Syeikh Zakzaky, Ulama Pejuang Nigeria
https://parstoday.ir/id/radio/world-i17341-syeikh_zakzaky_ulama_pejuang_nigeria
Arbain tahun lalu, kota Zaria di Nigeria berubah menjadi medan Karbala dan Husainiyah Baqiyatullah bersimbah darah para pecinta Imam Husain as. Mereka yang berjanji melindungi warga yang tengah menggelar acara duka bagi Imam Husain, cucu Rasulullah Saw, justru merupakan pelaku penembakan terhadap pecinta Ahlul Bait ini. Warga Kufah sebelumnya juga berjanji mendukung dan melindungi Imam Husain, namun ketika cucu Nabi ini tengah mendatangi mereka, warga Kufah berbalik memusuhi keluarga Rasul dan m
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Aug 11, 2016 09:43 Asia/Jakarta

Arbain tahun lalu, kota Zaria di Nigeria berubah menjadi medan Karbala dan Husainiyah Baqiyatullah bersimbah darah para pecinta Imam Husain as. Mereka yang berjanji melindungi warga yang tengah menggelar acara duka bagi Imam Husain, cucu Rasulullah Saw, justru merupakan pelaku penembakan terhadap pecinta Ahlul Bait ini. Warga Kufah sebelumnya juga berjanji mendukung dan melindungi Imam Husain, namun ketika cucu Nabi ini tengah mendatangi mereka, warga Kufah berbalik memusuhi keluarga Rasul dan m

Konvoi Imam Husain terus bergerak sepanjang sejarah. Tak ada bedanya antara Zaria dan Karbala, Palestina atau Yaman, Lebanon selatan atau di Aleppo. Di mana saja dan kapan saja kita dapat bergabung dengan konvoi Imam Husein dan para syuhada Karbala.

 

Selama insiden Arbain di Zaria, selain warga pecinta Ahlul Bait menjadi korban, pemimpin mereka, Syeikh Ibrahim Zakzaky luka parah. Istri, saudarai dan anak-anak Syeikh Zakzaky pun tewas diujung timah panas pasukan Nigeria. Lebih dari seribu pecinta Ahlul Bait tewas dan dikubur secara massal. Memangnya apa yang dilakukan para peserta acara duka Imam Husein, kecuali mereka menunjukkan kecintaannya kepada cucu Nabi ini? Apakah mereka membawa senjata? Mereka hanya mencucurkan air mata mengenang musibah yang menimpa Imam Husein. Warga Kufah juga melakukan hal serupa terhadap Imam Husein. Namun ketika cucu Nabi ini tengah mendatangi mereka, warga Kufah berbalik memusuhi keluarga Rasul dan membantainya di Padang Karbala.Syuhada Zaria termasuk syuhada terzalimi di era kita. Mereka dibantai militer Nigeria tanpa dosa.

 

Pasca insiden berdarah ini, Syeikh Ibrahim Zakzaky, pemimpin spiritual Muslim Nigeria dan negara-negara sekitar ditangkap aparat keamanan dikota Zaria, negara bagian Kaduna. Mereka menyerbu rumah Syekh Zakzaky. Ia bersama istri, saudari dan anak-anaknya ditembaki aparat keamanan. Dalam kondisi luka parah, Syeikh Ibrahim Zakzaky beserta istrinya diculik. Militer pun tak kenal ampun kepada mereka yang berusaha melindungi ulama ini, bahkan wakil serta juru bicara Syeikh Zakzaky pun ditembak.

 

Militer Nigeria dengan klaim tak berdasar bahwa umat Syiah negara ini beberapa hari sebelumnya dan dengan dipimpin Syeikh Ibrahim Zakzaky menyerang konvoi Jend. Tukur Yusuf Buratai, kepala staf gabungan militer, melakukan aksi pembantaian lebih dari seribu warga Syiah di kota Zaria. Saat itu, Syeikh Zakzaky melalui wawancara singkat mengutuk aksi brutal militer Nigeria dan menepis dalih palsu tersebut.

