Lintasan Sejarah 7 Februari 2021
-
7 Februari 2021
Hari ini, Ahad 7 Februari 2021 bertepatan dengan 24 Jumadil Tsani 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 19 Bahman 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Ahmad bin Ali Baihaqi Sabzewari Wafat
898 tahun yang lalu, tanggal 24 Jumadil Tsani 544 HQ, Ahmad bin Ali Baihaqi Sabzewari, seorang ilmuwan muslim meninggal dunia.

Ahmad bin Ali Baihaqi Sabzewari adalah ilmuwan bidang nahwu dan bahasa yang terkemuka di zamannya. Dia juga menulis tafsir al-Quran dan mampu membaca al-Quran dengan indah.
Beliau meninggalkan banyak karya tulis yang umumnya mengenai al-Quran.
Angkatan Udara Iran Berbaiat Kepada Imam Khomeini
42 tahun yang lalu, tanggal 19 Bahman 1357 HS, Angkatan Udara Iran menyatakan diri mendukung Imam Khomeini.

Dalam pertemuan antara personil angkatan udara dan Imam Khomeini, Imam menyampaikan pidato sebagai berikut, "Selama ini, Anda semua mematuhi pemimpin yang zalim. Sejak hari ini, Anda semua menggabungkan diri kepada al-Quran dan al-Quran akan menjadi pelindung Anda. Saya harap, dengan bantuan dari Anda sekalian, kita mampu mendirikan negara Islam yang adil."
Peristiwa bersejarah ini kemudian setiap tahun diperingati rakyat Iran sebagai Hari Angkatan Udara Republik Islam Iran.
Husain bin Thalal Meninggal
22 tahun yang lalu, tanggal 7 Februari tahun 1999, Husain bin Thalal, Raja Yordania, meninggal dunia akibat kanker.

Dia dilahirkan pada tahun 1935 dan menyelesaikan pendidikan di akademi militer Inggris. Raja Husain naik tahta pada usia tujuh belas tahun setelah ayahnya, Raja Thalal, pada tahun 1952 dinyatakan tidak mampu memerintah akibat penyakit yang dideritanya.
Selama masa pemerintahannya, Raja Husain mengalami berbagai upaya kudeta dan teror, di antaranya invasi dan pendudukan rezim Zionis atas kawasan Tepi Barat Sungai Yordan. Salah satu peristiwa bersejarah yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Husain adalah tragedi September Hitam. Saat itu, pada bulan September 1970, Raja Husain yang mengkhawatirkan terganggunya kestabilan Yordania, memerintahkan pasukannya untuk melakukan represi terhadap para pengungsi Palestina yang berada di Yordania, yang berakhir dengan pembunuhan massal terhadap sekitar 15.000 warga Palestina.
Raja Husain merupakan pendukung utama rencana AS untuk menjalin "perdamaian" antara Arab dan rezim Zionis. Pada tahun 1994, ia menandatangani perjanjian damai dengan rezim Zionis. Sepeninggal Raja Husain, tahta kerajaan diduduki oleh putranya, Raja Abdullah, yang beribukan seorang perempuan asal Inggris.