Mar 17, 2021 18:17 Asia/Jakarta
  • ilustrasi perkembangan iptek di Iran
    ilustrasi perkembangan iptek di Iran

Para peneliti di sebuah perusahaan berbasis sains Iran, berhasil menciptakan sebuah alat yang mampu menunjukkan tumor-tumor kanker pada dokter, saat operasi bedah dilakukan.

Menurut direktur eksekutif perusahaan ini, ada banyak alat yang digunakan untuk mendeteksi kanker, namun produk mereka belum pernah diproduksi di luar negeri. “Kami berhasil merancang dan memproduksi alat ini dari nol sampai selesai di Universitas Teknologi Tehran,” ujarnya.
 
Alat ini membantu proses operasi bedah sehingga bagian-bagian tubuh yang terkena kanker bisa dideteksi lebih akurat dan lebih berkualitas, kemudian tumor diangkat.
 
Para peneliti mengatakan, biaya deteksi kanker sangat tinggi, dan kemungkinan salahnya juga masih ada, namun dengan menggunakan alat yang baru ini, biaya deteksi menjadi lebih terjangkau, dan proses deteksi bagian-bagian terkena kanker bisa dilakukan pada saat operasi bedah.
 
Alat ini sudah diuji coba pada 150 pasien, dan mendeteksi 1.500 sampel, 97 persen deteksi menunjukkan hasil yang benar setelah pathobiology. Bahkan pada kasus-kasus yang tidak bisa terdeteksi oleh pathobiology, bisa dideteksi oleh alat ini. Izin untuk produksi massal alat baru ini sudah dikeluarkan oleh pemerintah Iran. Alat ini menggunakan suku cadang elektronik yang lebih dari 90 persen buatan dalam negeri.
 
----
 
Coba Anda bayangkan sebuah alat yang bisa menganalisa mikroba di samudra dan perairan, lalu mengonfirmasi bahwa mikroorganisme ini tidak berbahaya, dan mengkaji reaksi mikroorganisme terhadap ancaman lingkungan. Sehubungan dengan ini, sekelompok peneliti dari Universitas Rutgers, Amerika Serikat yang dipimpin seorang ilmuwan keturunan Iran, Mahdi Javanmard, menciptakan sebuah alat deteksi mikroba yang bisa dibawa.
 
Alat ini bisa digunakan untuk meneliti mikroba, mengkaji bakteri yang tahan terhadap antibiotik dan menganalisa alga-alga yang hidup dalam karang. Alat ini sebenarnya dibuat untuk meneliti alga, namun bisa juga digunakan di laboratorium untuk meneliti reaksi mikroba dan sel-sel terhadap tekanan lingkungan hidup seperti pencemaran, perubahan cuaca atau tingkat salinitas air.
 
Menurut peneliti keturunan Iran yang asisten dosen teknik elektro dan komputer Universitas Rutgers dan peneliti senior itu, dengan memperhatikan dampak perubahan cuaca, dan faktor berpengaruh lain terhadap kesehatan mikroorganisme seperti alga-alga beracun, maka alat ini dinilai sangat penting bagi biologi. Salah satu peneliti mengatakan, tujuan penelitian ini adalah menciptakan metode baru evaluasi kesehatan sel-sel tanpa menggunakan alat yang rumit, dan biaya besar.
 
ilustrai doker saat melakukan operasi bedah

 

Kemampuan evaluasi dan pemahaman kondisi sel tanpa mengirim sampel ke laboratorium dapat membantu para peneliti mendeteksi ekosistem yang terancam bahaya kemusnahan berdasarkan “indikator tekanan” bagi penghuni lingkungan.
Para ilmuwan ini memusatkan penelitian pada sebuah mikroba alga hijau bernama Picochlorum yang sebelumnya sudah banyak diteliti.
 