 

Tak lama setelah wawancara tersebut, militer Nigeria menyerbu rumah Syeikh Zakzaky dan menculik ulama pejuang Islam ini. Syeikh Ibrahim Zakzaky, pemimpin Muslim Nigeria dilahirkan pada 5 Mei 1953 di kota Zaria, Nigeria Utara. Ia menempuh pendidikan dasarnya di sekolah tradisional al-Quran dan Islam di Zaria di bawah bimbingan guru-guru besar seperti, Isa Madaka dan Sani Abdulkadir.

 

Syeikh Zakzaky mulai tahun 1971-1975 menimba pendidikan di sebuah lembaga terkenal Sekolah Studi Arab (SAS) di Kano. Setelah meraih prestasi cemerlang di sekolah tersebut, ia langsung diterima di Universitas Ahmadu Bello (ABU) di Zaria.

 

Syeikh Zakzaky memilih jurusan ekonomi di ABU dan berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1979. Tapi, pihak universitas menahan ijazah Zakzaky dengan alasan keterlibatannya dalam kegiatan-kegiatan Islami. Ia adalah anggota aktif di Muslim Student Society (MSS). Selama menjadi mahasiswa, ia bahkan dikenal di tingkat nasional Nigeria karena sangat aktif di kegiatan keagamaan dan Islami. Oleh sebab itu, ijazah Zakzaky ditahan oleh universitas yang dikuasai kubu sekuler.

 

Universitas sengaja menahan ijazah Zakzaky, karena pada tahun 1978, saat menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Muslim Student Society, ia dituding sebagai otak utama di balik demonstrasi nasional dalam mendukung masuknya syariat Islam ke dalam konstitusi Nigeria. Meskipun kaum Muslim membentuk setengah dari populasi Nigeria, namun konstitusi negara itu disusun berdasarkan parameter-parameter lain dan protes masyarakat telah mengundang kemarahan otoritas Nigeria. Untuk itu, pemerintah dan penguasa Nigeria sangat marah terhadap Zakzaky.

 

Sebuah goncangan besar terjadi dalam kehidupan Zakzaky pada tahun 1978 dan 1979. Pada masa itu, ia bertemu dengan Imam Khomeini ra di pengasingan di Paris. Satu tahun setelah kemenangan Revolusi Islam Iran, Zakzaky sebagai Sekjen Mahasiswa Muslim Afrika datang ke Iran untuk bertemu Imam Khomeini ra di Tehran. Pada kesempatan kedua ini, Imam Khomeini ra menyerahkan sebuah al-Quran kepadanya sebagai hadiah sambil berkata, “Pergilah dan berilah hidayah kepada rakyatmu dengan al-Quran.”

 

Setelah peristiwa itu, kehidupan Zakzaky menemukan makna yang sesungguhnya dan seakan-akan sebuah jalan terang sedang terbentang di hadapannya, di mana pancaran cahayanya mengarahkan Zakzaky ke arah kebenaran yang besar. Setelah pertemuan tersebut, ia memilih mazhab Ahlul Bait dan masuk Syiah. Ia bertekad untuk memberi teladan perilaku yang mulia dan baik seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya.

 

Salah satu sumber yang dekat dengan Syeikh Zakzaky saat diwawancarai laman Sobhe-no.ir mengatakan, “Setelah beberapa bulan dari penangkapan Syeikh Zakzaky dan istrinya serta kondisi buruk tempat penahanan, ulama ini selain mata kirinya rusak, mata kanannya pun terancam kebutaan.”

 

Seraya mengisyaratkan perilaku kasar sejumlah dokter terkait mata kanan Syeikh Zakzaky, sumber ini menambahkan, “Mata kanan ulama ini dioperasi dengan peralatan minim dan mengakibatkan daya penglihatannya menurun. Mengingat kondisi buruk perawatan dan operasi yang ada, mata kanan Syeikh Zakzaky pun terancam kebutaan.”

 

Sumber ini menambahkan, kondisi penahanan Syeikh Zakzaky berserta istrinya sangat buruk dan mereka kerap mendapat siksaan. Beberapa bulan terakhir pemerintah mengijinkan ulama ini dijenguk dan kontak telepon terbatas. Kondisi yang ada sedikit membaik.

