestina di Universitas Exeter Inggris mengatakan, 101 tahun sejak deklarasi Balfour, selama tahun-tahun ini pengalaman kita sebagai rakyat Palestina adalah masyarakat dunia tidak melakukan hal signifikan bagi bangsa Palestina.
Karmi menambahkan, negara kami dijajah oleh sekelompok orang dan penjajah sampai saat ini masih bercokol di negara kami dan kami masih menjadi pengungsi. Saya frustasi ketika kami memikirkan isu langkah masyarakat dunia untuk menegakkan hak rakyat Palestina dan pengalaman pahin 101 tahun ini menunjukkan bahwa bangsa Palestina tidak boleh menunggu langkah berbagai organisasi internasional untuk kebebasan mereka.
Pertemuan satu hari Komisi Hak Asasi Manusia Islam di London dengan partisipasi sejumlah pembela hak asasi manusia di Inggris menunjukkan sebagian dari upaya Zionis untuk menampilkan citra Islam yang tidak realistis.
Menyusul penyebaran Islamofobia di Inggris, sekelompok anggota parlemen Inggris menyerukan diakhirinya fenomena tersebut dengan mengkriminalisasikannya dan mendefinisikannya sebagai cabang rasisme dan kebencian. Para delegasi menekankan dalam laporan mereka bahwa mempromosikan suasana Islam dan Islamofobia berdasarkan prasangka yang salah mengarah pada serangan yang tidak dapat dibenarkan yang menargetkan Muslim dan non-Muslim.
"Benar bahwa kebangkitan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir memiliki konsekuensi negatif bagi Muslim di Barat, tetapi Islamofobia memiliki efek yang jauh lebih berbahaya daripada hanya kebencian di Inggris," kata seorang reporter Sky News dalam sebuah laporan. Sebuah laporan yang dirilis oleh sejumlah anggota Parlemen Inggris menyatakan bahwa penyebaran kebencian anti-Islam di negara tersebut telah mencapai tingkat yang telah menyebabkan kebohongan dan informasi yang salah terhadap umat Islam, membuat mereka semakin rentan terhadap rasisme.
Menurut laporan itu, Muslim di Inggris sedang didiskriminasi atas dasar informasi palsu di bidang pekerjaan, perumahan, keadilan, dan bidang kehidupan publik lainnya, dan kebencian terhadap Islam telah meningkatkan perselisihan, kebencian, dan serangan teroris.
Di antara kebohongan yang menyebar melawan Islam dan Muslim adalah hampir sepertiga orang Inggris percaya bahwa tidak ada daerah terlarang di negara mereka yang tidak dapat dimasuki oleh siapa pun kecuali Muslim, dan bahwa daerah-daerah ini diatur oleh hukum Islam. Utusan Inggris melaporkan kesalahan informasi yang menuduh seperlima Muslim Inggris bekerja sama dengan teroris dan mendukung mereka.
Hasil laporan dan penelitian sejumlah institusi Inggris lainnya tidak jauh berbeda dengan laporan terkini dari perwakilan Inggris. Anggota Parlemen Inggris juga mengutip laporan akademis lainnya dalam laporan mereka yang menegaskan bahwa Muslim Inggris menghadapi kendala ekonomi dibandingkan dengan yang lain.
Sebuah survei oleh sebuah perusahaan pemasaran menunjukkan bahwa 46 persen orang yang tinggal di Inggris percaya bahwa ada konflik antara Islam dan nilai-nilai masyarakat Inggris, dan bahwa kesalahpahaman ini mungkin disebabkan oleh kurangnya tindakan serius oleh pihak berwenang untuk mengubah persepsi ini dan mencoba memberi kompensasi. Itu kembali ke Muslim. Kesalahpahaman tentang Muslim sebagai akibat dari penyebaran Islamofobia di Barat tidak terbatas di Inggris.
Hasil studi baru Ipsos menunjukkan bahwa orang Belanda sangat Islamofobia dan tidak hanya salah menilai jumlah umat Islam di negaranya, tetapi juga tidak mengetahui bahwa sebagian besar umat Islam lahir dan besar di Belanda. Survei yang dilakukan di 37 negara menemukan bahwa orang Belanda memperkirakan bahwa 26 persen penduduknya lahir di luar Belanda, sedangkan angka sebenarnya kurang dari setengah dan hanya 12 persen.
Mereka juga memperkirakan bahwa 20 persen dari populasi negara mereka terdiri dari Muslim imigran dan pengungsi, sedangkan populasi Muslim di negara tersebut adalah 5 persen. Tingkat pengangguran di Belanda adalah 4 persen, sedangkan masyarakat negara ini membayangkan tingkat pengangguran di negara mereka sebesar 18 persen dan menyalahkan umat Islam.