Alat baru yang diciptakan itu dengan cepat mendeteksi sel-sel di lingkungan hidup yang berada pada posisi tertekan, menjadi kuat atau tidak mengalami perubahan. Dalam metode ini, mikroba-mikroba satu per satu melewati sebuah saluran, dan ketahanan elektronik atau tingkat medan magnetisnya diukur. Ketahanan elektronik setiap sel berbeda, dan menunjukkan ukuran serta kondisi fisiologisnya. Keduanya memberikan informasi yang banyak terkait kesehatan sel.
 
Para peneliti menunjukkan ketahanan elektronik satu atau beberapa sel dapat diukur. Mereka memutuskan untuk meneliti ketahanan antibiotik pada beragam jenis bakteri dan alga yang hidup dalam batu koral dengan menggunakan alat ini. Metode baru tersebut dapat membantu untuk memunculkan ide tentang kesehatan karang laut. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Scientific Reports.
 
----
 
Para peneliti Tim Teknologi Kedokteran Universitas Sains dan Industri Iran berhasil menciptakan sebuah alat yang menggunakan sejumlah metode baru deteksi medis dan mampu mengukur jenis infeksi jamur secara akurat dan cepat.
 
Untuk melakukan deteksi menggunakan metode-metode yang biasa digunakan di laboratorium, diperlukan sejumlah alat dengan maksud melewati berbagai tahapan termasuk pemisahan plasma dan mencampurkan bahan biokimia. Akan tetapi dengan menggunakan teknologi mikrofluida, seluruh tahapan ini dapat dilakukan pada sebuah chip. Dengan demikian, selain tes deteksi bisa dilakukan lebih cepat, sampel cairan biologis juga lebih sedikit digunakan, sehingga dapat menekan biaya.
 
Sampel awal alat mikrofluida berfungsi sebagai alat untuk mengukur kadar gula darah dengan satu tetes darah. Akan tetapi sampel-sampel canggih alat ini mampu mengukur parameter-parameter lebih mutakhir. Menurut pelaksana proyek penelitian ini, dengan suksesnya penelitian ini pihaknya berhasil menciptakan sebuah alat yang melaksanakan seluruh tahapan laboratorium pada sebuah chip mikrofluida.
 
Sampel-sampel alat ini dapat digunakan untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit. Akan tetapi pada penyakit infeksi kegunaannya jauh lebih besar, karena salah satu cara untuk mencegah penyebaran penyakit ini adaah dengan deteksi cepat. Alat ini memiliki tingkat akurasi yang sangat tinggi, dan tes sampel darah dengan menggunakan alat ini bisa dilakukan hanya dalam beberapa menit saja. Hasil penelitian ini dimuat dalam sejumlah jurnal ilmiah internasional.
 
alat deteksi mikroorganisme laut

 

Dewasa ini sejumlah upaya yang cukup signifikan sedang dilakukan untuk memerangi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, dan untuk mengalahkan ketahanan bakteri-bakteri. Oleh karena itu pembuatan sebuah perban luka yang sesuai dan anti-bakteri yang secara efektif merusak bakteri, namun mencegah kerusakan sel alami seperti sel darah merah, menjadi hal yang urgen.
 
Para peneliti di Pusat Riset Royan dan Universitas Tehran mendesain sebuah penelitian yang di dalamnya menciptakan garam amonium alginat dalam jumlah banyak, dan memeriksa peran Countercation yang meliputi Sodium, Triethylammonium, Tetrabutylammonium, dan Dicyclohexylammonium dalam merusak bakteri dan mempertahankan Fibroblas sebagai sampel dari sebuah sel biologis di lingkungan hidup.
 
Hasil penelitian menunjukkan, variabel-variabel berbeda semacam Hidrofilik, Linearitas dan struktur cabang, bobot molekul, dan kepadatan energi dapat memberikan dampak efektif dalam pemilihan opsional Countercation.
 
Secara umum hasil penelitian menunjukkan perban Tetrabutylammonium alginat dibandingkan dengan garam alginat lainnya yang diteliti dalam penelitian ini, dan perban biasa yang dijual di pasar, memiliki kemampuan lebih baik dalam melawan bakteri dan lebih sedikit merusak sel darah merah, dan lebih sedikit memberikan racun bagi sel-sel fibroblas. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Materials Science and Engineering C. 
 