 

Sejak penangkapan Syeikh Zakzaky dan istrinya, rakyat Nigeria setiap hari atau pekan menggelar demonstrasi luas dan teratur menuntut pembebasan pemimpin mereka. Mungkin salah satu alasan penting pemerintah Nigeria berpikir dua kali untuk membunuh Syeikh Zakzaky adalah ketakutan mereka terhadap rakyat. Bahkan saat ini telah dibentuk kampanye pembebasan Syeikh Zakzaky di Afrika barat dan berbagai negara bagian Nigeria. Kondisi ekonomi Nigeria sejak berkuasanya Presiden Muhammadu Buhari semakin memburuk dan berujung pada ketidakpuasan warga. Kini mulai santer keyakinan bahwa pemerintah menghadapi kondisi krisis ini akibat perilaku zalimnya terhadap Syeikh Zakzaky.

 

Zakiyah Zakzaky, keponakan Syeikh Zakzaky saat diwawancarai Iqna terkait kondisi pamannya mengatakan, “Salah satu matanya rusak dan yang lain penglihatannya melemah. Kaki kanannya cidera dan sulit berjalan. Perutnya juga terluka akibat tembakan dan salah satu pelurunya tidak dapat dikeluarkan. Sejumlah operasi telah dilakukan, namun ia harus menjalani sejumlah operasi lainnya.”

 

Terkait ketidakadilan pemerintah Nigeria terhadap Syeikh Zakzaky dan pembantaian anggota keluarganya, Zakiyah Zakzaky mengatakan, “Telah dibentuk pengadilan formal dan seluruh anggota pengadilan dari Wahabi. Kelompok ini menunjukkan bahwa mereka tidak menjaga keadilan dan enggan mencari pelaku pembantaian ratusan warga. Proses pengadilan ini berubah menjadi pengadilan inspeksi keyakinan beragama di mana selama pengadilan pertanyaan yang diajukan terkait Syiah atau posisi Muhammad apakah ia nabi atau tidak.”

 

Sangat disayangkan pengklaim pendukung HAM di tingkat internasional memilih bungkam menyaksikan pembantaian umat Syiah Nigeria dan penyiksaan terhadap Syeikh Zakzaky. Sepertinya telah menjadi peristiwa biasa bahwa di mana saja dan kapan saja umat Muslim dan pengikut Ahlul Bait terbunuh, maka darah mereka halal. Apakah itu di Zaria, Yaman, Suriah, Irak dan Palestina, semunya sama saja.

 

Mohammad Zakzaky, anak Syeikh Zakzaky dan satu-satunya yang masih hidup mengadukan kebungkaman masyarakat internasional terkait pembunuhan umar Syiah dan kondisi buruk penahanan ayahnya. Dalam surat terbukanya, Mohammad Zakzaky selain mengkritik kinerja pemerintah Nigeria, mengaku khawatir atas kondisi fisik pemimpin Syiah Nigeria ini dan menyeru bantuan seluruh pendukung keadilan.

 

Di suratnya Mohammad Zakzaky menulis, berdasarkan laporan komisi pemerintah Nigeria terkait aksi-aksi anasir militer membantai warga tak berdosa, lebih dari seribu orang hilang dan 340 lainnya dikubur secara massal, ratusan lainnya ditangkap dan ratusan juta Naira harta rakyat musnah...Kini sangat sulit bagi saya duduk diam menyaksikan realita ini, khususnya ketika mereka membantai warga tak berdosa termasuk tiga saudara saya. Sementara itu, penglihatan ayahku dari hari ke hari semakin menurun, namun pemerintah dengan beragam dalih menolak permintaannya untuk merujuk ke dokter spesialis. Selama empat bulan, saya hanya medapat ijin empat kali untuk menjenguk ayah.”

 

Mohammad Zakzaky mengungkapkan, “Benar saya tidak memiliki kekuatan melawan radikalisme ini. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah protes dan melayangkan pengaduan dengan berbagai sarana yang ada. Jika menggunakan kekerasan disebut sebagai sebuah kekuatan, maka jujur saja, Saya tidak memilikinya. Di suratnya ia meminta seluruh pecinta keadilan mendukung dirinya dan rakyat Nigeria serta melayangkan protes sehingga pemimpin muslim Nigeria ini dapat pulih kesehatannya sebelum terlambat.