----
 
Di tengah semua kemajuan teknologi yang ada saat ini, patologi molekuler kanker lebih baik digunakan daripada meneliti seluruh gen yang terbatas pada penggunaan sejumlah kecil Biomarker. Sebagian dari keterbatasan ini dikarenakan tantangan yang ada pada analisa komputer untuk menciptakan sejumlah data.
 
Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti Pusat Riset Royan, Universitas Teknologi Sharif, Iran dan Universitas Colorado, Amerika Serikat, mengenalkan jaringan saraf DNNs, Deep Neural Network yang mampu memberikan konklusi secara bersamaan dengan beragam karakteristik sampel biologis.
 
Jaringan saraf ini mengenskripsi seluruh karakteristik Transkriptomika pada sebuah Latent Vector (yang merupakan sebuah gambar masuk ke data prosesor komputer) kecil, kemudian karakteristik mRNA dan miRNA penjelas, direkonstruksi berdasarkan jaringan dan penyakit.
 
Metode ini lebih efektif daripada data-data asli yang dihasilkan dari ekspresi gen untuk memisahkan sampel berdasarkan jaringan dan penyakit. Para peneliti menggunakan metode ini untuk memeriksa 10.750 sampel dari 34 kelompok berbeda (satu kelompok sehat dan 33 kelompok terjangkiti berbagai jenis kanker) dari 27 jaringan.
 
alat patologi molekuler kanker

 

Hasil penelitian ini menunjukkan, metode baru dalam riset terbukti lebih baik secara signifikan daripada metode-metode sebelumnya yang biasa digunakan dalam memperkirakan kondisi kesehatan atau penyakit serta jenis kanker pada setiap sampel dengan menggunakan data-data prosesor jaringan asal.
 
Untuk jaringan-jaringan yang memiliki lebih dari satu jenis kanker, alat ini mendeteksi 99,4 persen lebih akurat dari berbagai jenis kanker. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kecerdasan buatan dalam patologi molekuler kanker dan penelitian onkologi, dapat sangat menguntungkan. Hasil penelitian ini dimuat dalam jurnal ilmiah Scientific Reports.
 
----
 
Para ilmuwan mengaku telah menciptakan sebuah vaksin influenza baru berbentuk kapsul yang lebih efektif dibandingkan vaksin suntik. Menurut mereka dalam uji coba vaksin VXA-A1.1 terhadap sejumlah relawan, hanya sedikit yang sakit. Perusahaan Vaxart, Inc. yang menciptakan vaksin ini.
 
Dalam uji coba yang dilakukan, kapsul ini memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan plasebo dan vaksin suntik. Menurut para ilmuwan, produksi versi kapsul vaksin influenza ini lebih cepat dan lebih murah, dan dapat memperluas akses pengobatan di negara-negara berkembang.
 
Untuk mempelajari vaksin kapsul ini dilakukan uji coba terhadap 179 relawan berusia antara 18-49 tahun pada Agustus 2016 sampai Januari 2017. Secara acak beberapa relawan diminta untuk menggunakan vaksin suntik, plasebo atau kapsul.
 
Dalam rentang waktu yang sudah ditentukan, para relawan ditulari influenza H1N1 (A/H1N1) yang merupakan salah satu jenis influenza yang sering menyerang manusia. Uji coba menunjukkan pada tubuh 29 persen relawan yang menggunakan vaksin kapsul, 35 persen relawan yang menggunakan vaksin suntik, dan 48 persen relawan yang menggunakan plasebo, ditemukan virus influenza.
 
Selain itu, risiko tertular virus influenza pada kelompok relawan yang menggunakan vaksin kapsul, dibandingkan dengan kelompok relawan yang menggunakan plasebo, 39 persen dan dibandingkan kelompok yang menggunakan vaksin suntik, 27 persen lebih kecil. (HS)

Tags